Putuskah Asa?
Siapa yang menyuruh kita datang ke dunia? Dunia
bukanlah tempat yang patut menjadi tujuan. Lihat saja kejadian akhir-akhir ini.
Masihkah dunia itu indah?
Kadang ada rasa yang memberontak ingin menyudahi
semua perkara-perkara yang tidak lagi menunjukkan adanya titik terang.
Permasalahan yang kian hari bertambah dan tidak juga bisa kita atasi hanya
semakin mempergelap kegelapan hati kita. Pertanyaan-pertanyaan di atas
misalnya. Apakah ujung dari semua ini hanyalah putus asa?
Tidakkah ada harapan di ujung perjalanan ini? Tidakkah
kita berfikir ada sesuatu di balik semua ini? Apa benar ini jalan buntu?
Begitu banyak pertanyaan yang bersarang di kepala,
ini? İtu? Banyak sekali. Namun, perlu kita ketahui, seorang mukmin tidak akan
banyak bertanya seperti adanya pertanyaan-pertanyaan itu. Seorang mukmin
mempunyai pandangan yang berbeda dibanding dengan pandangan mereka yang tidak
beragama. Seorang mukmin selalu percaya ada harapan di balik setiap hal. Seorang
mukmin tidak berfikir putus asa. Seorang mukmin selalu memiliki jalan keluar,
yang kadang memang sulit dipercaya oleh orang-orang yang tidak beragama.
Sekarang, satu buah pertanyaan lagi, kini ketika
kita sudah merasa menjadi mukmin namun kenapa masih saja berputus asa? Namun kenapa
masih saja seakan jalan terang tak kunjung tiba? Why? Ada apa dengan keimanan
kita?
İman adalah perkara paling serius. Kepercayaan jika
terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Apa itu kepercayaan? Apa itu iman?
Dalam arti bahasa iman adalah kepercayaan/pembenaran
(tasdiq), lawan kata dari
pembohongan/pengingkaran (takdzib). Dalam
Al-Qur’an dikatakan,
وَمَا أَنتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ [١٢:١٧]
“...dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada
kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". (QS Yusuf: 17)
Dalam arti istilah ahlussunnah mengatakan bahwa iman
adalah perkataan (qaul), pekerjaan (amal), dan keyakinan (i’tiqad). Maksud dari perkataan adalah
tatkala kita mengucapkan kalimah syahadat “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.” Sedang pekerjaan adalah pembuktian
dengan pergerakan anggota tubuh kita seperti ibadah, berbuat amal, dll. Dan keyakinan
adalah pembenaran secara sempurna, itu terjadi di dalam hati. İya, hati adalah
tempat iman, pembenaran, dan juga ikhlas. Sudahkah iman kita mencakup ketiga
itu; dalam perkataan, pekerjaan, dan keyakinan penuh di dalam hati?
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا [٩٤:٥]
“Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (QS Al-Insyirah: 5)
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا [٩٤:٦]
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS Al-Insyirah: 6)
Seorang mukmin percaya dengan dua ayat ini dengan
sepenuh kepercayaan. Dunia bagi seorang mukmin adalah sebuah neraka, dan bagi
orang yang bukan mukmin adalah surga, seperti yang tertera di dalam sebuah
hadits. Akan ada banyak kesulitan dan kepahitan yang akan dirasakan oleh orang
mukmin, namun mereka tidak akan pernah berputus asa. Seberapapun gelapnya jalan
kita, seberapapun buntunya jalan kita, pasti ada titik terang. Namun dengan
syarat, lewati ujian ini dengan iman, sabar, ikhlas, dan tawakkal.
Alangkah indahnya bunyi sebuah hadits yang
mengatakan, alangkah indahnya keadaan seorang mukmin, ketika dia mendapatkan
kenikmatan dia bersyukur, dan ketika dia mendapatkan musibah dia bersabar. Di dunia
ini hanya ada dua hal; suka dan duka. Dan ketika keduanya menyapa seorang
mukmin, ia masih berada dalam kasih sayang Allah karena kesyukuran di saat suka
dan kesabaran di saat duka.
Kenapa masih saja kita merasa putus asa?
Hati yang bersih dan dipenuhi iman akan jauh dari
putus asa, berbeda halnya dengan hati yang kotor dan kurang akan iman. İman bertambah
dengan ketaatan, iman berkurang dengan kemaksiatan.
Dalam Sahih Bukhari, di awal bab iman dikatakan
bahwa iman itu bertambah dan berkurang,
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ
الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam
hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada)...” (QS Fath:4)
أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ [٩:١٢٤]
"Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya
dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat
ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS Taubah: 124)
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ
تَقْوَاهُمْ [٤٧:١٧]
“Dan
orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka
dan memberikan balasan ketakwaannya.” (QS Muhammad: 17)
Dunia yang kini telah berubah adalah sebab campur
tangan manusia. Para manusia lalai dan merusak keteraturan alam dan dunia. Andai
saja semua manusia adalah seorang muslim yang mukmin, seperti di dalam hadits
Rasulullah (saw), “Seorang mukmin adalah
yang semua orang merasa aman ketika bersamanya,” baik itu muslim ataupun
non muslim akan merasakan kedamaian ketika bersama seorang mukmin. Selanjutnya,
“Seorang muslim adalah sesiapa yang di dalam
lisan dan tangannya ada keselamatan,” seorang muslim tidak akan rela
menyakiti siapapun, baik itu melalui perkataan maupun perbuatan. Selanjutnya, “Seorang muhajir adalah seorang yang
meninggalkan segala bentuk keburukan.” Tentunya, segala keburukan ini tidak
akan terjadi, karena mereka akan selalu berhati-hati dalam segala waktu,
menjauhi apapun bentuk keburukan.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ
وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا
الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [١٢:٨٧]
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir". (QS Yusuf: 87)
İya, keputus-asaan hanya untuk orang-orang yang
tidak beriman, kita sebagai orang mukmin tidak pantas berputus asa dari rahmat
Allah Azza wa Jalla. Wallahu a'lam.
Kahramanmaras Turki, 29 Maret 2014
Komentar
Posting Komentar