Manusia adalah Makhluk Sosial



        Allah Ta'ala menciptakan manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang yang hidup sendirian mungkin tidak berdaya melawan angin kesesatan yang menyerang dari segala sisi, dan mungkin juga akan kehilangan keberuntungan seperti terkabulnya doa-doanya. Terlebih lagi, ia mungkin menjadi sasaran panah beracun para setan. Dalam hal ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Dia yang berjalan sendirian adalah setan (maksudnya dia mungkin akan mudah dipengaruhi setan)."

        Ya, seseorang yang hidup sendirian cepat atau lambat mungkin akan jatuh ke dalam perangkap setan dan menjadi mangsa cakar merahnya. Setiap pikiran jahat yang ditanamkan setan ke dalam pikiran dan imajinasi ibarat sebuah benih yang akan tumbuh dan berkembang di tanah kesendirian dan kebosanan. Dalam diri orang sendirian yang pikiran, hati dan jiwanya dipenuhi benih-benih kejahatan dan dosa, sulit sekali benih-benih tersebut tidak meluap di dahan dan menghasilkan buah-buah dosa. Entah sudah berapa kali manusia merasakan bagaimana pikiran dan khayalan yang kadang memaksanya ini telah menjebaknya. Entah sudah berapa kali manusia merasakan bahwa pikiran-pikiran buruk ini perlu dibasmi selagi masih dalam bentuk benihnya. Entah berapa yang telah menderita dengan penyesalan..!

        Ya, seseorang hendaknya menghindari kesendirian seolah-olah sedang melarikan diri dari ular atau kelabang. Sebab kesendirian menyebabkan pikiran-pikiran seperti ular melingkupi jiwa manusia. Bahaya yang sama juga mungkin dipertaruhkan meskipun ada dua orang. Karena ada kemungkinan - meskipun kemungkinannya kecil - bagi dua orang untuk sepakat dalam suatu keburukan. Jauh lebih sulit - menurut perhitungan probabilitas - bagi tiga orang untuk menyetujui suatu keburukan dan berkumpul bersama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Dua orang adalah setan (mereka terbuka terhadap pengaruhnya); sementara tiga orang adalah jamaah.” Sabda beliau ini menunjukkan pentingnya hakikat ini. Tiga orang akan membentuk sebuah jamaah dan membuat lubang yang akan dilalui dan ditembus setan jauh lebih kecil. Entah sudah menikah atau masih lajang, jelas bahwa kita semua membutuhkan teman-teman yang merupakan orang-orang yang memiliki ruh dan iradah, yang akan membawa kita ke tengah-tengah mereka, melebarkan sayapnya ke atas kita, dan melindungi perasaan dan pikiran kita dari angin-angin jahat, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, jalanan atau pun pasar.

        Seringkali hati dan kekuatan kita sendiri mungkin tidak cukup untuk menjaga kita tetap hidup dan teguh secara maknawi. Pandangan kita mungkin saja buram, dan dada kita mungkin saja dipenuhi kabut dan asap; Hati kita mungkin saja mengeras, cinta dan semangat kita mungkin akan mulai menghilang di tengah sibuknya urusan kita sehari-hari, dan - hafizanallah - kita mungkin saja terjerumus ke dalam safahah (kelalaian). Tetapi jika setidaknya tiga orang bersama-sama, maka kita bisa menjadi tamu dalam keadaan paling tidak salah satu dari dua teman kita yang antusias dan bersemangat, mendapatkan nutrisi rahmatNya, menyejukkan diri dengan angin sepoi-sepoi dan menghirup aşk u şevk (cinta dan antusiasme) dalam udara dan atmosfernya. Seperti halnya orang-orang yang tawaf mengelilingi Ka'bah kadang terseret oleh banjirnya orang disana dan tidak bisa keluar dari tawaf walaupun sebenarnya mereka mau keluar, dan terus berkeliling dengan terpaksa, Insya Allah kita pun akan terus melanjutkan perjalanan ini, meskipun dengan terpaksa, dengan berkah jamaah, dan akan terus memikul tali khidmah dan pengabdian.


______ 

Tulisan merupakan catatan dari penjelasan Hojaefendi berkaitan tentang "Khidmah dan Dasar-dasarnya." 

Bandung, 3 Okt 2023

Komentar

Postingan Populer