Dalam Dekapan Cinta….. (cerpen)

Ya Zaujie.. Genggamlah erat tanganku..Tuntunlah aku mendekatkan diri pada-Nya...bersama kita raih keridhoan-Nya...

Sebuah kisah tentang ujian dalam meraih sebuah kebahagiaan..

Jangan lupa, bacalah dengan menyebut nama tuhanmu..

           Dia hidup dalam limpahan kemewahan.. Apapun yang ia inginkan pasti didapatkannya. Kemana-mana selalu mengenakan sedan mewah dengan sopir pribadi yang setia mengantar jemputnya. Dia adalah Silvia, anak seorang konglomerat di sebuah kota. Orangtuanya tidak pernah mengurusinya sehingga ia bebas kemanapun ia suka bersama teman-temannya. Sang Ayah sibuk dengan bisnisnya sehingga sering ke luar kota, sedangkan sang Ibu sibuk pula dengan butiknya sehingga sering bolak-balik Singapur-Indonesia. Untungnya ada pak Parno dan istrinya, Pembantu dirumah konglomerat tersebut yang sering mengawasinya.

Ia sering jalan-jalan bersama teman-temannya ke mall, tempat rekreasi, dan kemanapun yang ia inginkan.. Sampai pada suatu ketika sampailai ia pada satu titik dimana ia merasakan kejenuhan dengan segala apa yang ada. Limpahan kekayaan itu tidak membuat ia merasakan suatu kebahagiaan yang diinginkannya.

          Suatu saat setelah pulang dari berbelanja begitu banyak barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan olehnya, ia langsung menghempaskan diri diatas ranjang bersama barang-barang belanjaannya yang tergeletak di samping tubuhnya. Lalu ia terbangun di tengah keheningan disepertiganya malam. Ia lalu menatap wajahnya di cermin merasakan sebuah kepenatan yang mendalam. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang dari dirinya.. Sebuah ketentraman pada jiwa. Selama ini ia jauh dari tuhan.. Ia lalu mengambil mukena dan sholat malam setelah berwudhu.

          “Ya Allah.. Selama ini aku jauh dari-Mu.”

           “Aku Lupa akan fitrahku sebagai hamba-Mu”

            “Aku lalai dengan limpahan kemewahan ini”

             “Berilah aku petunjuk dalam menggapai keridho'an-Mu ya Allah.”

             Lirih suaranya dalam melantunkan lirik-lirik do'a di tengah keheningan malam disertai butiran airmata ketulusan.

             Besoknya Ia lalu menemui pak Parno lalu mengatakan padanya kalau ia ingin belajar tentang agama lebih dalam lagi.. Ia butuh seseorang yang bisa membimbingnya menjadi lebih baik lagi..

Melihat raut wajahnya Pak Parno dapat membaca kalau dia sedang dalam kegelisahan untuk mencari ketenangan batin. Lalu Pak Parno menawarkan padanya untuk menikah.

             “Menikahlah.. Carilah pemuda sholeh yang bisa membimbingmu menjadi seorang muslimah yang sholehah.”

               “Lalu pemuda seperti apa yang harus aku pilih.” Tanya Silvia.

               “Pemuda yang takut pada Allah... Karena apabila ia mencintai, dia akan menyayangimu dan apabila Ia benci, dia tidak akan menyakitimu.

               >Imam Hasan Al-Bashri ketika ditanya seseorang, “Dengan siapa aku harus menikahkan putriku?”, beliau menjawab, “Dengan laki-laki yang takut kepada Allah. Karena jika ia menyukainya ia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya ia tidak akan menganiayanya”.

               “Adakah pemuda yang seperti itu?” Tanya Silvia lagi.

               “Ada..” Ucap Pak Parno. “Di seberang jalan sana ada seorang pemuda yang kerjaannya adalah menjahit sepatu. Dia begitu hanif dan bijaksana. Selain seorang mahasiswa, dia juga menjadi Takmir masjid Al-Hidaiyah di kampung sini.” Sambung pak Parno.

Karena jarang pergi ke masjid sehingga dia tidak mengetahuinya kalau di masjid yang ia merupakan salah satu jama'ahnya ada seorang pemuda sholeh yang sering menjadi imam sekaligus menjaga masjid itu.

                Pemuda tersebut adalah salah seorang mahasiswa jurusan tekhnik informatika di sebuah Perguruan Tinggi negeri. Sehari-harinya adalah menjual-beli dan memperbaiki sepatu-sepatu bekas guna menambah keringanan orangtua. Selain itu dia tinggal di masjid turut memakmurkan masjid dengan berbagai program untuk meperdayakan jama’ah dalam mengelola masjid. Kerna bagi dia, pemberdayaan jamaah dari sebuah masjid dan masjid lain pun melakukannya merupakan sebuah dasar kebangkitan islam.

                Semenjak kehadirannya di daerah tersebut, Ia membawa perubahan yang luar biasa. Dengan berbagai upaya ia mengusahakan agar semua umat muslim berjamaah di masjid. Meski tidak semua yang datang namun setidaknya cukup banyak yang telah mau bergegas ke masjid bila mendengar Adzan ketimbang duduk santai di rumah. Dia sangat mengutamakan hal tersebut karena selain menambah ukhuah sesama muslim, juga menambah rasa persaudaraan.

                >(Rosulullah Salallahu’alaihiwasallam bersabda: Sesungguhnya Serigala tidak akan memakan jika Kambing tidak sedang bersendirian)

                Rasa ingin tahu Silvia terhadap pemuda itu pun semakin menguat. Ia lalu menyuruh Pak Parno untuk mengenalkannya dengan pemuda tersebut. Ia hanya sekedar ingin melihat pemuda itu. Maka suatu saat pak parno mengajaknya mengikuti kajian mingguan yang sering diadakan tiap minggu malam di masjid tersebut guna menambah pengetahuan agama pada warga. Silvia datang bersama pak Parno dan istrinya. Mereka kedua pembantu di rumah Silvia yang telah menjaga Silvia semenjak kecil karena kedua orangtuanya sibuk akan urusan dunianya.

                Pada malam itu ust. Jalil yang seharusnya ngisi tausyiah pada malam itu berhalangan hadir. Biasanya kalau pengisi tausyiah berhalangan hadir maka mereka yang menjadi takmir yang menggantikannya. Dan pada malam itu seorang pemuda berbusana muslim cokelat dengan kopiah hitam dikepalanya berdiri dihadapan para jamaah menggantikan posisi pak Jalil kerna berhalangan hadir. Cara penyampaiannya begitu menarik. Hanya satu hadits yang Ia bahas pada malam itu namun pembahasannya begitu meluas. Pada malam itu dia bahas tentang “ Enam Kewajiban Muslim Terhadap Muslim Yang Lain”

              >(Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia mengundangmu penuhilah undangannya; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)". Riwayat Muslim.)

             Dia pun mulai membahas satu demi satu hadits di atas kemudian ia berikan pula tips bagaimana membina hubungan yang baik antara sesama saudara kita. Diantaranya ia menjelaskan bahwasannya apabila kita mendengar berita tentang aib saudara kita cukuplah berita itu sampai pada diri kita. Jangan mengumbarkannya lagi. Setiap manusia pasti pernah mempunyai kesalahan dan sebaik-baiknya manusia adalah yang mau mengakui dosanya dihadapan Allah dan berjanji takkan mengulanginya kembali. Termasuk kita, kita pun pasti pernah mempunyai kesalahan dan tak ingin untuk diumbarkannya. Maka dari itu kita pun harus menutupi aib saudara kita.

Seusai mengikuti kajian tersebut mereka lalu kembali ke rumah. Dalam perjalanan pak Parno menanyakan sesuatu pada Silvia.

            “Neng Silvia, tahukah kamu siapa pemuda yang mengisi kajian tadi?” Silvia hanya menggelengkan kepalanya. Sementara Bu Darmi istri pak parno hanya tersenyum menatapnya.

