Rumus-rumus Kehidupan

"Demi masa sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi, melainkan mereka yang beriman dan yang beramal sholeh, yakni mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaaran."
Yuli (bukan nama sebenarnya) adalah mahasiswa fakultas ekonomi. Terlihat begitu semangat mengerjakan soal ujian. Karena rumus-rumus jawaban sudah ada di kepala. Maka dengan mudah ia menjawab soal-soal ujian. Tidak demikian Aul (bukan nama sebenarnya) terlihat begitu panik. Itu refleksi dari ketidaktahuannya akan rumus-rumus yang harus digunakan untuk menjawab soal ujian.
Ujian akhir kali ini sama saja dengan ujian kehidupan sebenarnya. Perbedaannya adalah pada lingkupan dan materi persoalan yang ada. Namun sebenarnya hakikatnya sama saja. Yakni berbicara tentang sebuah “ujian”.
Kehidupan seperti yang diungkapkan oleh orang-orang bijak adalah laksana jalan raya, kadang menanjak, datar bahkan kadang menurun,atau seperti lautan yang terkadang berombak besar, atau bahkan tidak beriak sekali. Itulah hidup …
Untuk menghadapi segala ujian kehidupan ini, tentu saja kita harus memahami rumus-rumus kehidupan, bukan saja bermain pada tataran teoritis namun juga berlomba pada lapangan praktis. Kadang kita terjebak pada ungkapan bahwa “teori itu tidak perlu, yang penting prakteknya”.Namun yang pasti kedua lapangan ini memiliki peran yang sama, yaitu menentukan keberhasian manusia dalam menghadapi ujian kehidupan.
Ketika kita membicarakan tentang kehidupan ini, tentu saja kita tidak boleh sombong dengan melepas keilahian, sesungguhnya Allah lah yang menciptakan kkehidupan ini sekaligus rumus-rumusnya sebagai jawabannya. Pada tataran hubungan manusia dengan manusia lainnya Allah memberikan kebebasan manusia untuk berkreatifitas selama tidak melanggar batas-batas syariat.
Untuk menjawab semua ujian kehidupan marilah kita simak beberapa hal sebagai landasan teoritis dari rumusan kehidupan ini, yaitu:
Pertama, mengetahui dan memahami hakikat penciptaan manusia. Daam konsep Islam hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, “Tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu (QS. Adz- dzariyat :56).
Dan hal berkenaan dengan ujian Allah berfirman.. “ kamu jangan sekali-kali menyangka kamu akan dibiarkan begitu saja, melainkan akan Kuuji setelah kamu beriman…. Sekali lagi hal ini menegaskan bahwa segala yang menimpa manusia adalah sebuah sunnattullah yang harus dijalani. Sebuah konsekwensi dari penciptaan manusia.
Kedua, memahami bahwa Allah tidak membebani atau memberikan ujian kepada manusia diluar batas kemampuan manusia, sebagaimana dalam surat Al-Baqarah. Dengan demikian seluruh perintah dan ujian Allah semuanya dalam batas kemampuan manusia. Namun kemampuan manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Begitulah Allah memberikan ujian sesuai dengan kemampuan manuia dari berbagai segi baik fisik maupun keimanannya.Dengan demikian ketika kita mampu memahami bahwa ujian kehidupan yang kita hadapi selama ini pasti mampu kita hadapi,dengan kata lain” Tidak ada masalah yang tidak selesai” dan tidak ada hujan yang tidak berhenti”. Dengan memahami hal ini, kita mampu bersikap optimis. Sebuah sikap dari penelusuran nilai keyakinan dan ikhtiar.
Ketiga, manusia memiliki potensi hanif (lurus) dan potensi khianat. Aksesoris yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk yang lain adalah potensi akal, potensi untuk berfikir, menelaah, memahami seluruh fenomena kehidupan. Potensi ruhiyah/keyakinan disimbolkan dengan hati, potensi fikriyah/berfikir, disimbolkan dengan akal, potensi jasadiyah/ beraktifitas, disimbolkan dengan jasmani. Ketiga unsur kemanusiaan ini merupakan sebuah sistem komputerisasi untuk merumuskan seluruh standar nilai kehidupannya.
Keempat, memahami bahwa seluruh ujian yang diterima oleh manusia adalah ekspresi dari seluruh tingkah laku manusia, oleh sebab itu Allah menjelaskan bahawa amal kebaikan yang kita kerjakan adalah akan berakibat kepada kebaikan juga, dan amal kejahatan akan menghasilkan suatu kejahatan juga. Dalam hal ini tepatlah sebuah lantunan idiom “ siapa menanam maka ia lah yang menuai.
Oleh karena itu atas seluruh yang menimpa diri kita, sesungguhnya adalah hasil kreativitas kita, dan memang tiada yang aneh dalam kehidupan ini, yang aneh adalah cara kita menyikapi sekumpulan kejadian pada diri kita.
Kelima, Allah yang menciptakan manusia dengan segala kelebihannya, namun juga segala kekurangannya. Oleh sebab itu Maha Rahman Allah yang telah menurunkan sebuah literatur di dalamnya terdapat rumus-rumus kehidupan, sebuah kunci jawaban dari segala persoalan yang ada.
Pedoman yang diberikan Allah tersebut diberikan pada manusia. Sungguh di dalamnya tidak terdapat kekeliruan, kecuali bagi mereka yang tidak memberikan loyalitas kepadanya. Diturunkan Al Quran dan tidak ada keraguan didalamnya yang merupakan petunjuk bagi mereka yang bertakwa, mengimani dan mengamalkan Islam secara kaffah. Kemudia sebagai landasan praktis adalah termuat di dalam seluruh perilaku Nabi Muhammad yang merupakan contoh manusia yang sukses mengarungi lautan kehidupan ini. Kesuksesan dunia yang berimbas kepada kesuksesan akherat. Wallahualam bishowwab.

sumber : alhikmah.com [4.11.2003]

Komentar

Postingan Populer