Kosong, Kosong, Kosong...

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Kosong, tahukah kita nama kaleng yang tidak berisi itu? Iya benar, namanya kaleng kosong. Kosong, tahukah kita nama rumah yang tidak berpenghuni itu? Iya benar, itu rumah kosong. Kosong, tahukah kita nama dunia yang tidak ada kehidupannya? Iya benar sekali, itu adalah dunia yang kosong pula.

Kosong, kosong, kosong… (ucapkan dengan perlahan)
Sesuatu yang tidak berisi, tidak berpenghuni, tidak berkehidupan yang berarti tidak bernilai, tidak ada apa-apanya, dan itu adalah kosong lagi.

Tahukah kita, hari-hari kita selama ini penuh dengan kekosongan, penuh dengan berbagai hal yang tidak berarti, tidak bernilai, tidak berkehidupan, dan seterusnya.

Kadangkala kita bertanya, “ketika waktu kosong kita, apa yang kita kerjakan?” ketika ada yang menjawab membaca buku, ketika itu juga orang-orang disekitar kita mengetawakan kita. Ketika ada yang menjawab membaca Al-qur’an, ketika itu juga orang-orang disekitar kita tertunduk lemas tanda tidak setuju. Ketika ada yang menjawab yuk kita jalan-jalan aja, serentak ketika itu semangat membuat dada membusung, kepala terangkat, langkah berjalan semakin sergap dan masih banyak lagi kata-kata yang mirip dengan yuk kita jalan-jalan saja.

Ada apa dengan kehidupan kita di saat ini? Sedang ada apa gerangan? Semua hal yang berisi dianggap kosong, begitu pula sebaliknya, hal-hal yang kosong tampak berisi dan dianggap berisi.

Mari kita bertanya kembali, “ketika waktu kosong kita, apa yang kita kerjakan?”

Bukankah, waktu kita selama ini kosong? Keseluruhannya kosong? 24 jam adalah bukan waktu yang sedikit, itu adalah total waktu dalam satu hari, jumlah keseluruhan. Sedangkan yang kita isi?

Mengisi kosong, ada pendidikan, pendidikan itu berupa sekolahan dan didalam sekolahan itu sesuatu yang tampak berisi dimata, bukan dihati, lagi-lagi kosong. Dalam pelajaran yang harusnya diisi dengan focus dalam mata pelajaran, kita letakkan fikiran kita bukan disitu, tetapi ditempat lain, yang mana bukan pelajaran. Dan seterusnya…

Fikiranku mulai kosong, kutakut jika kulanjutkan kalimat-kalimatku lagi malahan menjadikan catatan ini sebuah catatan yang kosong. Panjang tapi kosong, sudah, kuingin menyudahi semua ini. Agar menjadi sebuah yang berisi, bernilai, dan seterusnya.

Dan pada intinya, kita dibingungkan dengan kekosongan-kekosongan ini. Setelah kau baca catatan ini, jangan pernah lagi ada kekosongan lagi yang betah tinggal dalam dirimu. Gantilah kata-kata “kosong” dalam catatan ini dengan “berisi”, berjanjilah! Ini bukan untuk siapa-siapa, ini untukmu pribadi.



Kahramanmaraş Turkey, 1 maret 2012

Komentar

Postingan Populer