Jangan Percaya Siapapun!
Siang ini, di tengah udara yang cerah dan di dalam
suasana perut yang lapar, seorang teman Turki menghampiri kamarku, lalu
berkata, “Apakah kamu lapar?”
“Iya,” jawabku.
“Di dapur ada makanan. Kita panasin saja, lalu kita
makan bersama,” ajakku padanya.
“Iya,” jawabnya lesu.
Saat aku melihat wajahnya, aku seperti mendapati
indikasi adanya sebuah permasalahan yang temanku sedang alami. Tapi aku sedang
tidak ingin bertanya. Biarlah dia yang bercerita sendiri nanti, pikirku. Aku pergi
ke dapur dan memanaskan sedikit makanan yang ada di panci.
Kami duduk berhadap-hadapan, hanya ada kami berdua,
sedang teman satu lagi yang di kamar sedang tidak lapar. Di pertengahan makan,
aku terkejut dengan perkataan temanku ini,
“Bu dünyada hiç
kimse güvenmeyin!” ucapnya tiba-tiba. Artinya, jangan
percaya kepada siapapun di dunia ini. Kekhawatiranku tentang sebuah
permasalahan yang tampak di wajahnya kini semakin terlihat. Namun masih
tertutup selama dia tidak menceritakannya kepadaku.
Aku yang terheran pun bertanya, “Niye? Kenapa?”
“Öyle...”
jawabnya pendek. Artinya, ya begitu. Dia tidak ingin berterus terang.
“Meski dia seorang muslim?” tambahku. Dia tidak
menjawab dengan isyarat yang pasti.
--=o0o=--
Pernah suatu hari aku berjalan-jalan di kota
Istanbul. Di sampingku ada seorang teman yang menemani. Kami terlibat dalam
percakapan agak berat di tengah perjalanan. Waktu itu kami menjumpai
serombongan wisatawan dari Asia. Entah mereka orang China atau Korea, yang
jelas pasti mereka orang Asia. Hatiku pun gembira melihat mereka.
“Kira-kira mereka bisa bahasa Indonesia gak ya? Mungkin
saja mereka orang China dari Indonesia.”
“Tidak penting,” ucapnya pendek kepadaku.
“Eh, kamu tidak senang melihat orang sebangsa di
Turki ini?” aku sedikit geram.
“Terus kalau ketemu mau apa?” kata orang Bojonegoro
ini.
“Ya bisa saja kita beri salam,” jawabku sekenanya. Dia
sinis.
Memang aku tinggal di sebuah kota yang sepi dari
masyarakat Indonesia. Di kotaku hanya ada tiga orang Indonesia. Sudah tiga
tahun berlalu, makanya ketika kuberjumpa dengan orang sebangsa aku merasa
gembira sekali. Seakan berjumpa dengan keluarga yang telah lama tak bersua. Sedang
temanku ini tinggal di kota besar Istanbul yang memiliki mayoritas lumayan
banyak dari warga Indonesia. Jadi, ketika melihat orang Indonesia dia hanya
merasakan hal biasa.
“Ente gak seneng ketemu teman sebangsa?” Aku
berusaha membela pendapatku.
“Senang, tapi biasa saja.”
“Bukankah dalam agama kita memberi salam kepada
siapapun kenal atau tidak kita kenal itu merupakan sedekah? Terus hadist sahih yang
mengatakan sebarkanlah salam itu?”
“Itu ada orang Turki lewat. Coba ente ucapkan salam
kepadanya.”
Aku diam dan merasakan berat untuk mengucapkan
salam. Dia juga diam menyaksikanku.
“Tidak kepada semua orang bisa kita ucapkan salam.”
“Salam juga kan berarti sapaan. Mungkin untuk
mengganti ucapan salam kita bisa menggunakan kata ‘hi’ atau ‘hello’?”
“Mau nyoba lagi kepada orang yang lewat?”
Aku kembali diam dan tidak berani mencoba.
Percakapan itu belum selesai. Namun tidak juga
bersambung. Mengambang dan tidak menghasilkan sebuah intisari yang bisa
kupahami. Hingga suatu hari aku menemukan sebuah makalah yang membahas tentang
hadist ‘sebarkanlah salam di antara kalian’. Ada pendapat yang menjelaskan
bahwa kata ‘salam’ tidak hanya
berarti ‘Assalamu’alaikum’ saja.
Namun ternyata, kata ‘salam’ memiliki
arti kepercayaan, ketentraman atau kedamaian. Kini, aku sependapat dengan
pendapat ini. Jadi, sekarang aku bisa mengartikan dengan ‘sebarkanlah
kedamaian, sebarkanlah kepercayaan, sebarkanlah ketentraman, dll.’
Kata ‘muslim’
tidak hanya berarti seorang yang telah menyerahkan diri kepada Islam. Kata ‘muslim’ juga mengandung arti seseorang
yang bisa memberikan kepercayaan. Rasulullah adalah sesempurna-sempurnanya
orang muslim. Maka dari itu, kami orang muslim tidak pernah berhenti mengambil
pelajaran dari beliau. Teladan sepanjang zaman. Bahkan karena kemampuan untuk
menjaga kepercayaan, beliau mendapatkan gelar ‘al-amin’ dari seluruh penjuru Arab.
Kalimat ‘jangan
percaya siapapun’ pada judul di atas bukanlah intisari dari tulisan ini. Karena
kata-kata itu berlawanan arti dengan makna dari hadist Rasulullah (saw), ‘sebarkanlah salam di antara kalian’. Sedih
rasanya ketika mendapati dunia yang tanpa kepercayaan satu sama lain. Seakan semua
orang adalah musuh yang perlu diwaspadai. Padahal tidak semua orang sama. Salah
besar! jika kita menemukan satu orang yang tidak menjaga kepercayaan kita, lalu
kita menyimpulkan dengan ‘jangan percaya
siapapun’. Dunia telah rusak, sampai-sampai nasehat yang pertama kali orang
tua ucapkan kepada kita saat bepergian adalah ‘hati-hati dengan orang yang
tidak dikenal’ atau ‘jangan terima apapun pemberian orang asing’. Ketika dunia
telah rusak, apakah kita juga harus rusak? Bagiku menjaga kepercayaan adalah salah
satu cara aku memperbaiki kerusakan dunia secara perlahan. Tidakkah kalian ikut
bersamaku dalam menyebarkan kepercayaan di muka bumi? Yuk!
A4, Kahramanmaras Turki, 27 April 2014
Komentar
Posting Komentar