Belajar dari Sepotong Kue
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Seorang wanita sedang menunggu di sebuah bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum waktu penerbangan tiba. Untuk mengisi waktu, dia membeli sebuah buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu dia menemukan sebuah tempat untuk duduk. Sambil berduduk wanita itu membaca buku yang baru dia belinya. Dalam keasyikannya, dia melihat seseorang lelaki yang duduk disebelahnya begitu beraninya mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka berdua.
Wanita itu berusaha mengabaikan dan menenangkan diri agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kuenya dan melihat jam tangannya. Sementara si pencuri kue yang pemberani menghabiskan persediannya. Ia semakin kesal, sementara menit-menit berlalu.
Wanita itu pun sempat berfikir, “kalau aku bukan orang baik, sudah ku tonjok dia!” Setiap dia mengambil satu buah kue, si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya ada satu kue yang tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue dan membagi dua. Si lelaki menawarkan separo kue miliknya dan memankan separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berfikir, “ya ampun, orang ini berani sekali dan ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih.”
Belum pernah rasanya dia merasa sekesal ini. Ia menghela nafas lega saat penerbangan diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan pergi menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh kepada si “pencuri yang tak tahu terimakasih”. Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget. Disitu ada kantong kuenya, didepan matanya!! Kok milikku ada disini erangnya dengan patah hati. Jadi, kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk meminta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya ia yang kasar, tak tahu terimakasih. Dan ialah pencuri kue itu!!!
Dalam hidup ini kisah pencuri kue tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk kepadanya.
Orang lainlah yang selalu salah. Orang lainlah yang patut disingkirkan. Orang lainlah yang tak tahu diri. Orang lainlah yang berdosa. Orang lainlah yang selalu bikin masalah. Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran. Padahal, kita sendiri yang mencuri kue tadi. Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilain atau gagasan orang lain. Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.
Sumber : artikel nemu
Kahramanmaraş Turkey, 20 januari 2012
Malem2 jadi lapeeerrrrrrrrrrrrrrrr..!!!!!!!! hahaha....
BalasHapusmakan atuh :D
BalasHapus