Kadang, Orang-orang Ini Membuat Kamu Jengkel
Hari-hari yang kita jalani tidak selalu sama, kehidupan bukan hanya
kegembiraan dan kesenangan saja, sama halnya dengan rasa yang tidak hanya manis
saja, tapi ada juga asin, pahit, asam, dan lain-lain. Kadang kita senang,
kadang kita sedih, kadang kita marah, semua itu biasa, because this is life.
Kali ini, hal yang ingin kita bahas adalah tentang orang-orang yang bikin kamu
jengkel, bahkan sakit hati sampe mati.
Pernah tidak kamu jengkel dengan seseorang? Kenapa? Ada banyak
alasan kan? tergantung kondisi dimana kejadian itu terjadi. Kalau orang yang
lupa kebaikanmu, apa reaksimu? Jengkel?
Begini, suatu ketika kita pernah menjadi orang baik, bahkan mungkin
baik sekali. Hari itu mungkin karena kita sedang bahagia yang luar biasa,
mungkin juga karena kita emang sudah biasa baik pada semua orang. Misalnya si A
adalah temanmu. Dia adalah orang yang setanah air atau sekampunglah, dll. Hingga
menjadikan alasan kamu sering berjumpa dan bersama dengan si A. Mungkin seiring
berjalannya waktu, kamu sudah merasa bahwa si A ini telah lebih daripada teman,
bisa sahabat atau apalah sebutannya yang lebih daripada teman. Tapi itu hanya
anggapanmu sendiri, entah si A sendiri menganggapmu apa dan siapa. Kamu baik
sekali dengannya, mentraktir, mengajak jalan-jalan, pokoknya kamu percaya
sekali kepadanya. Namun kadang kamu sendiri merasa, rasanya kok aku saja sih
yag aktif baik, atau kenapa sih di pasif banget, tidak mengajak jika belum
diajak, tidak memberi jika belum diminta, dan seterusnya. Atau dalam istilah
cintanya, bertepuk sebelah tangan gthu kali.
Iya, setiap manusia memiliki dunia sendiri sendiri yang
berbeda-beda. Benar jika kita hanya bisa menilai dari apa yang tampak di mata. Namun
jangan lupa, bahwa apa yang tampak di mata bukan berarti pantulan isi hati
yang sebenarnya. Jadi, kadang penilaian
kita itu salah, kadang juga benar.
Hal yang terpenting disini adalah kita melakukan kebaikan itu
dengan niat yang bagaimana? Ikhlas atau memohon pamrih/balasan? Jika kebaikan
yang kita berikan kepada orang lain itu ikhlas maka entah balasan atau jawaban
yang diberikan sang penerima itu tidak akan menjadi permasalahan. Misalnya, kita
memberikan salam kepada seseorang, eh namun salam kita tidak dijawab. Jika keikhlasan
itu benar-benar ada, maka respon kita sebagai orang baik yang ikhlas adalah
tetap tersenyum, sabar, dan tidak jengkel dengan balasan yang diberikan. Berbeda
dengan seseorang yang tidak ikhlas, sehabis peristiwa itu mungkin dia berkata
dalam hati, “Aku tidak akan pernah lagi mengucapkan salam kepadanya.” Apakah
kita begitu? Begitu mudah menerima bisikan syeitan dan menjadi pemarah?
Ikhlas adalah kebaikan itu sendiri. Sesuatu yang kita lakukan itu
belum tentu baik jika tidak ikhlas. Ada yang mengatakan, “Setelah berbuat baik,
maka lupakanlah kebaikanmu”, itulah tanda keikhlasan. Sebaliknya, orang yang
tidak ikhlas akan selalu mengingat kebaikannya, bahkan dia akan selalu
mengungkit-ungkitnya di hadapan banyak orang, sebab riya. Sedangkan ketika
kita yang menjadi penerima kebaikan, jangan sampailah kita lupa akan kebaikan
orang lain. Jangan biarkan orang yang telah berbuat baik kepada kita sakit
hati, atau hanya sekedar jengkel. Jadilah orang baik, kapanpun dan dimanapun.
(Istanbul, A4, 26/09/15)
Komentar
Posting Komentar