Oleh-oleh Dari Gaziantep (2)
Sabtu pagi (30/03/2013) acara kami dimulai, tepatnya pada jam 09.30
pagi. LDK memiliki kepanjangan ‘Latihan Dasar Kepemimpinan’. Acara perdana yang
diselenggarakan di sebuah kota besar Gaziantep oleh tiga PPI Turki wilayah timur
(PPI Gaziantep, PPI Kayseri, PPI Adana) berjalan sukses. Tiga PPI Turki wilayah
timur ini bersatu untuk menciptakan organisasi yang benar-benar berpotensi,
khususnya dalam bidang kepemimpinan di masa akan datang.
Ada tiga tutor yang menjadi tamu kehormatan dalam LDK kali ini.
Ahmad Faris BQ, seorang mahasiswa S3 Hubungan Internasional dari Ankara, yang
mengisi pada sesi pertama, bertema ‘Membangun Karakter Pemuda, Menanam
Investasi’. Arya Sandhiyuda, seorang mahasiswa S3 dari Istanbul jurusan
Hubungan Internasional juga, yang mengisi sesi kedua dengan tema ‘Dari Timur
Kita Bangkit’ tentang kemanagemenan organisasi. Tian Abdul Aziz, seorang
mahasiwa S2 dari Ankara jurusan matematika yang mengisi sesi terakhir dengan
tema ‘Administrasi Organisasi’.
Ketiga tutor ini memberikan banyak ilmu yang cukup memadahi. Kami
sebagai organisasi yang baru berdiri merasa bangga dengan kehadiran mereka.
Tentunya semua materi yang telah disampaikan menjadi alat bantu untuk
mempermudahkan kami dalam belajar berorganisasi.
Sesi pertama yang bertema ‘Membangun Karakter Pemuda, Menanam
Investasi’ sangat memukau kami para peserta. Bang Faris dengan gayanya yang
khas dan lugas, berhasil membeberkan rahasia-rahasia kepemimpinan pemuda
melalui karakter. Di awal pembukaan dia berkata, “Hal yang mempengaruhi kita
adalah karena orang yang pernah anda temui dan buku yang pernah anda baca.”
Membangun karakter sama halnya dengan menanam investasi, yaitu
membeli masa depan dengan harga sekarang. Ada hal-hal yang perlu kita jemput
seperti halnya momentum, kemauan dan juga modal.
Ada enam hal yang dijelaskan Bang Faris pada sesi ini, enam hal
yang perlu kita bangun. Pertama, kompetensi. Untuk bisa membangun kompetensi
kita harus memiliki skill, pengalaman, pengetahuan, dan atitute. Keempat hal
ini akan kita gabungkan menjadi satu, sehingga kita bisa menjadi pemuda yang
kompeten.
Ada beberapa contoh yang Bang Faris berikan, yang mana intinya
pemuda yang kompeten itu seperti seorang manusia yang robbani. Manusia robbani
itu memiliki tujuan awal dan akhir yang jelas, yaitu lillah. Seorang manusia
robbani mengatakan, “Semuanya boleh kita kerjakan asalkan menuju lillah.”
Kedua, optimisme. Unsur kedua yang harus kita bangun ini memiliki
posisi yang sangat penting. Untuk bisa membangun juga butuh kesungguhan yang benar
benar. Yaitu kita harus memiliki tiga hal; harapan, kepercayaan diri, serta
masa depan.
Ketiga, kreatifitas. Kreatifitas seorang pemuda bisa dibangun dengan
mudah. Asalkan seorang pemuda mau untuk berfikir kreatif, mau untuk memotifasi
diri sendiri, dan mau untuk mencari sumber kreatifitas. Seorang pemuda tidak
bisa membangun kreatifitas jika memiliki sifat dengki, karena sifat ini akan
menghalangi kekreatifitasan. Untuk bisa kreatif juga kita harus tahu mana hal
yang dibutuhkan dan mana yang tidak.
“Pemimpin masa depan itu anda. Pemimpin masa depan itu kreatif.
Kreatif berarti kaya. Maka pemimpin yang miskin itu adalah yang tidak bisa
menciptakan opsi-opsi.”
Keempat, berfikir logic. Yaitu kemampuan untuk membandingkan,
mengetahui yang baik dan yang salah, yang benar dan yang palsu, juga kemampuan
untuk berdiskusi, berdebat ataupun beradu argumentasi.
Kelima, inovasi. Inovasi menurut pandangan Bang Faris adalah sebuah
rantai yang tidak terputus. Untuk bisa berinovasi kita bisa mencontoh jepang.
Jepang mempunyai (ATM) Amati Tiru dan Modifikasi. Yaitu pertama kita harus bisa
memahami apa yang diinginkan konsumen. Dalam keorganisasian seorang pemimpin
juga dituntut agar bisa memahami keinginan anggota. Kedua kita harus bisa
bertahan lama dipasaran, artinya kita bisa merangkul anggota sehingga mereka
merasa nyaman dengan kehadiran kita. Ketiga kita harus bisa memanfaatkan sarana
yang ada dan sederhana.
Keenam, jaringan atau network. Untuk bisa membangun jaringan
tentunya kita harus bisa berkomunikasi secara sehat. Membangun network berarti
mengikis ego dan budaya kebencian.
Pada akhir sesi pertama Bang Faris menutup dengan perkataan,
“Berorganisasi adalah belajar menghargai keberadaan orang lain, menyadari
kelemahan diri, merasakan kesaling-bergantungan, membangun jembatan bukan
tembok, serta menghibur diri dalam keakraban.”
Inilah singkat isi dari sesi pertama tentang membangun karakter
pemuda sebagai pemimpin. Sesi kedua dan
ketiga tidak kalah menarik. Namun saya tidak ingin menjelaskannya saat ini,
dalam catatan selanjutnya saya akan membeberkan satu persatu, tentunya dengan
izin Allah. Terakhir, terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.
Kahramanmaraş Turki, 06 April
2013
Komentar
Posting Komentar