Kuingin Menulis
Siapa yang pernah mengira aku akan pergi ke Turki?
Sungguh aku tidak pernah sama sekali terpikirkan, apalagi memikirkan dengan
sengaja. Aku semakin faham bahwa masa depan benar-benar tidak dapat kita
ketahui. Mungkin kita bisa menyusun rencana-rencana, tapi bukan berarti
rencana-rencana itu pasti akan terlaksana. Manusia mempunyai keingingan, Allah
pun mempunyai keinginan. Keinginan manusia bisa saja terpenuhi, jika memang
sesuai dengan keinginan Ilahi. Namun ketika keinginan manusia tidak sesuai
dengan keinginan Ilahi, tentunya sangat mustahil keinginan manusia itu
terpenuhi. Maka dari itu kita harus mengucapkan ‘insyaAllah’ di setiap rencana
yang kita bikin. Karena, semua hal terjadi atas kehendak-Nya.
Sudah tiga tahun lebih aku tinggal di Turki, selama
itu pula aku telah menekuni kebiasaan baru yang bernama “menulis”. Salah satu
kesyukuran yang tiada tara, juga sebagai satu hikmah besar dengan kedatanganku
di Turki ialah aku bisa mengenal dunia ‘tulis menulis’. Selain menulis, aku juga
baru mengenal dunia ‘membaca’. Kedua hal ini aku jumpai di Turki secara rutin
dan telah menjadi kebiasaan. Berbeda dengan keadaanku sebelumnya, aku tidak
pernah betah membaca lama, apalagi menuliskan cerita atau catatan seperti ini.
Percayalah keinginan Tuhan untuk hamba-Nya adalah yang terbaik, ikutilah air
itu mengalir.
Tiga tahun bukanlah waktu yang lama. Mungkin ada
sebagian yang mengira itu tidak sebentar. Selama itu aku hanya bisa menulis
saja tanpa perlu kursus ataupun mengikuti acara-acara seminar tentang
kepenulisan. İya, hanya menulis saja, tanpa memperhatikan peraturan-peraturan
khusus dalam hal tulis menulis. Baru akhir-akhir ini saja aku bergabung dengan
FLP (Forum Lingkar Pena) Turki, dari situ aku mengenal teman-teman yang
mengetahui tata Bahasa Indonesia yang bagus. Banyak orang yang ingin bisa
‘menulis’, kemudian mereka mengikuti berbagai macam acara seminar yang diadakan
oleh para penulis terkenal. Namun dengan mengikuti acara-acara seminar seperti
itu tidak akan merubah seseorang menjadi penulis, jika dia sendiri tidak
memulai untuk menulis. Sama halnya dengan membeli buku-buku cepat bisa menulis
atau sejenisnya, jika dia yang berkeinginan untuk bisa menulis tidak juga
segera menulis, maka cita-citanya tidak akan pernah terwujudkan.
Belajar menulis persis seperti seorang anak yang
belajar naik sepeda. Hanya mempelajari tata cara menggunakan sepeda dari
buku-buku atau mendengarkan penjelasan pemakaian dari orang yang telah bisa
secara terus menerus tanpa mempraktekkan tidak akan membuat siapapun pandai
mengendarai sepeda. Buktinya, banyak anak-anak yang belum bisa membaca tapi
pandai dalam menggunakan sepeda. Bukankah itu pertanda bahwa ‘mencoba’ atau
‘praktek’ adalah faktor terpenting dalam mewujudkan keinginan?
Aku telah menulis selama tiga tahun tanpa seorang
guru. Guruku adalah para pembaca yang telah merelakan waktunya untuk membaca
tulisan praktek yang telah aku tuliskan. Aku menjelaskan semua ini bukan
berarti aku telah ahli dalam menulis, akan tetapi aku ingin menyampaikan bahwa
aku telah berhasil membiasakan diri untuk menulis. Aku masih belajar dan sangat
butuh belajar banyak lagi. Ketika aku
diterima untuk bergabung dengan FLP, aku merasakan kegembiraan yang tak
terkira. Akhirnya, aku bisa belajar kepada orang-orang yang lebih baik dariku,
juga aku bisa belajar bersama mereka yang mempunyai keinginan sama denganku
‘menjadi penulis’, pikirku saat itu. Lingkungan kadang penting, karena
lingkungan yang baik menularkan kebaikan kepada kita.
Setelah menulis biasanya aku tidak sungkan untuk
berbagi kepada teman-teman, baik dalam bentuk catatan facebook maupun dalam
bentuk blog. Setelah menulis, aku tidak merasakan adanya perasaan gembira,
justru sebaliknya aku merasakan ketakutan. Aku takut kalau-kalau ide atau
pikiranku tidak diterima oleh para pembaca. Namun, ketika tulisanku mendapatkan
respon baik dari para pembaca aku baru merasakan kelegaan akan tulisanku itu.
Ada banyak sarana berbagi pada zaman ini. Seketika, kita bisa saja langsung
membagikan tulisan kita kepada teman-teman melalui internet. Seketika pula,
kita bisa mendapatkan respon dan komentar dari para pembaca. Kita harus bisa
memanfaatkan kesempatan ini.
Tidak hanya itu, para pembaca mungkin saja seorang
yang ahli dalam bidang kepenulisan atau dia seorang penulis. Salah satu
tujuanku membagikan tulisanku begitu saja adalah agar ada seseorang yang sudi
mengoreksi kesalahan-kesalahan, baik itu kesalahan yang berupa kebenaran berita
atau cerita, baik juga berupa kesalahan tata bahasa penulisan. Menjadi penulis
haruslah berhati lapang dan berani mendengarkan kritik dan saran dari pembaca.
Dengan begitu kemampuan kita dalam menulis akan berkembang. Karena dari situ
kita akan berusaha untuk lebih hati-hati dalam mengetikkan kata perkata.
Selama masih belajar ‘menulis’ atau apapun yang lain
tidak perlu takut untuk salah. Tenang saja, mereka yang mengetahui kesalahanmu
tidak akan tinggal diam saja, tentunya dia akan segera memperbaikimu. Terimalah
kritik, nasehat, dan saran dari siapapun, meski kadang itu terasa pahit.
Yakinlah, suatu saat semua itu akan menjadi salah satu rangkaian prosesmu untuk
menuju kesuksesan yang pernah kau impikan. Jangan lupa berdoa, karena doa
adalah cara kita mengungkapkan keinginan kita pada sang Kuasa.
A4, Kahramanmaras Turki, 04 Mei 2014
Komentar
Posting Komentar