Cinta Berbalas Cinta
Bismillah di setiap permulaan
kebaikan. Hari ini, ada keinginan yang berbeda datang dari hati kecilku. Aku
mulai membuka-buka kembali tulisan-tulisan lama di dalam notebook kesayangan.
Satu yang begitu menarik hati adalah catatan pertamaku, catatan yang
menginspirasiku untuk selalu menulis sampai saat ini. Catatan itu berisi cerita
cinta yang indah, yang di waktu itu aku begitu tertarik untuk segera berbagi
kepada teman-teman. Seakan sangat akan merugi sekali jika ada temanku yang tidak
membaca ceritaku ini. Cerita ini adalah hadiah dari seorang sahabat dari Negara
Yaman. Yuk! Simak bersama ceritanya.
Suatu ketika, hidup dua orang
mahasiswa di suatu Negara. Kedua mahasiswa itu berasal dari Negara yang
berbeda, Kuwait dan Saudi Arabia. Hari-hari mereka selalu dilewati bersama,
kemana pun mereka pergi selalu berdua, hampir setiap detik yang mereka punya selalu
dilalui bersama. Nama mereka pun hampir sama Abdul Aziz dan Abdul Rahman. Mereka
tinggal dalam satu atap rumah dan satu universitas yang sama. Hari berganti hari,
tahun berganti tahun persaudaraan itu pun telah tumbuh subur di antara mereka
berdua. Sampai pada suatu ketika, mereka harus mengakhiri perjumpaan mereka, dikarenakan
masa belajar yang sudah usai dan keduanya harus kembali ke Negara
masing-masing.
Sebelum kepergian mereka, Abdul Aziz
berkata, “Saudaraku yang paling baik, andai saja engkau mau pergi bersamaku
terbang menuju negaraku Kuwait untuk mampir beberapa hari saja. Kemudian engkau
bisa pulang ke negaramu Saudi, bagaimana?”
Abdul Rahman pun menjawab, “Saudaraku
yang paling baik, sungguh betapa indahnya jika kubisa menerima tawaranmu, karena
aku belum pernah mengunjungi Negara Kuwait sebelumnya.” Keduanya berpelukan
haru. Sehari kemudian mereka pun berangkat.
Di Kuwait, Abdul Rahman mendapatkan
layanan dari saudaranya dengan sangat baik. Suatu hari Abdul Aziz mendapatkan
kabar duka dari saudara Abdul Rahman yang tinggal di Saudi. Kabarnya, paman
dari Abdul Rahman telah menemui Rabb yang Maha Agung. Abdul Aziz tidak ingin
kabar duka ini membuat saudaranya menjadi bersedih. Dia membiarkan saudaranya
tidak mengetahui. Hari-hari di Kuwait pun dilalui dengan indah tanpa harus
bersedih.
Suatu hari Abdul Rahman duduk di sebuah
balkon rumah saudaranya menikmati udara segar Kuwait. Tak sengaja matanya
memandang kepada seorang gadis cantik yang kebetulan melewati, jatuh hatilah
pemuda Saudi ini. Lalu dia bercerita kepada saudaranya, “Saudaraku, aku tadi
melihat seorang gadis cantik lewat di samping rumahmu dan dia telah membuat
hati ini bergetar. Kuingin menikahinya saudaraku…” Pada hari yang lain mereka
berdua pergi ke rumah orang tua gadis tersebut untuk meminang. Abdul Rahman pun
menikah dengan wanita itu dengan sangat gembira. Setelah menikah, Abdul Rahman
pulang bersama istrinya ke Saudi Arabia.
Tahun berganti tahun, terdengar
kabar bahwa saudaranya di Kuwait telah jatuh fakir dan tidak tertinggal satu pun
dari hartanya, kecuali hanya sedikit. Karena tidak ada lagi tempat untuk
tinggal, dia hidup di pinggir jalanan. Suatu hari dia teringat kepada
saudaranya Abdul Rahman dan kemudian memutuskan untuk pergi ke rumah saudaranya
di Saudi dengan bekal secukupnya.
Hari itu, setelah perjalanan jauh, di
depan rumah saudaranya Abdul Rahman, Abdul Aziz mengetuk pintu rumah. Lalu
keluar seorang pembantu dan menanyakan apa yang diinginkan orang asing ini.
Abdul Aziz berkata, “Assalamu’alaikum. Saya adalah saudara dari tuan rumah ini,
saya datang dari Kuwait untuk bertemu
tuan Abdul Rahman.” Pergilah sang pembantu ke dalam rumah untuk memberitahukan bahwa
ada seseorang yang datang dengan keinginan bertemu majikan. Kemudian Abdul
Rahman berkata, “Ambillah roti ini, lalu berikanlah kepada orang tadi..”
pembantu itu mengambil roti dan pergi memberikannya kepada Abdul Aziz.
Tersentaklah hati Abdul Aziz,
melihat saudaranya hanya memberikan sepotong roti dan tidak ingin menemuinya.
