Doa Yang Terkabul
Perjalanan pendidikan di Negara Turki sudah
menginjak tahun yang ketiga. Sudah banyak pengalaman yang aku rasakan, meski
masihlah kurang, aku masih perlu banyak pengalaman untuk bisa memahami asas
kehidupan yang sebenarnya. Termasuk uang beasiswa yang terlambat berkunjung,
itu sudah biasa.
Hari ini adalah Jum’at (04/04/2014) yang berkah.
Setelah menunaikan shalat jum’ah berjamaah ada suara panggilan dari markas
pusat kekuatan tubuh (baca: perut). Panggilan itu menyadarkanku bahwa aku
sedang lemah dan butuh tenaga tambahan. Sayangnya, aku bukan benda elektronik yang hanya perlu diisi dengan tenaga
aliran listrik. Aku sedang butuh kekuatan (baca: makanan).
Aku sadar uang bulanan itu belum juga sampai ke
tangan. Aku pun tahu, di dalam dompetku hanya ada uang-uang koleksian dari
negara-negara lain. Aku juga tahu, sisa uang hari ini adalah 2,50 Lira saja.
Tidak ada makanan di rumah. Hanya ada bahan-bahan
yang belum dimasak, itu pun butuh bumbu-bumbu racikan yang harus aku buat, juga
perlu menambahnya dengan beberapa sayuran untuk melengkapinya. Uangku tidak
mencukupi.
Niatan untuk memasak itu kini telah terganti dengan
rencana makan di luar saja. Seingatku ada makanan yang seharga 2,50 Lira saja.
Aku berangkat menuju tempat yang biasa aku kunjungi.
46 Döner,
sebuah warung yang sering aku kunjungi. Aku pun memesan setiba disana, lalu
duduk. Pesanan tiba, aku pun melahapnya perlahan-lahan saja.
“Celaka!!!”
Aku panik. Rasa makanan yang kumakan tidak lagi
lezat. Aku baru sadar, uangku tidak cukup untuk membayar makanan ini. Uangku kurang
0,50 Lira. Aku menyesal dan menyalahkan diri, “Kenapa bisa salah terka!”
marahku pada diri sendiri.
Aku makan semakin perlahan, selain makan aku juga
sedang berfikir. “Waduh! Bagaimana ini,”pikirku.
Makananku sebentar lagi akan habis. Dada semakin
sempit. “Apa yang harus aku lakukan!” “Apa harus pasrah saja!” teriakku dalam
hati.
Kupejamkan mataku. “Ya Allah, hamba-Mu sedang dalam
kesempitan. Tidakkah Engkau kasihan pada hamba ini. Kumohon ya Allah. Tidak adakah
seseorang yang Engkau kirim dan datang kemari entah siapapun dia, lalu
menyelamatkanku yang lemah ini.” Dalam hati doaku ini terucap begitu saja. Tawakkal
sambil memakan sisa makanan yang tinggal sedikit.
Aku memang duduk mengarah pintu masuk warung ini. Sejak
aku berdoa, aku selalu melihat ke arah pintu, berharap ada malaikat yang
menghampiri.
Seseorang berjas memasuki warung. Aku perhatikannya
lebih dekat lagi. Aku kenal postur tubuh itu, aku kenal kaca mata yang hitam
sebab terkena matahari itu, aku kenal caranya berjalan. “Dia Ahmad, teman
sebangku kuliahku,” telah kuputuskan keputusan ini secara bulat.
Aku lihat dia sedang mencari tempat duduk yang pas. “Ahmad
Abi!” panggilku dengan suara agak keras.
Dia mencari asal suaraku. Dia tidak bisa melihat
dari jauh, hanya dari jarak dekat dia dapat mengenali seseorang. Dia pun
mengarah kepadaku lebih dekat.
“Gel gel,” kataku memanggil ramah dengan Bahasa
Turki, artinya kesini kesini. Aku pun tidak lupa membubuhkan senyum bahagiaku
kepadanya. Dia pun tersenyum setelah mengenaliku.
“Alhamdulillah, terima kasih ya Allah,” ucapku dalam
hati.
Kami pun larut pada percakapan seperti halnya ketika
kami bertemu. Dia sahabat dekatku. Meski makananku telah habis, aku rela untuk
menemani sahabatku ini dengan ikhlas. Meski ada niat lain (baca: berharap
sahabatku ini akan mengulurkan tangannya untuk membantu sahabatnya dalam
kesusahan, lebai) di hatiku.
Makanannya pun telah dilahap dengan nikmatnya. Dia sempat
menawarkan aku tuk memesan minuman karena melihatku diam tanpa mengerjakan
apa-apa, hanya memperhatikannya. Kami menghampiri kasir.
Aku memasukkan tanganku ke dalam kantongku hendak
mengambil uang untuk membayar. Ahmad Abi yang memperhatikanku pun berusaha
menghalangiku untuk mengambilnya.
“Aku cuman mau bayar bagianku,”kataku tidak enak.
“Jangan! Biarkan kali ini aku yang traktir.”
“Jangan!” kataku basa basi, dia mengerdipkan
matanya. “Terima kasih,” ucapku bahagia. “Alhamdulillah!!!” ucapku berkali-kali
dalam hati. Doaku terkabul dan terasa sekali hari ini benar-benar jum’at yang
berkah. Alhamdulillah...
Kahramanmaras
Turki, 04 April 2014
Komentar
Posting Komentar