Ketika Marah itu Muncul


marah
Bisa jadi marah itu timbul karena adanya sesuatu yang tidak kita inginkan. Bisa juga karena orang lain. Namun bagaimana pun panjangnya teori, marah itu lebih banyak sisi negatifnya dari pada positifnya.

Mari sama-sama isi hati kita dengan akhlak yang baik. Coba kita lihat, siapa diantara kita yang suka melihat orang lain marah ?
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhori )
Rasulullah pun mengajarkan kita untuk tidak marah. Siapa yang mampu menahan marahnya, maka surga baginya. Ini lah kekuatan Iman seseorang, jangan sampai kita melakukan sesuatu karena marah. Kita melakukan sesuatu karena Allah. Allah swt mengajarkan ini yang baik dan itu yang buruk.
Sahabat..
Coba kita renungkan. Jika ada kemarahan antara suami istri, antara orang tua dan anak, antara teman dan rekan kerja, apa yang kita peroleh ? Bahagiakah ? Marah itu jauh dari bahagia. Sumbernya dari setan. Dan setan mengajak ke neraka.
Ya Marah adalah hal yang wajar. Berapa usia kita saat ini ? oke sekitar 20 tahun. Kita sama-sama tahu dan kita sama-sama berusaha untuk tidak marah. Mari kita jalani kehidupan ini hingga masa usia tua tiba. Ketika usia tua tiba, masihkan kita marah-marah ? wajarkah ? Padahal sudah puluhan tahun kita lewati untuk mengukir hati dan akhlak agar tidak marah.
Apakah pantas, kita saat ini di usia tua, yang sudah dikenal orang telah memperoleh berbagai pengalaman hidup dan hikmahnya masih tidak bisa mengendalikan marah ? Jangan sampai gara-gara marah, malah memunculkan dosa-dosa kita di masa lalu. Ketika masa lalu itu kembali, kita bangga akan dosa kita. Kita bangga dengan adzab yang akan ditimpa ke kita. Ingat tidak ada manusia yang sanggup menerima adzab dari Allah swt.
Sambil berkata
“Gue dulu kejam tau.. ”, “gue orangnya keras kepala.. awas lu..”, “Gue dulu lebih parah dari lu..”
“Gue emang gini orangnnya..”. “Aku dulu tidak selembut sekarang, klo kau tau, bisa mati kau sekarang..”
Dan dengan berbagai perkataan lainnya. Yang menunjukkan dia itu sama seperti dulu. Tidak bisa berubah menjadi lebih baik. Padahal karakter seseorang itu bisa berubah seiring perjalanan usia dan berbagai peristiwa yang kita alami. Mengapa kita tidak mengambil pelajaran dari kita sendiri ?
Sahabat..
Seburuk dan sebaik apa pun dulu, itu hanya di masa lalu. Kita sekarang hidup di masa ini. Bukan di masa lalu. Mari kita lihat masa lalu dengan membandingkan kita saat ini. Sudah sebaik apa kita saat ini ? apakah makin buruk dari beberapa tahun yang lalu ? Sejak kecil kita belajar ngaji, tapi ketika dewasa ? ketika kita sudah tua ? Apakah kita menginginkan usia yang sia-sia ?
Sahabat,,
Hati-hati, jika kita akan marah segeralah beristighfar. Tapi bagi kita, ketika marah itu sulit sekali istighfar ya ? ini lah tantangannya. Kita tidak akan tahu, nyawa kita dicabut ketika kita marah. Mari dari pada marah dan kesal lebih baik senyum dulu. Kita akan memulai sesuatu dengan bahagia dan mengakhirinya dengan bahagia.
Ketika kita tua, ingatlah masa muda kita. Sudah kita gunakan untuk apa saja ? apakah kita sama saja dengan kita yang dulu ? mari muhasabah diri kembali. Bisa jadi ucapan-ucapan kita ketika kita marah, melekat kepada orang lain. Dan sulit dhilangkan bekasnya oleh mereka. Bisa jadi mereka tidak rela dengan perkataan kita, ketika mereka telah tiada. Mau kah kita menjadi orang yang meninggalkan bekas yang buruk di hati orang lain ?
Justru Allah mengajarkan kita berlaku lemah lembut
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlakulemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikapkeras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali-Imran : 159)
“Allah menyembunyikan ridha-Nya di dalam kebaikan. Maka jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun. Karena kita tidak akan pernah tahu kebaikan yang mana yang mendapat ridha Allah.”

Komentar

Postingan Populer