Perkara Sahabat



Kadang kita tak benar-benar tahu siapa sebenarnya sahabat bagi kita. Mungkin kita bisa hidup selalu bersama, mungkin saja saat bertemu kita selalu berbagi senyum dan tawa, mungkin dia tidak pernah menunjukkan wajah permusuhan kepadamu, dan masih banyak kemungkinan lagi. Namun, jangan tergesa-gesa untuk menilainya sebagai sahabatmu. Satu hal yang akan membuatmu sedih dan sakit hati adalah ketika kau menyadari bahwa dia selama ini tidak menganggapmu sebagai seorang sahabat.


Sahabat berbeda dengan teman. Sahabat bisa saja teman, namun teman tidak semuanya sahabat. Sayangnya, kita tidak bisa membaca hati siapapun. Kita hanya bisa menebak-nebak saja. Mungkin kadang tebakan kita benar dan tepat, namun tidak jarang tebakan kita salah kaprah. İya, manusia adalah makhluk yang lemah, hanya bisa menilai apa yang tampak, hanya bisa menerka apa yang tersembunyi. Kini, pentingkah arti sahabat bagimu?

Bagiku sahabat adalah keputusan kesepakatan, bukan kesepakatan pribadi, tidak hanya satu pihak saja yang menganggap sebagai sahabat, tapi kedua pihak atau lebih yang mengatakan ‘kita adalah sahabat’. Mungkin pendapatku salah, sebab para sahabat Rasulullah tanpa mengatakan ‘kita adalah sahabat’ mereka bisa setia dan berada dalam udara persahabatan dan persaudaraan. Lagi-lagi aku merasakan bahwasanya manusia memang makhluk yang lemah. Seberapa pun manusia itu kuat ternyata dia akan merasakan sakit hati juga tatkala diabaikan seseorang yang sudah dianggap sebagai sahabat.

Satu hal, seorang muslim itu berbeda dari manusia lain. Memang seorang muslim adalah manusia. Akan tetapi seorang muslim sejati mempunyai satu prinsip ‘aku tidak akan menyakiti dan tidak akan merasa tersakiti.’ Prinsip ini mirip dengan istilah ‘kerjakanlah kebaikan, lalu lupakan.’  Kebaikan seorang muslim sejati adalah dia mengerjakan apa saja yang Allah suka, dan ‘tidak menyakiti’ siapapun dan apapun tentunya merupakan kebaikan yang sangat disukai Allah. Kemudian tentang ‘tidak merasa tersakiti’  adalah perkara ikhlas, yaitu tidak adanya harapan berupa balasan dari sebuah kebaikan yang dilakukan. Terlihat sangat susah dan memang sangat susah. Tidak semua orang muslim bisa mencapai derajat ini. Hanya mereka yang benar-benar bersungguhlah yang bisa mencapai puncak ini. Jadi, ketika mendapati seorang muslim tidak berkarakter seperti ini bukan berarti dia bukan seorang muslim, tapi dia masih belum mencapai tingkatan seorang muslim yang sesempurna itu. İya, orang muslim juga manusia. İtulah yang menjadi alasan kebanyakan orang.

Hubungannya dengan persahabatan adalah seorang muslim akan selalu  berusaha menjadi seorang sahabat. Meski kadang ada bentuk penghianatan, dia tetap tegar tanpa merusak niat-niat baik yang akan dia kerjakan. Mungkin dia akan mengambil hikmah pelajaran dari peristiwa penghianatan (dengan bahasa halusnya, ketika tidak dianggap sahabat), yaitu kebaikannya masih belum cukup untuk bisa dianggap sebagai sahabat oleh orang lain. İntinya, dia menyadari bahwa dirinya masih perlu memperbanyak lagi kebaikan-kebaikan, tanpa harus mendamba balasan. Secara tidak langsung, jika kita mengerjakan dengan ikhlas kebaikan yang kita perbuat, suatu saat tidaklah sedikit orang yang merasa kehilangan tatkala kita telah tiada, atau tidak sedikit pula yang menyadari kita adalah sahabat terbaik yang pernah mereka miliki. Satu lagi, Allah tidak akan pernah melupakan kebaikan kita, sekecil apapun itu.

A4, Kahramanmaras Turki, 26 April 2014   
    

Komentar

Postingan Populer