Prinsip dan Dasar Khidmah: Gerakan Dengan Orbit Keikhlasan (2)




Memiliki Kekhawatiran Diri Terhadap Keikhlasan

    Untuk memperoleh keikhlasan, kita perlu memiliki sedikit rasa khawatir terhadap keikhlasan. Maksudnya, kita khawatir dengan keikhlasan kita, takut tidak ikhlas dalam beramal, atau takut kehilangan keikhlasan. Maka dari itu sangatlah penting untuk selalu berpikir tentang Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bermurooqobah, sering melakukan robiithotul maut, yaitu senantiaasa memikirkan kematian dan akhirat, di jalan menuju keikhlasan.
    Terlepas dari segalanya, kadang mungkin terlintas dalam pikiran seseorang bahwa orang lain menyukainya, kagum kepadanya. Terkadang kita mungkin tidak bisa menyingkirkan perasaan ini meskipun tadinya kita sudah berangkat dengan niat untuk mendapatkan keridhaan Allah Ta'ala di awal pekerjaan. Kadang perasaan ingin disukai orang lain karena perbuatan kita itu masih muncul. Namun jika kita segera menyesal, bertaubat, dan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, insyaAllah itu tidak akan berdampak buruk bagi kita. Ya, ketika nafsu dan perasaan tersebut mengganggu kita seperti halnya lebah yang sesekali mengerumuni kita, sebaiknya kita segera berusaha menghilangkan perasaan tersebut agar kita tidak benar-benar kalah dan merugi dalam hal ini.
    Misalnya, kita sedang memulai mendirikan shalat dengan tulus, kita sembelih nafsu kita dengan ucapan “Allahu Akbar”. Namun di salah satu rukun shalat, ternyata muncul riya' (keinginan agar orang lain melihat kita), yang berhembus bagai sebuah kegelapan dan melingkupi jiwa kita. Kita tidak boleh memikirkan hal ini, kita harus segera mengaktifkan perasaan penyesalan kita dan mengucapkan dalam hati, “Ya Allah! Aku berlindung padaMu.” Karena shalat akan kehilangan cahayanya ketika ada perasaan lain bercampur dengannya. Shalat yang di dalamnya tercampur perasaan selain ridha Allah, hanya sekedar gerakan dan lelah semata.
    Hal-hal yang kadang terlintas dalam pikiran mungkin tidak menimbulkan bahaya, tidak merugikan. Kita pun perlu berpikir bahwa tidak mungkin orang yang datang ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala lima kali sehari untuk beribadah akan mudah jatuh hanya karena sebuah riya'. Sebaliknya, memikirkan hal ini berarti mencurigai atau suuzan terhadap saudara-saudara kita yang seiman. Kita harus berusaha husnuzan sebaik mungkin terhadap kondisi saudara Muslim kita. Misal pun ada yang menangis dalam shalatnya, kita akan bilang “hatinya sedang membara”, kalau ada yang merintih, kita bilang “ada derita di hatinya”. Dan memang semua hal itu bukanlah hal yang bisa dilakukan karena perilaku riya'.

______ 

Tulisan merupakan catatan dari penjelasan Hojaefendi berkaitan tentang "Khidmah dan Dasar-dasarnya." 

Bandung, 25 September 2024

Komentar

Postingan Populer