RINTANGAN PENCARI ILMU….


§     Rusaknya Niat.

Niat adalah rukun dari sebuah perbuatan, ganjaran seseorang tergantung dari besarnya niat. Hati-hati jangan terkecoh dengan perbuatan seseorang, tidak  semua amal baik bernilai baik sebelum diketahui niatnya. Bisa saja manusia memberi gelar pahlawan kepada seseorang yang memiliki keberanian dan tanggung jawab yang besar dalam membela agama dan negaranya, akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi. Maka Allah jualah yang akan memberikan penilain-Nya tersendiri. Allah tidak menilai seseorang hanya dari yang zhahirnya saja, tapi juga dari yang tersembunyi yaitu niat atau motivasinya. Bisa jadi seseorang dihormati karena kedalaman ilmu dan keluasan wawasannya.

Tapi di sisi Allah, seorang ulama baru dianggap bernilai bila ia ikhlas dalam mencari ilmu dan tulus ketika mengajarkan dan menyebarluaskannya. Ketika ada motivasi lain, sekecil apapun, pasti terdeteksi oleh ke-Mahatahuan-Nya.

Sufyan Astsauri Ra.berkata: Tidak ada yang saya obati dari sesuatu, lebih berat dari niat.

Ini adalah ulama besar yang mengatakan begitu berat membenarkan atau meluruskan niat, bagaimana dengan kita yang jauh berbanding beliau. Sering-seringlah memperbaharui niat. Bagaimana  cara meluruskan niat? Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Pebaharuilah niat kamu dengan perkataan lâilâhaillallâhu. Kenapa dengan kalimat tauhid ini? Tak lain agar kita benar-benar berbuat sesuatu hanya karena Allah.Mengunjungi orang yang soleh, membaca beografi para ulama, mendengarkan majalis al’ilmi, membaca al-Qur’an.

§ Rasa ingin dikenal dan terkenal.

Jika niat seseorang dalam menuntut ilmu hanya untuk dikenal dan mengharapkan pujian, ia hanya akan mendapatkan keletihan dan di masukkan kedalam api neraka. Hati-hati dengan perasaan hati yang selalu berubah-rubah.

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya orang pertama kali diadili pada hari kiamat seseorang yang syahid di jalan Allah. Orang itu didatangkan dan diperlihatkan kepadanya nikamat-nikmat (yang telah diberikan kepadanya) maka iapun mengetahuinya. Ditanyakan kepadanya, apa yang kamu perbuat dengannya? Ia menjawab,’aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.’Allah berfirman,’kamu bohong, akan tetapi kamu berperang agar kamu dikatakan sebagai pemberani.’lalu ia diperintahkan untuk diseret dengan wajah tertelungkup dan dicampakkan kedalam neraka. Dan seorang lagi yang Allah berikan kemudahan kepadanya, dikaruniakan padanya harta yang melimpah, lalu orang itu didatangkan kepadanya dan dipertunjukkan nikmat (yang pernah diberikan kepadanya), ia pun mengenalinya. Ditanyakan kepadanya,’apa yang kamu lakukan dengan itu semua?’ia menjawab,’tidaklah aku biarkan suatu jalan yang kamu suka kalau padanya diinfakkan (suatu harta) kecuali aku berinfak,’Allah menyangkal, bohong, akan tetapi kamu berinfak agar kamu dijuluki sebagai dermawan dan hal itu sudah dikatakan untukmu’, lalu ia diperintahkan untuk diseret dengan posisi tengkurap dan dilemparkan keneraka. Kemudian seseorang lagi yang dulunya mempelajari ilmu dan mengamalkannya, ia juga mempelajari al-qur`an kemudian orang itu juga didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang pernah diberikan kepadanya dan iapun mengenalinya. Ditanyakan kepadanya apa yang kamu lakukan dengan ini semua?’ ia menjawab,’Aku mempelajari ilmu dan mengaharjannya serta membaca al-qur`an karena engkau.’Allah menyangkal lagi, bohong, akan tetapi kamu belajar agar dibilang sebagai orang pandai dan membaca al-qur`an agar dibilang seorang qoi’ dan itupun sudah dikatakan untukmu.’ Kemudian ia diperintahkan untuk diseret dengan posisi tengkurap lalu dilemparkan keneraka.”(HR. Muslim)

§ Lalai dalam menghadiri halaqoh ‘ilmu, atau pengajian.