            “Dia adalah Raihan pemuda yang bapak ceritakan kemarin.” Sambung pak parno.

            Silvia sedikit salah tingkah setelah mendengar apa yang disampaikan pak Parno.. sesampai dirumah dia lalu menghempaskan badannya kembali ke atas ranjangnya.

            “Apa mungkin wanita yang berlumurkan dosa, jauh dari keshalihan seperti aku bisa mendapatkan lelaki sholeh seperti itu? Selama ini aku melihat pemuda sholeh tidak ingin mendapatkan istri yang begitu jauh dari agama seperti aku ini? Yang Hina lagi keji. Lalu pantaskah wanita seperti aku diperistrikan  orang yang sholeh?” Pertanyaan itu yang terus hadir dibenaknya. Ia merasa sungguh tidak pantas wanita seperti dia mendapatkan lelaki sesholeh Raihan. Apalagi Ia pernah mendengar firman Allah bahwa Lelaki baik-baik hanya diperuntuk wanita baik-baik dan lelaki keji diperuntuk wanita keji pula.

            Walaupun dia merasa dirinya hina  hina lagi keji, namun dia tidak ingin mendapatkan lelaki seperti itu pula. Batinnya semakin menangis membayangkan semua itu. Lalu suatu hari dia menemui ustadzah sofi, Guru agamanya ketika masih SMA dahulu. Ia lalu menyampaikan keluh dan kesahnya pada ustadzah tersebut.

            “Batinku telah rindu untuk menikah ya ustadjah.. lelaki yang aku inginkan Ialah dia yang sholeh, yang takut pada Allah dan mencintai Rosulnya. Namun bagaimana mungkin wanita seperti aku bisa mendapatkan lelaki seperti itu?” Tanya Silvia

           “Mayyahdillahu  fahuwal muhtadi wamayyudhlil falantajidalahu waliyyammursida”

            “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.”

            “Ketika Allah berkehendak, tak ada satu makhlukpun yang mampu mencegah-Nya. Seseorang yang buruk dimata manusia, belum tentu buruk pula dimata Allah. Siapa tahu kamu mempunyai suatu sisi positive yang bisa diandalkan dihadapan Allah. Tidak ada yang tak mungkin bagi-Nya. Jika Ia telah mengatakan Jadi, maka jadilah. Kamu menginginkan untuk kembali kepada-Nya itu sudah baik.” Cakap Ustadzah Sofi.

             “Tapi.. Bukankah lelaki sholeh mereka hanya menginginkan wanita yang sholehah?” Tanyanya lagi.

              “Kenakanlah jilbab yang menutupi hingga ke dadamu anakku.. lalu jiwailah apa yang engkau kenakan itu. Mulai sekarang, mendekatlah pada Allah kerna sesungguhnya Allah itu dekat denganmu. Kalau memang Allah menghendaki lelaki itu padamu maka dialah petunjuk Allah bagimu untuk menuntunmu menjadi wanita yang lebih dekat pada-Nya.” Jelas ustadzah Sofi.

             >(Kita sering melihat adakala seorang suami begitu terlihat baik sedangkan istrinya tidak, ataupun sebaliknya. Pemikiran kita pun mulai terbalik dari surat Annur : 26. Padahal orang yang  terlihat baik di mata kita belum tentu baik pula dimata Allah. Begitupun orang yang terlihat buruk dihadapan kita belum tentu buruk pula di hadapan Allah. Siapa tahu orang yang baik itu mempunyai satu sisi buruk yg membuat Allah murka terhadapnya. Siapa tahu pula orang yg terlihat buruk itu mempunyai satu sisi kebaikan yang membuat Allah sayang padanya.  Atau jika seorang lelaki itu benar baik dan wanita benar buruk, maka itu ujian baginya untuk bagaimana mengubah pasangannya itu menjadi lebih baik lagi)

          Silvia lalu beritahukan itikad baiknya itu pada kedua orangtuanya saat mereka telah berkumpul dirumah. Ia menyampaikan bahwa ia telah ingin menikah dan kedua orangtuanya pun menyetujuinya. Setelah mendapatkan persetujuan dari orangtua, lewat bantuan pak parno akhirnya Raihan menikahi wanita cantik anak konglomerat kaya tersebut. Raihan mampu menuntunnya menjadi wanita yang sangat sholehah. Ia paham akan kewajibannya sebagai seorang istri serta tanggungjawabnya terhadap suami.

