Malam Pertama……..



Sebuah FIKSI
malam pertama
Aku masih terdiam di sisi ranjang, tak tahu harus berbuat apa. Demikian pula Lia, dia duduk agak jauh di sampingku. Ini adalah pengalaman pertama bagiku satu ruangan dengan seorang gadis, ruangan yang sangat privasi. Bahagia, nervous, bingung, campur aduk jadi satu. Lima menit berlalu dalam keheningan setelah tadi kami melakukan shalat sunnah dua rakaat serta berdoa memohon kebaikan kepada Allah yang kuucapkan sambil meletakkan tanganku di atas kening Lia, wanita yang sejak tadi sore telah resmi menjadi istriku.
”Bodoh! Bukankah Lia sudah halal bagiku.” rutukku dalam hati menyadari kebodohanku yang tidak ada inisiatif mencairkan suasana yang kaku. Kuberanikan diri untuk memulai. Perlahan-lahan kupalingkan wajahku menatap ke arah Lia yang masih diam tertunduk. Aku terus menatapnya tanpa berkata apa-apa, sampai Lia merasakan dan memalingkan wajahnya ke arahku. Lama kami beradu pandang, lalu secara bersamaan kami menarik ujung bibir, tersenyum.
”Istriku benar-benar cantik.” fikirku. Lalu tiba-tiba, ”Aduh!” pekikku sambil kedua telapak tangan kututupkan pada kedua mataku.
”Ada apa, Mas?” tanya Lia cepat sambil menggeser tubuhnya ke arahku. Kini tidak ada jarak lagi diantara kami, dia duduk tepat di sampingku. Dengan lembut Lia memegang kedua tanganku lalu menariknya dari wajahku. Mataku masih tertutup.
”Ada apa sih, Mas?” Lia semakin penasaran dengan apa yang terjadi padaku. Aku membuka mata perlahan lalu mengerjap-ngerjapkannya seolah merasakan pedih di mataku, setelah itu aku memandangnya,
”Aku baru saja melihat cahaya terang yang menyilaukan mataku.” kataku.
”Ah, masak? Darimana?” tanya Lia heran dengan mimik muka yang sangat lucu, aku hampir tertawa melihatnya.
”Benar keterangan pada kitab tentang keindahan surga,” lanjutku
”Bahwa jika ada bidadari yang turun ke dunia, maka cahayanya akan menyinari seluruh isi bumi, bahkan matahari pun jadi kecil karenanya. Dan saat ini, bidadari itu ada di hadapanku, bagaimana mataku tidak silau?” kuakhiri penjelasanku dengan memberikan senyuman yang tulus untuk istriku ini.
”Ah, kau menggodaku, ya?” Lia tersipu, lalu mengepalkan jemarinya dan memukulkannya pelan ke bahuku. Kubiarkan Lia dengan ekspresinya, lalu kuraih jemari itu dan menggenggamnya erat. Perlahan kuangkat kedua kakiku ke atas ranjang dan duduk bersila berputar ke arah Lia. Lia mengikuti gerakanku, duduk di depanku tapi dengan kaki kanannya ditekuk ke samping kanan. Kedua lutut kami bertemu, sedang kedua jemari kami berpegangan erat. Sekarang aku bebas memandangi wajah istriku dengan sepuasnya.
Malam ini aku merasakan kebahagiaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Sekaligus bangga, karena ini adalah kebahagiaan yang halal untuk kunikmati. Kebahagiaan yang tak kan pernah dirasakan muda-mudi yang suka mengumbar cinta yang belum saatnya. Mereka yang harus sembunyi-sembunyi dalam menikmati cinta, takut diketahui orang karena yang dilakukan bukanlah hak mereka. Padahal Allah Maha Mengetahui apa yang hamba-Nya lakukan. Mereka merasakan nikmat, tetapi hati mereka diliputi kekhawatiran atas resiko perbuatan mereka, karena perbuatan yang tidak halal. Saat malam pertama, mereka tak akan merasakan kebahagiaan spesial seperti yang kami rasakan. Tak ada yang spesial karena mereka telah terbiasa bermesraan sebelumnya.
Alhamdulillah, aku bersyukur atas kebahagiaan ini, ya Rabb. Kedua mataku masih belum berpaling dari wajah Lia, wanita yang baru kuketahui namanya dua minggu yang lalu dan kulihat wajahnya empat hari setelahnya dalam acara khitbah. Kami bertemu dan menikah atas rencana kedua orang tua kami. Sekarang suasana telah cair, kini saatnya aku bicara,
”Istriku, dengarkanlah. Aku sudah mempersiapkan kata-kata ini sejak lama. Kata-kata yang telah kupersiapkan untuk wanita yang akan menjadi sahabatku selamanya, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Yang telah kupersiapkan jauh hari sebelum mengenal dirimu, karena kuyakin Allah telah menciptakan dirimu saat itu. Meski wujudmu saat ini adalah manusia, tapi kau adalah bidadari bagiku. Dan aku akan berusaha sekuat jiwa dan ragaku agar kau tetap menjadi satu-satunya ratu bidadariku nanti di surga. Sejak dulu aku selalu yakin bahwa cinta adalah sumber dari semua kebahagiaan, aku ingin memahami setiap bait makna cinta dalam hidup, dan sekarang aku butuh bantuanmu untuk memahami sekaligus menyelami dalam maknanya. Kita reguk kebahagiaan cinta bersama hingga air mata pun akan membuahkan senyum di bibir kita. Aku akan selalu melindungimu, dan tugasmu adalah mengingatkanku saat aku salah, agar langkah kita selalu berada dalam jalan yang diridhoi Allah. Kau tahu, aku sangat mencintaimu sekarang dan untuk selamanya. Kumohon kau jagalah cintaku dan aku akan menjaga cintamu. Kita akan lalui setiap rintangan hidup bersama.”. Lia diam menyimak setiap kalimat yang kusampaikan tanpa berpaling sedikitpun pandangannya dari mataku.
”Baiklah suamiku, sekarang giliranku. Aku pun sangat mencintaimu dan aku berjanji akan selalu setia padamu selama kamu setia padaku.” bibir Lia terus menari di depan indera penglihatanku. Dengan tenang aku menikmati setiap kata yang keluar dari darinya. Kalimat-kalimat yang menyejukkan hati serta menentramkan jiwaku. Dari kata-katanya, aku yakin jika Lia adalah wanita shalihah yang selama ini kuimpikan. Jawaban dari shalat hajat dan munajatku kepada Allah setiap malam. Dia berjanji patuh padaku selama aku patuh pada Allah dan sunnah Rasul. Tak henti-hentinya hatiku bertasbih dan bersyukur atas anugerah Allah telah memberikan istri seperti dia.
Malam ini adalah impian kami sejak lama. Kami sepakat menjadikan malam ini malam yang panjang. Kami membicarakan segala hal; tentang keluarga kami masing-masing, tentang rencana masa depan rumah tangga kami, tentang pendidikan, dan lain-lain. Dalam beberapa kesempatan aku menyelingi pembicaraan dengan gurauan, kami pun tertawa bersama. Lia tak mau kalah, dia pun melakukan hal yang sama. Tak ada lagi rahasia di antara kami, kami bebas mengekspresikan apa yang kami rasa dan kami fikirkan. Subhanallah. Aku jadi berfikir, betapa ruginya mereka yang menikmati cinta yang tidak halal. Merasakan kenikmatan dalam ancaman siksa Allah. Apakah batin mereka tidak tersiksa? Padahal cinta yang diridhoi Allah sungguh indah dan berpahala disisi-Nya.
Rasulullah saw. bersabda:
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Sebaik-baik wanita (isteri) adalah yang menyenangkan suaminya jika sang suami memandangnya, menaatinya jika sang suami memberikan perintah, dan tidak menyalahi kebaikan suaminya baik dalam urusan dirinya maupun hartanya, yang dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai suaminya.” (HR. Nasa`i dan Ahmad)

Komentar

Postingan Populer