Telat
Budaya
telat adalah budaya yang menjengkelkan. Telat hanya bisa merusak apa apa yang sudah
kita rencanakan. Telat adalah penyakit. Telat seperti halnya kebiasaan buruk yang
lain, jika hal ini terus kita biasakan kita tidak akan bisa mengangkat kaki
dari semen basah yang telah kita pijak ini.
Telat
adalah hal yang dibenci oleh matahari. Telat juga dibenci oleh waktu. Telat merusak
segalanya. Telat hanya akan merubah senyum menjadi muram, merubah cerah menjadi
keruh, merubah harapan menjadi keputus-asaan.
Budayakan
telat! Jika memang rusak adalah kebanggaanmu. Budayakan saja telat! Karena kamu
memang tidak menginginkan kebaikan-kebaikan buah ketepatan waktu.
Tepat
Waktu
Berbeda
dengan tepat waktu. Mentari sangat suka akan ini. Buktikan saja dia di setiap
pagi, senyumnya terasa hangat ketika dia menepati waktu kedatangannya. Kita pun
dibuat bahagia karenanya. Tepat adalah lawan telat. Jika tepat membuat senyum,
jika telat membuat murung. Tepat waktu, tidak pernah membuat siapa pun
menunggu. Namun telat, selalu saja memaksa untuk menunggu. Tepat menjadikan
hati begitu lega, telat melahirkan dongkol yang sangat menyiksa.
Menunggu
Ketika
kita terlalu awal datang, lalu menunggu, itu tak bermasalah, karena tepat waktu
itu susah, dan kebanyakan memilih untuk menunggu. Mari menepati waktu, jangan biarkan
siapa pun lebih lama menunggu. Jika telat pilihanmu, mereka yang menunggu tidak
akan senang kepadamu. Meski mereka bawahanmu, jangan bangga dengan ketelatanmu.
Memulai
Jangan
biarkan acara mulai tanpa hadirmu. Telat akan mengingatkanmu, bahwa waktu hanya
berlalu tak kan kembali sesuka hatimu. Merasalah rugi, karena merasa rugi sebab
keterlambatan adalah awal dari penyesalan yang berbuah niat untuk tidak
mengulang.
İstanbul
Turki, 03 Februari 2014
Komentar
Posting Komentar