                                                             ***

              Setelah menikah, ia mengikuti suami pulang ke kampung halaman dan meninggalkan segala bentuk kemewahan yang selama ini dinikmatinya. Ia lalu memilih untuk hidup dengan segala kesederhanaan bersama suami. Ia sangat merasa bahagia berada dalam dekapan cinta seorang suami yang setia. Yang sederhana dan mencintainya dengan setulus hati. Meski pun kemana-mana tak lagi memakai mobil sedan. Tak lagi punya uang yang cukup tuk berbelanja apa yang di inginkannya namun ia tetap mensyukurinya kerna islam telah menjadi pedoman baginya atas tuntunan suaminya.

             Namun, seseorang takkan sampai pada puncak keimanan sebelum ia diuji oleh Allah. Takkan sampai pada kebahagiaan sejati sebelum ia melewati ujian dari Sang Khalik.

              Pada suatu ketika ibu dari sang suami jatuh sakit sehingga harus  dirawat Rumah Sakit hingga ia menemukan ajalnya. Sang suami harus membayar administrasi Rumah Sakit serta biaya pengobatan sang bunda hingga uang simpanannya habis. Uang untuk makan dirumah pun tak seberapa yang di pegang sang Istri. Raihan lalu mencari pekerjaan sampingan sebagai buruh di perusahaan penyuplai semen yang mengangkut semen keluar masuk gudang. Kerna gajinya sebagai tenaga honorer di Perusahaan Listrik Negara (PLN) tak cukup untuk biaya makan ditambah perawatan sang bunda yang masih tertunggak di Rumah Sakit.

               Melihat suaminya pulang dengan segala kelelahan, Silvia merasa kasihan. Ia selalu mengusap keringat di wajah sang suami yg lelah seusai bekerja tersebut dengan penuh haru. Ia selalu menyambut suaminya pulang dengan senyuman tulusnya lalu memasakkan air panas untuk suaminya mandi. Seusai mandi Raihan lalu membuka penutup saji diatas meja makan namun tak ada makanan apapun. Ia menyadari kalau sudah tak ada pegangan pada istrinya. Ia lalu menatap kebelakang setelah mendengar suara dibelakangnya.

               “Kita puasa ya Zaujie..” Kata silvia sambil mendekat kearah sang Suami. Raihan lalu mengangguk seraya berkata insya Allah esok dia akan mencarikan uang untuk makan mereka besok.

                Besok pagi Silvia tak bisa melihat suaminya pergi bekerja dengan perut kosong yang hanya berbekalkan air putih hangat. Ia lalu pergi ke rumah tetangga meminta menyuci baju mereka yang kotor demi mendapatkan uang yang halal agar ketika suami pulang nanti sudah disajikan makanan untuk suaminya. Sungguh hal ini sangat sulit tuk ia lakukan. Anak seoarang konglomerat kaya berubah menjadi seorang tukang cuci. Namun ini harus ia lakukan demi rasa sayangnya pada suami. Meskipun ketika mencuci ia sering meneteskan airmata.

Ketika suaminya pulang betapa kagetnya Ia. Banyak makanan yang dihidangkan diatas meja.

               “Darimana engkau mendapatkan semua ini ya  Zaujati?” Tanya Raihan.

Silvia lalu menjelaskan apa yang dilakukan olehnya saat suaminya berangkat kerja.

