JENDELA MUSIM DINGIN
Udara telah berubah, mentari sudah
jarang memberikan kehangatan. Hujan, awan hitam, kabut gelap, dingin, gigil,
dan sakit demam atau flu menjadi sahabat di musim ini. Jaket tebal dan payung
pun terasa lebih akrab denganku. Kerinduanku yang melebihi segalanya adalah pada
kehangatan. Aku biasa menemukannya di dalam sebuah ruangan atau rumah. Di dalam
ruangan itu hanya ada satu benda yang dapat memberikanku kehangatan. Dia terkenal
dengan kalorifer, atau pemanas
ruangan yang berisi air panas.
Di tempat lain dimana kalorifer tidak berada, biasanya ada soba yang hadir menggantikannya. Dia adalah penghangat ruangan yang
berisi api dan arang. Dia berbeda dengan perapian pada umumnya. Dia tertutup
dan memiliki cerobong besar ke arah langit. Sedang perapian hanya seperti
tungku dan berisi kayu terbakar, yang satu ini sudah jarang. Rumah yang
memiliki soba adalah rumah-rumah
lama, rumah para penduduk desa. Di kota, kehadirannya digantikan oleh pemanas
listrik, di tempat lain mungkin ada AC pemanas. Hmmm, Turki dan Musim Dingin...
Keadaan di luar rumah dingin. Berdiam
di dalam kamar adalah hobbi pada musim ini. Kasur dan selimut selalu setia
menemani kesendirian ini. Mentari jarang sekali memberikan cahaya, lampu
listrik lebih siap untuk mewakilinya kapan saja.
Aku bangun. Udara dalam ruanganku
pun hangat. Tapi, aku tahu udara ini tidak sehat. Namun udara di luar dingin
dan menakutkan. Jendela di samping ranjang itu hanya terpaku tak bergerak. Sudah
berhari-hari aku sengaja tidak membukanya, bahkan mungkin lebih dari seminggu. Dialah
penghubung antara aku dan udara di luar sana.
Aku bosan dengan kesendirian ini. Aku
bosan dengan udara ini. Tidak pernah berganti, tidak memberiku kesehatan ataupun
kedamaian. Aku berfikir selama beberapa saat. Akhirnya, aku memutuskan untuk
membuka jendela. Aku pun membukanya. Sebuah udara yang baru, datang memasuki
ruanganku perlahan-lahan. Mataku terpejam dan hidungku pun mulai menghirup
aroma ini. Segar dan baru...
Udara ruanganku hampir menjadi
dingin. Aku pun menutup jendela untuk mencegahnya. Sudah cukup untuk hari ini,
pikirku dalam hati sambil menguncinya. Mungkin ini adalah fungsi jendela,
sebagai perantara tuk merubah udara dan suasana.
Aku sedang memaandangi jendela
musim dingin ini. Aku membayangkan sesuatu yang lain. Aku mengibaratkan udara
dingin di luar adalah keadaan dunia saat ini. Berada di dalam ruangan seperti
ini adalah usaha tuk melindungiku dari dunia luar yang dingin dan jahat. Aku tidak
pernah keluar ruangan, itu adalah keadaan manusia yang tidak mau tahu apa kabar
dunia yang dingin. Aku lebih memilih kesendirianku, itu adalah egoismeku, aku
mengira hanya aku yang hangat di dunia. Dengan berdiam diri di rumah bisa
menyelamatkanku dari dunia yang dingin dan kejam. Sampai sampai tidak untuk
membuka jendela sekalipun! Entahlah, hari ini, jendela musim dingin telah
mengingatkanku semua ini. Membukanya sebentar untuk melewatkan beberapa udara
yang tidak bersih keluar dan memasukkan udara bersih yang baru ke dalam,
bukanlah sesuatu yang membahayakan bagiku, bahkan aku perlu untuk itu.
Di balik jendela musim dingin, ada
keindahan yang terlewatkan selama kita tidak membukanya. Suara-suara burung
kecil di luar, yang terdengar setelah jendela itu terbuka, bukankah sebuah pertanda
bahwa ada makhluk-makhluk perkasa yang berani melewati dingin. Padahal mereka
tidak lebih kuat dari pada manusia. Manusia, tidakkah lebih sempurna dan
perkasa dari makhluk lain. Lalu apa yang menghalangimu untuk tidak berani
menjumpai dunia yang dingin dan kejam.
Mau tidak mau, suatu hari kau harus
keluar dari ruangan sempitmu. Pada waktu itu kau terpaksa untuk keluar dengan
beberapa alasan. Tanpa tahu bagaimana udara di luar, tanpa terbiasa dengan
keadaan dingin di luar sana, ketika kau keluar kau akan terkejut dan
menjadikanmu sakit. Karena kau tidak mempunyai suatu obat yang bisa menahan
dingin itu. Kau tidak bisa terbiasa dengan sesuatu yang tidak kau temui.
Jendela musim dingin, kini aku
sadar bahwa kadang aku harus membukamu, aku harus bisa menerima dan
mendengarkan suara-suara dingin itu tanpa harus ikut menjadi dingin. Tidak perlu
aku menutup telinga, entah sampai kapan aku akan bisa bertahan menutup telinga,
pasti suatu hari aku akan lelah dan mendengarkan kedinginan-kedinginan itu.
Jendela musim dingin, iya, dunia
memang dingin dan kejam. Namun salah jika hanya bisa bertahan di balik pertahanan
yang entah sampai kapan akan bertahan. Dalam sebuah peperangan, bertahan yang
paling baik adalah dengan menyerang. Menyerang adalah kunci kemenangan para
petarung-petarung sejati. Tidak hanya dengan berdiam diri dan mengira kau sudah
terselamatkan dari dingin yang membunuh, dari jahat yang menyayat.
Mungkin aku perlu berdiam diri,
tapi tidak untuk menikmati kehangatan terbatas yang kumiliki. Aku berdiam
dengan kehangatan sementara, untuk mengumpulkan kekuatan ketika harus keluar
menemui dunia. Karena kehidupan yang sebenarnya, bukan ruangan sempit yang
kupunya, akan tetapi kehidupan yang sebenarnya adalah dunia luas di luar sana.
A4, Kahramanmaras Turki, 13 Des 2014
Komentar
Posting Komentar