IBU KEMBALIKAN TANGANKU ... !
Suatu hari ada seorang anak kecil yang ditinggal ayah dan ibunya bekerja. Setiap hari, dia hanya ditemani oleh seorang pembantu yang merangkap sebagai baby sitter. Layaknya seorang anak kecil, dia begitu lincah, riang dan gembira. Dia bermain ke sana ke mari tanpa adanya pengawasan dari pembantunya tadi.
Hingga keriangan membawanya ke area parkir di depan rumah. Waktu itu kebetulan ayah dan ibu anak itu pergi ke kantor dengan menggunakan sepeda motor, khawatir macet. Di sekitar area parkir itu, dia menemukan sebatang paku berkarat. Anak kecil tadi mengira apa yang di temukannya adalah sebatang pensil. Diambilnya paku tadi, dan mencoret-coretnya di atas lantai keramik. Karena tidak kelihatan gambarnya, dia mencari media lain untuk menuangkan isi kepalanya. Matanya menerawang di sekitar area parkir tadi, dan berakhir pada badan mobil orang tuanya yang tengah terparkir.
Dia melangkah penuh senyum. Terbayang gambar apa yang akan dibuatnya nanti. Mulailah tangannya menggoreskan paku ke badan mobil itu. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah orang tuanya melihat badan mobil yang tidak lagi mulus. Hati mereka panas, mukanya merah padam. Ayahnya yang belum sempat masuk ke rumah ini pun berteriak, “Kerjaan siapa ini !!!”
Pembantu rumah yang kaget mendengar teriakan majikannya pun berlari keluar. Pembantu itu mendapati wajah tuannya yang sangat garang, dan matanya terbelalak menyaksikkan mobil kesayangannya tergores gambar anak-anak. Sekali lagi laki-laki itu berteriak dengan kata yang sama. Namun pembantunya mengatakan, "Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?” tambah isterinya yang juga tak kalah geram.
Anak kecil yang lugu dan polos tadi keluar rumah, begitu mendapati ayah dan ibunya sudah pulang ia langusng berlari ke arahnya. Dengan penuh manja dia berkata “Ayah, lihat gambar yang aku buat. Bagus kan?” katanya sambil memeluk ayahnya. Ayahnya yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Anak manis itu terus menangis kesakitan. Matanya yang indah terus menerus mengeluarkan air mata. Bibir tipisnya tak henti berteriak, "Ampun ayah...ampun ayah..." Anak itu yang tak mengerti apa kesalahannya, terus menerus merasakan pukulan yang bertubi-tubi. Terus menerus hingga kedua telapak tangannya berdarah, cukup parah. Sedangkan ibunya hanya diam saja, seolah apa yang dialkukan suaminya itu adalah perwakilan dari apa yang diinginkannya. Jika pembantunya tak segera menyudahi dan menggendong anak itu masuk ke dalam rumah, entah kapan akan berhenti penyiksaan itu.
Di dalam rumah, pembantu tadi menenangkan anak itu. Membersihkan lukanya yang berlumuran darah. Sambil membersihkannya, pembantu tadi meminta maaf kepada anak itu. "Maafkan bibi ya nak? tadi bibi sibuk bersih-bersih di dapur." katanya sambil meneteskan air mata. Setelah lukanya bersih dan diberi obat seadanya, pembantu tadi menidurkan anak kecil itu. Sedangkan orang tuanya, hanya meratapi mobil yang baru setahun dibelinya.
Tiga hari berlalu, orang tuanya seperti tak mau lagi melihat kondisi anaknya. Sampai ibunya bertanya kepada pambantu bagaimana keadaan anaknya. "Dita (nama anak itu) demam, Bu..." kata pembantu. “Kasih minum obat penurun panas aja!,” jawab ibunya. Sebelum ibunya masuk kamar tidur, dia menjenguk kamar pembantunya. Didapati anaknya tengah dipeluk oleh pembantunya. Tanpa berkata apa-apa, dia menutup kembali kamar pembantunya.
Keesokan harinya, suhu tubuh Dita semakin panas. Dan pembantunya berinisiatif bicara kepada majikannya bahwa Dita harus segera diantar ke klinik terdekat. Ketika sudah berada di klinik, dokter setempat menyarankan agar Dita dirujuk ke rumah sakit karena kondisinya serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter di rumah sakit. Dia mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Orang tua Dita bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi. Sang Ibu merangkul Dita, sedangkan ayahnya gemetaran tatkala menandatangani surat persetujuan operasi.
Usai operasi, Dita senang ada ayah dan ibunya yang ada di hadapannya. Tapi dia keheranan, melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Kemudian Dita menangis perih, "Ayah..Ibu...Dita minta maaf, Dita mengaku salah. Dita janji tidak melakukannya lagi. Tapi kembalikan tangan Dita!!" tangis Dita pecah manakala dia tidak mendapati jari-jari mungilnya. "Ayah...tangan Dita jangan di sembunyikan, Dita nanti nggak bisa gambar lagi!"
Hancur hati ibunya mendengar kata-kata anaknya. Penyesalan paling dalam yang dirasakan ayahnya pun seolah tiada arti. Harta yang selama ini di kumpulkan, cinta yang selama ini diberikan kepada anaknya, seolah tak berbekas. Anak hanyalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan pelihara. Kelak, akan diminta pertanggungjawaban para orang tua, tentang bagaimana mereka mendidik anak-anaknya. Ada banyak cara untuk membuat anak jera tanpa harus memukul atau mencaci maki anak. Berilah pelajaran dengan cara yang lemah lembut, karena hanya dengan cara itulah anak bisa memahami bahasa orang tuanya. Wallahu'alam.
Komentar
Posting Komentar