Dalam benaknya, persaudaraan telah berakhir dengan fakirnya dia. Perjalanan yang
sudah lama terjalin hilang hanya dengan sekejab saja. Lalu Abdul Aziz pergi
tanpa mengambil sedikit pun potongan roti pemberian saudaranya tadi. Di tengah
perjalanan, dia bertemu dengan seorang ibu bersama seorang gadis sedang
berjalan sambil mencari-cari air karena kehausan. Abdul Aziz waktu itu sedang membawa
sedikit air. Lalu ia menawarkan air itu kepada sang ibu. Setelah meneguk air
pemberian Abdul Aziz, sang ibu berkata, “Aku ingin pergi untuk berhaji ke
Makkah, aku datang bersama seorang gadis dan beberapa harta. Aku tahu engkau
adalah orang yang baik, kuingin menitipkan anakku dan sebagian hartaku
kepadamu. Sepulangku nanti dari haji, aku
akan datang mengambil anak dan hartaku. Jika nanti aku tidak datang kembali,
maka ambillah hartaku dan jadikanlah anakku sebagai istrimu.” Lalu ibu itu pergi
untuk berhaji, meninggalkan anak dan hartanya pada Abdul Aziz.
Tahun berganti tahun sang ibu tak juga
kembali. Akhirnya Abdul Aziz pun berpikiran bahwa sang ibu tidak akan datang
kembali, kemudian ia memutuskan akan menjalankan nasehat sang ibu, mengambil
harta dan menikahi sang gadis. Keadaan Abdul Aziz pun pulih, sedikit demi
sedikit harta pemberian ibu tadi ia gunakan untuk berdagang dan menjadi berkah.
Setelah ia siap untuk menikah, Abdul Aziz pun menyiapkan perlengkapan untuk
mengadakan upacara walimatul ‘ursy. Kabar ini terdengar sampai ke telinga
saudaranya Abdul Rahman di Saudi. Ketika waktu pernikahan tiba, saudaranya
Abdul Rahman datang untuk menemui dan menghadiri acara saudaranya. Di depan
pintu Abdul Rahman berkata kepada penjaga gerbang, “Assalamu’alaikum. Saya
adalah saudara tuan rumah yang ingin mengadakan upacara ini dan saya ingin
bertemu dengannya..” Penjaga gerbang pun pergi menemui tuan rumah dan
memberitahukan seseorang asing yang datang.
Lalu Abdul Aziz
berkata, “Saya tidak mempunyai saudara, bagaimana mungkin ada yang datang
mengaku sebagai saudaraku?”
Sang penjaga pun
pergi untuk mengatakan perkataan tuan rumahnya kepada Abdul Rahman. Hati Abdul
Rahman seketika bergetar mendengar perkataan saudaranya. Kemudian dia pergi ke dalam
menemui saudaranya dengan paksa.
Di depan para hadirin yang sangat
banyak ia berteriak, “Wahai para hadirin! dengarkanlah ceritaku dan cerita
saudaraku Abdul Aziz. Kemudian katakanlah dengan sejujurnya siapakah yang benar
menurut kalian?
Abdul Aziz kemudian bercerita dari awal
pertemuan mereka, persahabatan, dan perlakuannya sewaktu datang ke Kuwait dulu.
Sampai pada suatu hari ia datang ke rumah Abdul Rahman untuk meminta
pertolongan, dia hanya memberikan sepotong roti dan meninggalkannya di jalan. Lalu
Abdul Aziz berkata, “Apakah ini yang namanya saudara??”
Kemudian Abdul
Rahman pun berucap, “Saudaraku, sudah selesaikah ceritamu?”
“Iya sudah…”
ucap sang Kuwait.
Tiba giliran Abdul Raham untuk bercerita
dari awal pertemuannya di tempat kuliahnya dulu. Dia menceritakan
kebaikan-kebaikan yang telah berikan kepadanya. Sampai pada hari dimana
saudaranya Kuwait berada di depan pintu rumahnya. Abdul Rahman berkata,
“Tahukah saudaraku yang baik, waktu itu mengapa aku tidak keluar untuk menemuimu?”
“Ketahuilah
waktu itu aku tidak rela melihat saudaraku dalam keadaan fakir, hatiku akan
menangis dengan sangat jika melihatmu dalam keadaan seperti itu.”
“Tahukah engkau
wahai saudaraku? Roti yang kuberikan kepadamu pada waktu itu. Waktu itu, aku sedang
makan bersama keluarga. kemudian kumendengar engkau datang untuk pertolonganku,
aku pun memotong roti yang hendak aku makan menjadi dua belah sama rata.”
Bergetarlah hati Abdul Aziz mendengar cerita saudaranya.
Kemudian Abdul Rahman berkata lagi, “Tahukah
saudaraku, seseorang yang engkau temui di jalan bersama seorang gadis? Dia
adalah ibuku yang kukirim untuk menemuimu. Gadis itu adalah adikku dan harta
yang dia berikan kepadamu adalah harta yang kutitipkan kepada ibuku untuk
diberikan kepadamu.”
Meneteslah airmata Abdul Aziz sambil
berkata tersedu-sedu, “Saudaraku! Tahukah engkau? gadis yang dulu membuatmu
jatuh hati dan kemudian engkau nikahi. Dia adalah tunanganku. Setelah kuketahui
engkau menyukai dan ingin menikahinya, segera kuambil cincin yang telah
kukenakan di jarinya.” Pecahlah tangis bahagia antara mereka berdua sambil
berpelukan erat satu sama lain. Semua hadirin waktu itu pun ikut terharu sedu
mendengar kisah cinta mereka berdua. Wallahu a’lam.
NB. Menulislah
dan bagikan cerita terindahmu kepada semua orang.
Istanbul
Turkey, 17 agustus 2011/Kahramanmaraş Turkey, 31 oktober 2012
Komentar
Posting Komentar