Prinsip dan Dasar Khidmah: Selalu Berada Dalam Bimbingan al-Qur'an dan Sunnah (4)
Perihal mengikuti dan memegang teguh Sunnah Nabi merupakan satu hal yang sangat dianjurkan dalam banyak kitab yang kita pegang, khususnya dalam Risalah Nur, karya Badiuzzaman Said Nursi. Dalam karya-karya beliau, jalan Sunnah telah diarahkan dan didorong secara gamblang. Bahkan, bukan hanya pernyataan Badiuzzaman saja, namun salah satu waliyullah yang sangat penting seperti Imam Rabbani juga menegaskan bahwa Sunnah sangat penting. Salah satu hal khusus yang tertuang dalam kitab-kitab tersebut tentang Sunnah adalah hakikat bahwa prinsip-prinsip dan asas-asas yang paling suci di jalan penuh keberkahan dari berkumpulnya seribu pikiran para wali pun akan menjadi sangat kecil jika dibandingkan dengan persoalan terkecil dari Sunnah itu sendiri. Hakikat ini telah dijelaskan tidak hanya sekali namun berkali-kali dan dengan berbagai cara.
Pada hakikatnya Sunnah Nabi bermakna agama Islam secara keseluruhan, mulai dari fardhu hingga adab-adab yang diajarkannya. Ya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mengajari kita kehidupan beragama, mengutus Nabi kita Shallallahu Alaihi Wasallam, yang perilakunya langsung Dia kendalikan dan tunduk pada persetujuanNya, untuk mengajari kita akan makna kehidupan. Seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala dengan ibadah-ibadah fardhu, namun dengan perbuatan-perbuatan sunnah selain fardhu, ia akan sampai pada suatu titik di mana – sebagaimana dinyatakan dalam hadits suci – Allah Ta'ala akan menjadi mata penglihatannya, telinga pendengarannya, mulutnya yang berbicara, dan tangannya. Allah akan selalu membimbingnya kepada kebenaran. Dengan kata lain, Allah tidak menunjukkan kepadanya apa yang Dia anggap salah, tetapi hanya apa yang Dia ridha, hingga semua yang dia lihat akan membantunya mengevaluasi dan memahami secara akurat di masa depan. Orang beriman yang seperti itu tahu bagaimana mencapai hakikat dari segala sesuatu yang dilihatnya. Ketika dia melihat petunjuk, dia menjadi bersayap rohani, tetapi ketika dia melihat kesesatan, dia lari darinya seolah-olah dia melihat sang setan. Ketika orang beriman seperti itu mendengar suara yang bagus, jiwanya segera mulai bangkit. Dia bisa membedakan suara bagus dari suara buruk dengan sangat baik dan mengevaluasi apa yang terdengar di telinganya dengan sangat akurat. Ketika Allah Ta'ala membuat orang seperti itu berbicara, Dia membuatnya mengatakan kebenaran. Sedangkan ketika Allah menyuruhnya melakukan sesuatu dengan tangannya, Dia menyuruhnya melakukan sesuatu atas nama Sang Haq, dan ketika dia bergerak ke satu sisi dengan kakinya, Dia menyuruhnya berjalan menuju arah kebenaran.
Oleh karena itu, Dia tidak pernah meninggalkannya sendirian. Allah Ta'ala menempatkan orang tersebut di bawah kendaliNya langsung dan membuatnya bertindak sesuai dengan persetujuanNya. Faktanya, seperti yang kita lihat di Zaman Kebahagiaan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu membuat Nabi kita Shallallahu Alaihi Wasallam bertindak sesuai dengan keinginanNya. Di kemudian hari, Allah menjaga kehidupan sebagian orang di jalan Nabi kita dan tidak menunjukkan kepada mereka jalan lain selain jalan yang diridhai-Nya. Untuk mencerahkan manusia baik di abad kita maupun di abad-abad sebelumnya dan agar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali mendapat perhatian umat, Dia menutup semua jalan lain untuk mereka, menunjukkan ke satu arah yang pasti, dan menjadikan jalan Sunnah Nabi sebagai jalan yang utama.
______
Tulisan merupakan catatan dari penjelasan Hojaefendi berkaitan tentang "Khidmah dan Dasar-dasarnya."
Bandung, 29 Juli 2024
Komentar
Posting Komentar