Tugas para pencari ini adalah mencari bukan dicari, tidak hanya duduk menunggu ilmu turun dari langit. Sungguh berbahagia orang menghadiri halaqoh ilmu, dia telah mendapatkan banyak kebaikan, Rasulullah menggambarkan suasana di majlis ilmu dalam haditsnya : “Ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan meliputi mereka, malaikat akan menaungi mereka dan Allah akan senantiasa membangga-banggakan mereka di hadapan para malaikat-Nya.”.

§ Mempunyai banyak alasan karena kesibukan.

Para pencari ilmu sudah agak buram membedakan mana yang paling baik dari yang baik, yang lebih bermanfaat dari yang bermanfaat, mereka sudah disibukan dengan kegitan organisasi dan melupakan halaqoh ilmu, mereka sibuk dengan pergaulan, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Jika seseorang mengajaknya kepada halaqoh ilmu, dia mengatakan : Nanti deh saya ada kerjaan, saya lagi sibuk ada tugas dari almamater, lagi engga mute, lagi chat sama seseorang, dll. Dengan berbagai alasan mereka telah menunda majlis yang di dalamnya banyak kebaikan.

Jika seseorang menghadiri halaqoh ilmu, dia akan mendapatkan ilmu, dan pahala yang luar bisa, dan dipermudah jalan menuju surga. Jika seseorang tidak memahami materi dari seorang guru  dia akan mendapatkan kebaikan dan pahala yang besar. Insya Allah lambat laun akan memahaminya dengan sanat mudah.

§    Tidak mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya.

Ciri-orang yang berilmu adalah mereka sedikit berbicara dan banyak berbuat, selalu rendah diri. Bagaimanakah dengan kita? Jangan-jangan kita sebaliknya, orang yang banyak berbicara dan sedikit beramal, ilmu yang kita dapatkan hanya sekedar dipelajari dan tidak membuahkan hasil menjadi sebuah perangai yang baik dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranannya. Naûdzubillâh min dzalik.

Ketiadaan amal bisa menutup keberkahannya sebuah ilmu. Ilmu dah amal tidak bisa dipisahkan, karena orang yang terangkat derajatnya orang yang berilmu dan mengamalkan ilmu, sedangkan orang yang berilmu dan tidak mau mengamalkannya, kelak di akhirat nanti ilmu akan menghujat pemilik yang tidak mengamalkan ilmunya.

Imam Adz-dzahbi berkata : Dah pada hari ini, tidak tersisa dari ilmu yang sedikit kecuali hanya sedikit pada sedikit manusia, mereka-meraka yang mengamalkan ilmunya hanya segelintir orang, hasbunallah wani’mal wakil.

Apabila perkataan ini di ucapkan oleh Imam Adz-Dzahabi pada abad ke 8 H, bagaimana keadaan manusia pada saat sekarang ini, yang hidup bergelimangan fitnah?

Ilmu yang kita dapatkan harus kita amalkan, sebagaimana zakat sebuah harta adalah seperempat dari harta, dan zakatnya ilmu adalah mengamalkannya dan mengajarkannya.

§ Menunda

Mengerjakan sebuah pekerjaan yang mampu dikerjakan pada harinya, kerjakanlah. Jangan sampai penundaan dalam menuntut ilmu, menghadiri halaqoh ilmu akan membuat kita menyesal dikemudaian hari.

Sebagaian Salafusholih mengatakan bahwasannya penundaan adalah tentaranya iblis.

Mumpung belum terlambat mari sama-sama kita menimba ilmu.

Masih banyak kendala yang dihadapi para penuntut ilmu, penulis hanya mencamtumkan sebagian, mudah-amudahan bisa dilanjutkan.

( sumber : Catatan FB temanku M.Fikri )

Komentar

Postingan Populer