Tarawih Satu
Alhamdulillah, Ramadhan yang sejak lama kita
tunggu-tunggu kini telah tiba. Sepertinya ‘tarawih’ adalah kata yang tepat untuk
mengawalinya. Kerena tarawih
merupakan sebuah pintu masuk rumah;
bulan yang penuh keberkahan ini, tidak mungkin kan
kita masuk tanpa melewatinya?
Tarawih
berasal dari kata berbahasa Arab dalam bentuk jamak, yang mufradnya adalah tarwihah,
artinya “Beristirahat, berhenti sejenak untuk melepas lelah.” Tarawih umumnya adalah
istilah yang digunakan khusus untuk sebutan shalat Sunnah yang ditunaikan umat
Muslim selama bulan Ramadhan setelah shalat isya’. Rasulullah (saw) pernah dua-tiga
kali mengimami shalat tarawih, lalu setelah itu tidak pernah lagi mengerjakan
shalat tarawih berjamaah di masjid karena khawatir generasi selanjutnya akan
mengganggapnya sebagai sebuah ibadah fardhu. Jadi, setelah itu shalat Sunnah tarawih
tetap masih dikerjakan, namun tidak secara berjamaah di jami’, yakni ditunaikan
secara munfarid/sendiri-sendiri dan berjamaah di masjid secara kelompok kecil maupun
di rumah. Pada zaman Khalifah Abu Bakar (ra) pun berlanjut seperti itu, namun
pada periode Umar bin Khaththab (ra) shalat Sunnah tarawih barulah ditunaikan
secara berjamaah di masjid. Sebabnya adalah Umar melihat ketidakberaturan ini
dan tidak ada kemungkinan munculnya kesalahpahaman hingga mengganggap bahwa shalat
ini sebagai ibadah fardhu. Khalifah Umar berkata, “Ini adalah sebuah bid’ah
hasanah.”
Udara
dan cuaca Istanbul hari ini sangatlah cerah, bintang-bintang terlihat
berkilauan di langit malam Negara dua benua, meski sedikit terasa panas dengan
derajat antara 18-23 C, namun tarawih pertama yang dikerjakan malam ini
berjalan lancar.
Pelaksanaan
shalat tarawih di sini berbeda-beda, maksudnya berbeda adalah dari sisi kecepatan
mendirikan shalat ini, bukan hal lain. Di sebagian masjid dikerjakan dengan
sangat cepat, di sebagian dengan cepat, di sebagian lagi dengan lambat namun
yang kategori yang terakhir ini terlihat jarang ditemukan. Entah alasan apa
yang membuatnya shalat ini dikerjakan dengan cepat atau sangat cepat, mungkin
karena udara panas, mungkin agar makmum tidak kapok datang berjamaah shalat
tarawih dan mau datang lagi di esok hari. Berbeda jika dikerjakan dengan lambat,
sebab esoknya sebagian jamaah mungkin terlihat hilang dan berkurang. Ini yang
ditakutkan banyak imam, bahkan ada yang bilang makmum datang protes kepada imam
tentang kenapa shalat kok didirikan begitu lambat dengan alasan banyak
pekerjaan, panas, dan lain-lain. Manusia… manusia… beginilah manusia. Ketika kurang
memahami makna sebenarnya dari shalat, yang terjadi adalah keadaan yang seperti
ini. Ibadah yang dikerjakan sebagai rutinitas belaka, tanpa ada rasa. Padahal tarawih
memiliki makna ‘untuk beristirahat’, artinya bisa berlama-lama menikmati dalam bersyukur
dan berjumpa dengan Rabbi, menghilangkan rasa lelah keduniaan yang menjauhkan
diri dari ridha Ilahi, karena telah memahami bahwa bulan ini adalah bulan yang
mana pintu-pintu taubat dibuka, pintu-pintu surga terbuka untuk semua umat
manusia. Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila datang bulan
Ramadhan pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan
syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR. Bukhari)
Mari
kita dengar apa ujar Maulana Jalaluddi Rumi tentang puasa Ramadhan; langsung
saja dengan terjemahan Bahasa Indonesia ya, “Kala kau berpuasa di bulan
Ramadhan sebagaimana mestinya, tubuhmu yang asalnya tanah akan menjadi emas. Meski
dirimu yang fana merasa tersiksa, pada hakikatnya semakin menjulang ke angkasa.
Setiap sesuatu yang kau makan di saat berbuka, masing-masing adalah maknawi
permata. Karena kau telah bersabar tuk tidak makan, tidak minum, dan tidak
berkata serta berbuat buruk selama Ramadhan, kesabaranmu ini, semakin
meningkatkan penampilan maknawimu, semakin membuka mata hatimu.”
Iya,
berpuasa adalah sebuah proses membersihkan diri, tidak hanya secara jasmani,
namun terutama adalah ruhani kita. Jiwa seseorang yang berpuasa sebagaimana
mestinya, akan semakin bersih dan bercahaya, semakin membuat maknawi jiwanya terang
dan melambung tinggi. Pelajaran kesabaran yang diajarkan Ramadhan adalah titik
penting puasa ini. Bersabar menghadapi hawa nafsu, termasuk makan dan minum,
ataupun syahwat seorang manusia. Menjauhkan diri dari kemungkaran, lebih
mendekatkan diri kepada kebaikan, semakin memperbanyak amal perbuatan. Ucapan serta
perbuatan. Lebih mawas diri dan berhati-hati. Semakin memahami makna kehidupan
hakiki, semakin membuat hati nurani terbuka dan memudahkan seseorang untuk
memahami hikmah manusia beribadah kepada Sang Esa. Untuk ini, pertanyaan untuk
sahabatku sekalian, apakah yang kalian kerjakan ketika berpuasa? Apakah sudah
benar puasa yang kita kerjakan benar-benar tidak hanya menahan lapar semata?
A4,
Istanbul, 06/06/16
Komentar
Posting Komentar