Cara Wanita Baik Mempesona Pria Baik
Entah, masih adakah manusia yang berkeriteria baik; wanita baik,
pria baik? Dunia hari ini telah banyak berubah. Terlihat aneh dan membingungkan. Antara
baik dan buruk tercampur, hingga sulit mendefinisikan yang baik ataupun buruk,
salah ataupun benar. Bahkan mulai ada mengada-adakan jenis baru yang berada di
antara wanita dan pria, astaghfirullah. Mungkin disebabkan karena manusia sudah
semakin jauh dari kaidah-kaidah kehidupan yang asli. Tak memiliki pedoman yang
pasti. Mengikuti waktu sekehendak nasfu, bukan insani tapi hewani. Sebenarnya pertanyaan
di atas bukanlah pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada lagi orang baik
sekarang ini. Tentunya ada, seperti adanya orang yang beriman kepada Tuhan yang
Esa di tengah zaman jahiliyyah yang benar-benar rusak, sebelum Islam datang mengingatkan
adanya Tuhan yang Esa. Ada banyak orang mengaku baik, namun apakah kebaikan itu
di-aku-aku. Karena kebaikan adalah ketulusan dan keikhlasan. Namun ketulusan
dan keikhlasan tidak cukup, iman adalah penyempurna kebaikan yang sebenarnya.
Jikalau wanita masihkah ada yang mendamba pria baik? Atau pria yang
mendamba wanita baik sebagai pasangan hidupnya? Tentu masih ada, sebab kata
hati manusia mengatakan kejujuran isi hatinya, bahwa pasangan hidupku haruslah
seorang yang baik, hati dan budi pekertinya.
Kadang wanita baik merasakan kesulitan tuk mendapatkan pria
idamannya. Kerena wanita baik bukan wanita pada umumnya. Lalu bagaimana wanita
baik dapat mempesona pria baik, lalu membuatnya datang meminta dan menjadikannya
sebagai pendampingnya?
Pria baik selalu ingat akan hadis ini; “Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena
kedudukannya, karena kecantikannya, (atau) karena agamanya. Pilihlah yang beragama, maka
kau akan beruntung, (jika tidak, semoga kau) menjadi miskin”. Inilah empat perkara umum yang menjadi alasan para pria
memilih wanita idamannya; harta, kedudukan, kecantikan, dan agama.
Wanita baik tidak mungkin mempesona
dengan kekayaan hartanya. Wanita baik tidak mungkin juga menonjolkan
kedudukannya atau keluarganya agar ada pria baik yang meliriknya. Wanita baik
tidak mempercantik wajah dan tubuhnya dengan uang yang berjuta-juta demi
membuat pria baik jatuh hati padanya. Wanita baik hanya mementingkan agamanya,
melebihi ketiga hal sebelumnya. Karena dia tahu, sang pria baik hanya akan
memilih wanita baik yang beragama dengan baik.
Dalam agama, hal pertama yang wanita baik lakukan adalah ketaatan
pada Allah Ta’ala, Tuhan satu-satunya. Dari ketaatan wanita kepada Allah SWT,
maka kecantikan rohaninya pun tampak dan dapat dilihat. Wanita yang benar-benar
beriman akan membuktikan keyakinannya dalam perilaku kesehariannya. Dia akan
selalu mengingat bahwa Allah Maha Melihat akan segala yang dia perbuat. Selain itu,
dia akan taat terhadap semua aturan yang telah ditetapkan termasuk menutup
aurat tubuh, senantiasa menyadari kesalahan dan menyegerakan taubah, tak pernah
telah untuk beribadah, dan senantiasa menambah ilmu pengetahuan agama. Dalam
Islam wanita baik seperti ini disebut dengan wanita shalehah. Pria baik mana
yang tidak tergoda dengan wanita seperti ini?
Wanita baik memiliki sebuah karakter khusus yang membedakannya
dengan wanita pada umumnya. Dia terlihat lebih malu dan lemah lembut dari yang
lain. Dalam al-Qur’an dikatakan,“…didalam surga ada bidadari-bidadari yang
sopan menundukkan pandangannya.” Iya, malu adalah sifat para
bidadari-bidadari surga. Pria baik pun sangat menyukai rasa malu wanita yang
selalu terjaga.
Selain itu, para pria baik akan menilai kehidupan wanita baik di saat
berada dalam rumahnya, perilakunya terhadap orang tua untuk lebih tepatnya. Pria
baik yang dimaksud disini adalah para pria shaleh, hingga benar apa yang Allah
firmankan dalam Kitab-Nya;
“...dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS. An-Nur; ayat 6)
Mungkin ada banyak sifat akhlaqul karimah yang bisa ditambahkan
untuk semakin membuat pria-pria baik terpesona pada kecantikan yang tidak
sementara, abadi di dunia dan akhirat sana.
(A4, Istanbul Turki, 28/09/15)
Komentar
Posting Komentar