               “Walillahi.. aku tidak bisa memakan makanan ini.” Cakap sang suami kerna merasa malu pada dirinya sendiri yg tak mampu menafkahi istri dengan baik.

Sang istri lalu menunduk seraya berkata.

                “Maafkan aku ya Zaujie.. aku melakukan ini tanpa sepengetahuanmu.”

                 “Kamu tidak salah.. aku yang salah. Aku tidak mampu menjadi suami yang baik untukmu.”

Suaminya lalu mendekatinya memegang kedua tangannya. Ia yang tertunduk pun mengangkat kepalanya menatap mata suaminya yang sangat disayanginya itu. Lalu suaminya berkata padanya.

                  “Maafkan aku yang telah menikahimu.. aku hanya bisa membawamu ke dalam jurang kesengsaraan. Namun aku berjanji.. aku takkan pernah menyakitimu dengan fisikku ini.”

                  “Bagiku akanglah lelaki terbaik yang Allah berikan untukku. Dan aku patut untuk menjaganya.. Engkaulah petunjuk Allah sebagai jalan hidaiyah untukku. Dan aku menyayangimu.”

                  Sang suami lalu memeluknya dengan airmata haru… Allah telah memberikannya seorang istri yang sangat tegar. Dan ia akan terus mensyukurinya.

                   Sang istri yang berada dalam dekapan ketulusan sang suami pun merasakan cinta yang luar biasa ketika berada dalam pelukannya.

            Dalam Dekapan Cinta..

            Aku Terbang Bebas Menembus Awan Lepas

            Dalam Dekapan Cinta...

            Akulah Ratu Dari Seluruh Penjuru Istana..

            Dalam Dekapan Cinta..

            Sembilu menyayat Takkan Ku Rasa..

            Dalam Dekapan Cinta

            Akulah isteri dari seoarang lelaki sahaja.

            Cinta yang tulus mampu mengalahkan segalanya.. untuk apa harta berlimpah jika tanpa cinta yang tulus? Untuk apa pangkat yang tinggi jika tanpa kasih sayang yang nyata?

Ketika kita dicintai oleh orang yang benar-benar mencintai kita, kita akan merasakan betapa indahnya dunia ini.. namun perlu diingat bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki butuh pengorbanan. Seorang Silvia anak konglomerat kaya rela menanggalkan kehidupan masa lalunya yang penuh kemewahan demi mendapatkan sosok pemuda sholeh yang mencintainya sepenuh hati juga sebuah pengorbanan.

(Bersambung...)

  Semoga Kisah Ini Dapat Memberi Pengajaran Bagi Kita Semua…

Ditulis pada Rabu 15 September 2010

Oleh : Imints Fasta

SAMBUNGANNYA.....

Belum cukup sebulan Raihan bekerja di perusahan penyuplai semen tersebut, tak lama kemudian ia jatuh sakit. Ia telah merasa kurang enak badan semenjak beberapa hari sebelumnya namun ia tetap memaksakan diri untuk tetap bekerja meski sesekali batuk menghampirinya. Dony, teman kerjanya telah mengatakan kalau besok hari ia tak usah datang namun Ia tetap saja datang untuk bekerja dan pada saat itulah batuk disertai darah keluar dari mulutnya. (hemoptisis)

            Sang istri yang mengurung diri di rumah saat suaminya pergi bekerja telah merasakan kegelisahan. Dan ternyata firasatnya itu benar saat suaminya dibawah pulang sudah dalam keadaan lemah tak berdaya oleh teman kerjanya.

            Belum genap sebulan suaminya bekerja sehingga gaji bulanannya belum diterima. Istrinya lalu berlarian kerumah-rumah tetangga untuk menjual gelang emas miliknya yang diberikan ayahnya ketika masih gadis dahulu..  Meski harga tak sesuai dengan yang seharusnya namun ia harus menjualnya demi keselamatan suaminya.

            Setelah mendapatkan uang, ia lalu membawa suaminya ke Rumah sakit di kota naik angkutan. Disana ia duduk di samping ranjang suaminya agar ketika suami siuman dari ketidaksadarannya ia telah menyambutnya dengan senyuman lalu melakukan apa yang diinginkan suaminya..

