Kadang Aku Malu
Aku adalah lelaki pada umumnya. Saat umur telah
beranjak dewasa aku pun merasakan apa yang kebanyakan mereka rasa. Memikirkan masa
depan adalah ciri pertama kedewasaan. Masa depan itu luas, tidak hanya
permasalahan pekerjaan, tidak hanya pernikahan, dan masih banyak lagi termasuk
kematian. Menyadari semua ini membuat aku malu, bertahun-tahun umurku telah
berlalu tanpa ada kedewasaan, tanpa memikirkan akibat di masa depan. Semua begitu
cepat berlalu, andai aku bisa dewasa pada umur yang muda dulu.
Satu yang lebih membuatku malu, yaitu ketika aku
memikirkan masa depan yang bernama pernikahan. Aku begitu mengharap mendapatkan
pasangan yang begitu sempurna, hingga bergelar sholehah. Namun ketika menyadari
diri sendiri, diriku tak ubahnya seorang yang tak layak beristrikan seseorang
yang sholehah. Lelaki adalah imam. İmam selalu di depan. Tentunya yang di depan
harusnya adalah yang terbaik dari mereka yang di belakangnya. Jika aku
mendapatkan jodoh yang sholehah, lebih berilmu dariku sendiri, apakah aku harus
merelakan dan membiarkan istriku mengikutiku di belakang, padahal aku tidak
lebih baik atau malah banyak salah. Apakah aku harus membiarkan istriku berada
di depan dan aku yang mengikutinya di belakang. Aku merasa malu...
Suatu awal dari proses pendewasaan adalah
penyesalan. Apakah dengan aku menyesal begini aku telah dewasa? Kadang aku
merasa menyesal itu hanya ada di saat-saat tertentu, tidak setiap waktu. Hari ini
bisa saja aku menyesal, namun kenapa di hari yang lain aku mengulanginya lagi? Benarkah
aku normal layaknya manusia pada umumnya, atau apa malah sebaliknya? Aku merasa
malu...
Benar, istiqamah itu terlalu sulit. Berada di satu
jalan yang lurus itu sulit. Meski sebenarnya kita tahu jalan itu adalah yang
benar. Syeitan sukses menggoda kita dan kita telah termakan bujuk rayunya. Benarlah
jika hadiah untuk keistiqamahan itu luar biasa indahnya. Aku malu karena
ketidakistiqamahan ini...
Semoga “kemaluan”ku meluruskan kembali jalan yang
harusnya kutempuh. Jalan yang benar. Jalan yang penuh cahaya. Jalan yang menuju
keridhoan-Nya. Amin.
A4, Kahramanmaras Turki, 04 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar