Buah Tangan dari Ankara
Ada
satu acara yang menarik diriku untuk mendatangi kota Ankara kali ini. Gema Ilmiah
Ankara adalah organisasi yang menurutku, akan sangat rugi sekali jika ada
seseorang yang melewatkan momen menarik yang GIA ciptakan. Pada kesempatan dua
mingguan biasanya mungkin GIA hanya mengadakan diskusi rutinan yang kemungkinan
untuk aku bisa datang sangatlah sulit. Apalagi dari kota Kahramanmaras yang
berjarak kurang lebih 670 km ke Ankara. Namun
kali ini, aku merasa akan rugi jika aku berhalangan untuk hadir, sedang aku juga
tidak memiliki acara khusus dalam waktu dekat. Gema Ilmiah Ankara mendatangkan 2
tamu istimewa dari tanah air dalam acara ulang tahun yang kedua. Meski salah satunya berhalangan untuk hadir,
namun kedatangan tamu yang satu lagi sudah terasa lebih bagiku.
Helvy
Tiana Rosa adalah tamu yang datang itu. Beliau adalah sastrawan berpengaruh di
Indonesia, bahkan dunia. Bagaimana aku tidak bergembira ria? Bagiku yang sedang
melangkahkan kaki menuju ranah tulis menulis, kesempatan ini adalah sebuah emas
batangan yang disediakan gratis. Jarak jauh merupakan tantangan yang tak perlu
aku takuti, karena memang aku telah bertekat untuk datang mengunjungi. Selain itu,
jarang sekali aku berkumpul dengan mahasiswa Indonesia secara ramai. Aku hanya
tinggal bertiga di kota nan jauh, Kahramanmaras.
Judul
kami yang bahas dalam sesi pertama sekaligus menjadi tema acara ini adalah “Pemuda
dan Budaya”. Menurut beliau, budaya dalam bahasa singkatnya merupakan hasil
budi daya manusia. Pemuda adalah tokoh yang berperan penting dalam
mempromosikan budaya Indonesia kepada dunia. Ketika kita berada di luar negeri,
saat itu kita menyandang gelar sebagai seorang duta. Duta yang mengenalkan
Indonesia. Seperti halnya kami yang saat ini berada di Turki. Kami sedang
melakukan tugas mulia ini, meski kadang kami sendiri tidak merasakan hal itu.
Pertama,
Bunda Helvy membahas tentang sikap, yang bagaimana mesti seorang duta harus
lakukan. Kita perlu menjaga sikap, kita juga perlu meningkatkannya. Bagaimana masyarakat
internasional itu bisa berkomentar kepada kita, “Gila! Orang Indonesia keren
banget!”
Semua
orang adalah pelaku budaya. Kita sebagai warga Indonesia juga pelaku budaya
Indonesia. Kita sedang berusaha mengenalkan Indonesia. Kita berusaha menjadi
duta terbaik Indonesia. İya, dalam mempromosikan budaya pertunjukkan atau
ekspriasi adalah penting. Namun ada hal yang perlu kita ingat bahwa ekspresiasi
adalah tingkatan paling rendah, meski tidak sangat rendah sekali. Tingkatan penting
yang perlu kita ketahui adalah bagaimana kita bisa memaknai dalan kehidupan kita,
begitu tutur Bunda.
Sebenarnya
banyak sekali yang beliau utarakan, namun tidak semua bisa aku ungkapkan tanpa
ada yang terlewatkan. Setelah konsumsi datang, fokus kami berubah. Apalagi aku yang
belum sempat sarapan, ketika melihat makanan mataku dan fokusku terpeleset. Untuk
sesi pertama segini deh. Eh, sebentar. Cerita yang beliau ceritakan di awal
acara, menurutku adalah cerita yang sangat menginspirasi. Cerita dua anak kecil
yang hidup di pinggiran rel kereta, yang begitu sangat suka membaca namun
kendala keterbatasan, yang juga didukung dan diperjuangkan orang tua yang
setiap harinya membawakan empat lima buah buku, kini dua anak itu sudah besar
dan menjadi salah satu jajaran orang-orang penting Indonesia. Dua anak itu,
satu adalah Bunda Helvy sendiri, satu lagi adik beliau, mbak Asma Nadia.
Sesi
kedua, tentang “Tulisan yang Mengubah Dunia.” Jujur, kesukaanku dalam tulis
menulis tumbuh baru saja di negara Turki Usmani ini. Sebelumnya, membaca pun
aku kesulitan. Tapi sejak datang kesini, inspirasi itu datang menghampiri. Jujur
lagi, aku seperti disadarkan oleh Bunda Helvy, bahwa tulisan yang kadang
kebanyakan dianggap sederhana itu ternyata bisa mengubah dunia. Saat ini, aku
bertambah yakin akan itu.
Eh, ternyata Bunda Helvy mempunyai kebiasaan unik. Mbak Qonitina sebagai moderator berhasil mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini, secara langsung dari beliau. Kami pun mendengarkan dan ikut tersenyum. Dulu, Bunda helvy pernah menulis surat yang akan dikirimkan kepada para sastrawan-sastrawan terkenal. Namun, ternyata bunda sendiri yang menjawab surat-surat itu. Artinya, surat itu tidak jadi dikirim. ^ ^
Saat
ini, menulis adalah satu hal yang harus dikuasai, ungkap beliau. Apapun profesi
yang menyibukkan kita, kita tetap harus menulis.
Tulisan
dapat mengubah dunia, meski tidak dapat mengubah dunia, setidaknya bisa
mengubah diri kita sendiri.
Bunda
mengutip perkataan Umar bin Khattab yang kurang lebih begini, “Sastra mengubah
seseorang dari pengecut menjadi pemberani.”
Ada
beberapa contoh karya tulis yang beliau tunjukkan kepada kami. Karya-karya itu
berhasil mengubah dunia;
1. Uncle
Tom’s Cabin. Sebuah novel yang mencetuskan perang sipil di AS dan mengakhiri
perbudakan.
2. Oliver
Twist, berhasil mendorong pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang tentang
kondisi kaum buruh, khususnya anak-anak.
3. Totto-chan,
menginspirasi banyak pendidik untuk membuat sekolah menjadi lebih baik.
4. Dan
seterusnya
“Jika
politik bengkok, maka puisi yang akan meluruskannya.” (John F.K)
“Kalau
anda ingin membaca sebuah buku yang tak ada di toko buku manapun, maka saat itu
anda harus menulis.” (Toni Morison)
Ada
banyak buku yang menginspirasi Bunda sendiri seperti; Pangeran Bahagia, Gadis
Korek Api, Muchtar Lubis, Iqbal, dll. Semuanya adalah kisah yang bisa
memperkaya JIWA.
Dalam
karya Iqbal misalnya, Iblis berkata, “Aku rindu manusia yang kuat, aku bosan dengan
mereka yang gampang aku goda.” Kurang lebih seperti itulah kata-katanya. Menggugah
jiwa.
Untuk
menulis kita butuh;
1. Tekad
2. Latihan
3. Wawasan
Beliau
juga menjelaskan dampak-dampak dari sastra, ada empat point. Tapi sayang, hanya
satu yang berhasil aku catat, yang lain lupa. Yaitu, sastra membuat cakrawala
pikiran meluas. Dalam menjelaskan ini beliau menunjukkan sebuah video anak
beliau, Faiz. Dalam video itu Faiz yang masih berumur sangat belia, sekitar 6
atau 7 tahun sedang membacakan puisi karyanya sendiri yang ditujukan kepada
Bapak SBY. Video ini mungkin bisa teman-teman dapat dari youtube atau tempat
lain. Jujur, video ini sangat menginspirasi sekali dan harus ditonton.
Sesi
kedua berakhir, mungkin ada banyak yang terlewati dari titik-titik penting yang
beliau jelaskan. Tidak ada yang sempurna, hanya ini yang bisa kutuliskan. Semoga
bermanfaat.
İstanbul
Turki, 03 Februari 2014
Komentar
Posting Komentar