            Awalnya dokter mengira suaminya hanya menderita Tubercolosis atau bronkiektasis namun ternyata setelah pemeriksaan ia di Vonis menderita Tumor karsinoma paru.

            Sebenarnya jika hanya sekedar menderita karsinoma paru tidak sampai membawa penderita pingsan namun karena bekerja keras yang ditambahi kurang makan membuat daya tahan tubuh raihan lemah sehingga ia tak sadarkan diri.

            Silvia tetap berada disamping ranjang suaminya.. Menunggu dan terus menunggu.. Hingga kadang ia tertidur dalam penantiannya kemudian bangun lagi. Hingga suatu malam ia terbangun di sepertiganya malam. Ia lalu menatap kearah jarum jam yang terus berbunyi setiap detiknya itu.

            Jarum jam menunjukkan pukul 03:00 dini hari.. Ia lalu berwudhu lalu tepet di samping ranjang suaminya Ia menangis mengeluh pada Allah atas apa yang dihadapinya ini..

            “Ya Allah.. Jika memang sakit yang kurasa ini adalah cinta-Mu padaku karena Engkau ingin aku terus mengeluh pada-Mu, aku ridho jiwa ini untuk terus disakiti.. Namun ya Allah.. Hambamu yang hina dan kotor ini memohon pada-Mu.. Jangan Engkau biarkan Suami hamba terus diam dan kaku di ranjang itu ya Allah.. Hamba mohon ya Allah.. hamba mohon.. Hamba sangat mencintainya…

            Keheningan malam menjadi saksi bahwa ada seorang wanita yang syujud simpuh pada Robbnya.. Aliran air mata bak gersang mendamba hujan mengalir membasahi sajadah panjang yang dibentangkannya..

Ketika Allah rindu pada hambanya, Ia akan mengirimkan sebuah kado istimewa melalui malaikat Jibril yg isinya adalah ujian. Dalam hadits kudsi Allah berfirman. "Pergilah pada hambaku lalu timpakanlah berbagai ujian padanya karna Aku ingin mendengar rintihannya." (HR Thabrani dari Abu Umamah)

            Setelah sholat lail yang dilanjutkannya dengan sholat subuh, ia kembali lagi duduk di dekat ranjang suaminya. Menatap wajah lelaki sholeh yang dicintainya tersebut dengan sesekali mengusap kepalanya dengan usapan ketulusan. Ia lalu tertidur disamping suaminya dengan tangan yang terus menggenggam erat tangan suaminya..

            Tak lama kemudian ia merasa ada gerakan dari tangan suaminya. Ia lalu secepatnya bangun dari tidurnya. Ia melihat raihan mulai mencoba membuka mtanya. Hati gembira yang teramat sangat setelah tiga hari menunggu di bangsal itu. Ia lalu menyambut kesadaran suaminya itu dengan senyuman cerianya dan melupakan segala kepenatan yang dihadapinya agar suaminya pun bahagia ketika menatapnya.

            Silvia lalu segera memanggil suster untuk memeriksa suaminya yang tengah sadarkan diri. Suster lalu memeriksa Raihan dan mengatakan kalau kondisinya sudah cukup membaik. Ucapan hamdalah lalu terlontar dari bibir Silvia. Namun kata dokter perlu istirahat selama dua hari lagi hingga sembuh total baru raihan bisa pulang dengan persyaratan jangan kerja berat dulu..

            Setelah dokter dan perawatnya pergi, raihan lalu bertanya pada Silvia.

            “Siapa yang membayar seluruh administrasi dan biaya pengobatanku ini?”

            Silvia yang tengah duduk disamping ranjang sambil membaca buku lalu mengangkat kepalanya tersenyum pada suaminya.

            “Tidak usah dipikirkan.. Semua akan baik-baik saja. Yang penting Akang bisa sembuh dulu.”

