Tentang makna pengorbanan (Hari raya qurban)
Dengan Nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Anak merupakan harta yang paling berharga bagi seorang orang tua dan sebuah titipan yang menggembirakan. Ada beberapa orang yang mendambakan seorang anak datang untuk melengkapi sebuah keluarga, tapi tak juga kunjung datang. Anak adalah sebuah kenikmatan yang Allah berikan dan tiada tara.
Nabi Ibrahim AS, setelah sekian lama menunggu buaian dari istrinya akhirnya putra yang dia harapkan hadir melengkapi, itu pun dari istri kedua beliau. Namun setelah Ismail datang, ujian bukannya malah selesai bahkan bertambah. Dan yang paling berat adalah perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anak kesayangannya melalui mimpi. Padahal waktu itu Ismail telah tumbuh menjadi anak remaja yang ceria dan mulai terampil membantu sang ayahnya bekerja.
Dengan kesabarannya yang berliput rasa gundah Nabi Ibrahim AS menyampaikan perintah Allah kepada Ismail, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ismail menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah bapak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S. Ash Shaaffaat:102).
Subhanallah! berat, sedih, gundah yang mereka berdua rasakan hilang dan lenyap dengan kuatnya iman. Segalanya dikorbankan walaupun itu dengan menyembelih anak kesayangannya hanya untuk meraih ridho Allah Azza wa Jalla.
Kita?
Kita hanya diuji untuk mengorbankan satu ekor kambing, sapi dan lain sebagainya.
Ada sebuah cerita. Seorang wanita tua fakir dan miskin. Niat dan keinginannya untuk berkurban sangatlah besar. Tapi ternyata keadaan tidak memungkinkan untuk itu. Suatu hari dia berinisiatif untuk mengumpulkan uang demi mewujudkan niatnya untuk berkurban. Rumah ke rumah, desa ke desa rela berjalan hanya untuk mengumpulkan seribu, dua ribuan bahkan ada yang seratus rupiah dari setiap rumah. Hingga tiba masa hari raya qurban dia masih juga belum melengkapi jumlah untuk seekor kambing pun. Padahal tinggal beberapa puluh ribu rupiah saja. Datanglah dia ke seorang ulama dan mengungkapkan isi hatinya, “ustadz! niatan saya untuk berkurban sangatlah kuat. Saya sudah kesana kemari mengumpulkan dana. Tapi, hanya sekian yang saya dapatkan dan tidak cukup.” Sambil mengusap air mata yang tidak terasa sudah meleleh dipipinya dia menunduk sedih. Sang ulama pun datang menghibur dengan kata-katanya. “Ibu, ibu secara tidak langsung sudah berkorban ibu. Jadi ibu jangan sedih… tentang jumlah yang tidak sempurna itu bukan ukuran. Niat ibulah yang menjadi ukurannya,”ucapnya sambil memberikan senyuman bangga. Sebuah pelajaran “niat” kita dapatkan dari penggalan cerita ini.
Mari kita niatkan dan wujud pengorbanan kita. Semua yang kita tunaikan demi Allah itu sebenarnya adalah untuk dikembalikan kepada kita sendiri. Allah Maha Kaya, Maha Besar, tidak menghajatkan ketaatan kita, demikian juga maksiat-maksiat manusia, tidak mengurangi kekuasaan dan kebesaran Allah, tidak mengurangi-Nya.
Memberikan sesuatu untuk Allah tidaklah menambah kekayaan Allah. Dan minta apa saja kepada-Nya tidaklah akan mengurangi kekayaan-Nya pula. Al-Hadits riwayat Muslim mengatakan sebagai berikut :
“Rasulullah SAW bersabda pada suatu hadits yang diriwayatkan dari Allah Yang Maha Agung : Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu sekalian tak akan sampai untuk menimpakan suatu bahaya pada-Ku sehingga kamu sekalian berbuat sesuatu yang berbahaya kepada-Ku. Dan kamu sekalian tak akan sampai memberikan manfaat kepada-Ku sehingga kamu sekalian berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, andaikata orang pertama dan terakhir di antara kamu sekalian dan ummat manusia serta jin di antara kamu sekalian dalam keadaan taqwa setaqwa-taqwa hati seseorang daripadamu, tidaklah hal itu akan menambah kekuasaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-hamba-Ku, andaikata orang pertama dan terakhir di antara kamu dan ummat manusia serta jin di antara kamu sekalian dalam keadaan sejahat-jahat hati seseorang daripada kamu, hal itu taka akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-hamba-Ku, andaikata orang pertama dan terakhir di antara kamu dan manusia serta jin di antara kamu sekalian berdiri di suatu padang kemudian meminta kepada-Ku, kemudian aku kabulkan permintaan tiap manusia itu, hal itu tidak akan mengurangi sedikitpun daripada milik-Ku kecuali ibarat jarum jika dimasukkan dalam laut.” (H.R.Muslim)
Semoga bermanfaat.
30 oktober 2011, kahramanmaraş Turkey.
Komentar
Posting Komentar