Jiwa Dan Raga


jiwa raga“Jiwa, katakan padaku.. apakah suatu masa nanti, kamu akan pergi?” Tanya Raga, yang selama ini selalu didampingi oleh belahan dirinya, Jiwa.
Jiwa yang sedang menikmati hari, sedikit terusik dengan Raga, sosok yang selalu diliputi tanya. Ia membuang muka dari Raga dan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap perbincangan kali ini.
“Jiwa, katakan padaku.. apakah suatu masa nanti kamu akan pergi ke langit, dan akan meninggalkan ku di tanah ini?” Raga tetap bertanya.
Lirikan tajam dari Jiwa tidak membuat Raga gentar, Ia memang naif, tidak pernah ragu menghadapi apapun.
“Raga, aku tidak ingin membicarakan hal ini.” jawab Jiwa singkat.
“Jiwa, kamu tahu aku selalu mendengarkanmu.. tetapi kali ini kamu harus mendengarkan aku!” Raga mulai tidak sabar dan menggenggam tangan Jiwa.
Jiwa mengenyahkan rajukan Raga, dilepaskannya genggaman itu dan ditatapnya wajah polos Raga, yang akan memerah padam jika merasa kesal dengan letupan kecil dari bibirnya dan yang akan muram jika kesedihan menguasai batin rapuhnya, raut yang tidak ingin Jiwa lihat bila tiba saatnya ia harus pergi…
“Jiwa.. aku tahu.. kamu pasti akan pergi bukan? kamu tidak akan kembali dan kita akan berpisah…” Raga membalas tatapan kosong Jiwa. 
Jiwa terdiam, ia bukannya takut untuk pergi.. karena ia tahu, ia mempunyai tempat kembali.. ada yang ia rindukan di sana.. Jiwa melakukan segalanya hanya agar ketika ia kembali.. ia dapat merebut cinta.. agar kerinduannya yang penuh harap berbalas.. hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian dari pujaannya.. dan hanya agar ia merasa pantas untuk memenemui-Nya..
Tapi.. ia takut, Raga akan sendirian.. Raga yang begitu rapuh dan naif.. Raga yang tiada petunjuk.. Raga yang selama ini ia dampingi dan mendampinginya..
Perlahan Jiwa menyentuh wajah sang belahan diri.. Ia tidak tahu harus berkata apa, agar Raga tidak khawatir.. agar Raga dapat kembali menjalani hari - harinya.
“Jiwa.. apakah langit begitu jauh?” Raga bertanya kembali..
“Raga.. sesungguhnya langit begitu tinggi dan bumi begitu dalam.. jika aku pergi, aku tidak dapat melihatmu lagi.. dan aku tidak dapat menjagamu..”
Jiwa akhirnya menjawab pertanyaan Raga. Terlihat jelas betapa ia mencemaskan Raga.
“Jiwa.. Setiap ruh di dunia ada yang menjaga.. aku tidak akan sendiri.. “ Raga mendekap Jiwa dengan tangan- tangan kecilnya.
“Aku tahu kamu ingin kembali.. kamu melakukan segalanya sebaik mungkin agar dapat menemuiNya.. akupun demikian Jiwa.. tapi kamulah yang akan mendapatkan kesempatan itu, dan aku akan tetap di sini, bersama setiap genggam tanah dimana aku berasal.. bersama setiap gumpal darah yang akan membeku dan bersama setiap kenangan yang kamu tinggalkan..”
Suara Raga terdengar bergetar.. ia tidak pernah tampak begitu berani di hadapan Jiwa. Jiwa hanya terdiam dan membelai Raga.. sosok yang selama ini menemaninya berbuat kebaikan.. dan sosok yang melawan bersama ketika dosa begitu menggoda.. teman dalam membahagiakan orang lain.. dan sahabat yang tidak pernah ingin menyakiti hati - hati yang tunduk padaNya.
“Aku tidak akan menangis Jiwa..” bisik Raga.
“Kamu akan melayani-Nya di sana.. dan aku akan menjaga kehidupan di bumi-Nya..”
“Jangan khawatirkan aku.. kita masih punya waktu untuk mengejar cinta-Nya Jiwa! kita belum berpisah!” Ujar Raga seraya melepas dekapannya dengan riang.
Jiwa yang terhenyak mendengar keikhlasan Raga, termenung. Ternyata, Raga sangat kuat, ia sangat mengerti perannya di dunia. Dan ia akan meneruskannya, sama seperti ketika mereka bersama, untuk menegakkan kalimat Allah di bumi ini.
“Benar Raga.. kita masih punya waktu.. jangan kita sia-siakan!” sahut Jiwa dengan senyumannya yang teduh.
“Jiwa.. Bila saatnya tiba..aku ingin kamu tahu.. bahwa aku sangat bersyukur karena Dia telah menitipkan Jiwa yang begitu murni.. yang penuh akan cahayaNya.. sehingga aku belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.. dengan mendengarkan nurani yang ada pada dirimu Jiwa..” Balas Raga merangkul Jiwa yang tersipu - sipu.
“Raga, Dialah yang telah menurunkan ketenangan, agar keimanan kita senantiasa bertambah.. tanpa petunjukNya, kita akan kehilangan arah..” Jelas Jiwa.
“iya Jiwa, hanya ada Dia di hatimu.. aku tahu.. “ ujar Raga yang ingin menunjukkan bahwa ia mengerti.
“Dan Dialah yang selalu menjagamu, Raga”
SaLaM TuK JiWa RaGa YaNG DaMai....

Komentar

Postingan Populer