            Raihan lalu terdiam.. kemudian Ia menatap tangan istrinya yang sedang memegang buku membuat ia curiga.. Ia lalu menyuruh Silvia mengangkat buku yang dipegangnya lebih tinggi lagi. Silvia heran mendengar permintaan suaminya tersebut namun ia menurutinya. Dan ketika tangan di angkatnya lebih tinggi, tangan bajunya yang sedikit longgar terturun sehingga suaminya melihat sudah tak ada gelang lagi di pergelangan tangan istrinya. Raihan lalu memalingkan wajah dari arah Silvia. Perlahan airmatanya pun jatuh membasahi bantal yang ia tiduri.

            Silvia masih saja heran terhadap suaminya yang memalingkan wajah darinya. Dia masih saja tak sadarkan diri bahwa sang suami telah mengetahui apa yang dilakukan olehnya.

         Ia lalu mendekati suaminya dan terlihatlah airmata di wajah suaminya tersebut..

       “Kang.. kenapa menangis??” Tanya Silvia sendu.

        Raihan tak menjawabnya dan tak mau menatapnya.. Ia merasa malu menatap istrinya sendiri. Ia malu pada dirinya yang hanya menyusahkan anak orang.

        “Apa salahku Kang? Kenapa tak mau menatapku.” Tanya sivia lagi..

        “Aku malu Sil.. Aku malu.. Aku hanya seorang suami yang menyusahkan istri. Aku bahkan tidak bias memberikan apa-apa untukmu..

          “Ada apa kang..? Aku tak dapat memahaminya.” Tanya silvia lagi. Belum paham akan maksud suaminya.

         “Tolong jawab.. Dimana gelang di tangan kirimu?”

Silvia lalu tertunduk menangis. Menggenggam erat tangan suaminya yang masih saja memalingkan wajah tersebut lalu menciumnya.

          “Maafkan aku Kang.. Aku telah menjualnya..” Ucap Silvia seduh..

        “Aku tak bisa memaafkan diriku.. aku tak bisa.. Ya Allah.. Ampuni hamba-Mu ini..” Rintih Raihan.

Silvia pun terseduh mendengar rintihan suaminya tersebut.. Raihan lalu memalingkan wajah menatap istrinya yang tertunduk menangis di samping ranjangnya itu seraya berkata padanya.

          “Jika engkau tak sabar lagi bertahan denganku, aku ikhlaskan segala apapun yang engkau putuskan pada diriku.” Cakap raihan.

Silvia mengangkat wajahnya. Lalu dengan mata berkaca ia berkata pada suaminya.

       “Aku menikah denganmu bukan kerna bahagiamu saja.. Namun susahmu juga. Seberat apapun musibah yang menimpa dirimu.. Aku akan tetap bersamamu. Karena aku tahu cintamu tulus untukku.”

         Raihan lalu menguatkan diri untuk bangun dari tidurnya. Ia lalu mendekap erat istrinya penuh ketulusan.

        "Terima kasih atas kesetiaanmu.”

            Ketika aku di dekap..

           Syurga itu terasa dekat..

            Ketika aku di dekap..

           Hilanglah sudah segala penat..

           Alangkah indahnya jika seorang wanita berada dalam dekapan seorang lelaki sholeh yang tulus mencintainya.. Segala kesusahanpun akan ditempuhinya demi mendapatkan ketulusan cinta itu… Sebuah cinta yang semata karena Allah..

Semoga kita semua termasuk orang orang yang ditegarkan hati dan jiwanya..

Ditulis pada selasa, 21 Sept 2010

oleh : Imints Fasta

Silahkan share... atau kalau ingin copy ke catatan jgn lupa sertakan sumber.. jgn asal maen copy aja tanpa menghargai penulisnya..

        http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150257394325052

Allah menyembunyikan ridha-Nya di dalam kebaikan. Maka jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun. Karena kita tidak akan pernah tahu kebaikan yang mana yang mendapat ridha Allah.

Komentar

Postingan Populer