Segelas Teh



Teh adalah sesuatu yang paling berharga dari sesuatu-sesuatu yang lain di Turki. Bahkan jika ada sesuatu yang pertama kali menyambut kedatangan kamu di Turki, ia adalah teh itu sendiri. Untuk bisa menceritakan profil teh dengan baik, saya pun mengundang segelas teh hangat di samping saya sebagai inspirasi yang kian menghangatkan cerita-cerita saya nantinya.


Teh begitu terkenal dimana-mana, bahkan setiap negara memiliki tradisi dengan nama yang sama namun cara yang sangat mungkin berbeda. Di antara negara yang memiliki budaya teh umumnya seperti Jepang, Korea, China, mungkin Indonesia juga, dan ternyata Turki pun ada. Di Turki upacara teh tidak serumit di Jepang, Korea, ataupun negara yang lain. Meski sederhana akan tetapi masih tetap mempunyai cita rasa, nilai-nilai, dan juga budaya.

Dari segelas teh ternyata bisa melahirkan banyak hal, termasuk sastra. Salah satunya adalah cerita “Segelas Teh” dari Turki,

Üst demlik; gelindir, alt demlik kaynadıkça onun harareti artar, ama ayni zamanda olgunlaşır ve çay demlenir
(Teko bagian atas adalah seorang pengantin perempuan, ketika teko bagian bawah sedang mendidih maka panas akan bertambah, namun pada waktu yang sama mematangkan dan teh pun terseduh.)

Bardak; gelinin kocasıdır. Her iki çaydanlıktan da yeterince nasibini alır.
(Gelas; suami dari pengantin. Dia akan mendapatkan jatah yang cukup dari kedua teko.)

Biraz kaynana doldurur,birazda gelin. Bu nedenle denge unsuru çok önemlidir açık yada demli çayın hoşa gitmemesi bundandır.
(İbu mertua sedikit-sedikit mengisi, sedikit-sedikit juga si pengantinnya. Oleh karenanya keseimbangan sangatlah penting, antara kecerahan dan kehitamannya, ketidaksukaan terhadap teh mungkin karena ini.)

Çayın şekeri; ise çocuklardır. Çaya tat verir fakat çok şeker çayın lezzetini bozar. Şekersiz çaya alışanlar için ise bir tanesi bile fazla gelebilir.
(Gula teh adalah anak-anak. Dia memberi rasa pada teh namun banyak gula malah merusak kenikmatan. Bagi mereka yang terbiasa tanpa gula mungkin satu gulapun tergolong berlebihan.)

Çay kaşığı; görümcedir. Arada bir gelir karıştırır ve  gider.
(Sendok teh adalah ipar. Kadang-kadang ia datang mencampuri dan pergi.)

Kayınpedere gelince; o da çay tabağıdır. Çayın demine suyuna hiç karışmaz, bir köşede  sessiz sedasız bir şekilde oturur. Sadece dökülenleri toplar ve çevreye zarar vermesini engeller. Ancak ara sıra boşaltmak gerekir yoksa taşıp her şeyi berbat edebilir.
(Ayah mertua adalah piring teh. Dia tidak mencampuri seduhan maupun airnya, dia duduk di ujung tanpa suara. Dia hanya mengumpulkan bagian yang tertumpah dan melindungi bahaya di sekitar. Namun kadangkala ia perlu mengosongkan kalau tidak ia terus menampung dan bisa jadi menghancurkan segalanya.)  

Çay süzgeci; ailenin sahip olduğu değerlerdir. Aileyi dış müdahalelerden korur. Delikleri büyük olursa çayın tadı kaçabilir.
(Saringan teh adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga. Dia melindungi keluarga dari bahaya luar. Jika saja lobang saringan terlalu besar maka rasa teh pun bisa hilang.)

Suyu ısıtan ateş ise hoşgörüdür, o olmadan hoşgörü de olmaz.
(Sedang api yang menghangatkan air adalah toleransi, tanpanya toleransi pun tak ada.)

Kısacası bir bardak çay AiLEDiR,
(Pendeknya segelas teh adalah KELUARGA,)

Ve ağız tadıyla içilen bir bardak çayın üstüne yoktur...
(Dan tidak ada yang lebih dari segelas teh yang diminum dengan rasa mulut...)


Bagaimana? Cukup bermakna kan segelas teh itu? İya, teh di Turki terdiri dari dua buah teko bertumpuk besar di bawah dan kecil di atas, gelas teh itu sendiri, gula, piring kecil teh, sendok teh, saringan, dan api. Begitulah bentuk sederhana teh Turki.

Pernah saya mendengar cerita dari seseorang bahwa segelas teh itu bisa menjadi perantara seseorang masuk İslam. Wah, bagaimana ceritanya?

Sebenarnya cerita ini saya dengar dari seorang Abi, salah seorang kakak yang bergelut dalam Hizmet Movement (Pergerakan Hizmet). Sampai saat ini gerakan Hizmet sudah sampai di 160 negara di dunia. Mereka adalah orang-orang yang rela meninggalkan tanah lahir mereka menuju ke semua tempat karena lillahi Ta’ala insyaAllah. Tujuan mereka hanya satu, “semua orang mengenal Muhammad Shallahu alaihi wasallam.”

Negara Barat adalah negara yang berkembang dan maju. Jika kamu pernah tinggal di perkotaan tentunya kamu tahu bagaimana keadaannya, dan Negara Barat adalah seperti itu. Pemukiman berbentuk apartemen dan lain-lain. Mungkin sudah jarang sekali ada tetangga yang saling mengenal satu sama lain. Mereka disibukkan dengan hal masing-masing. Hingga suatu hari ada keluarga muslim Turki yang datang di kota mereka. Kadang sepekan sekali dua kali keluarga ini mengundang para tetangga untuk datang dengan alasan meminum teh.

Dari situ antara satu dengan yang lain saling mengenal dengan baik. Hanya dengan alasan segelas teh, maka kehangatan itu ada. Hingga pada suatu hari sebagian tetangga jatuh cinta dengan perlakuan mereka. Mereka bertanya, “Apakah gerangan ilmu dari semua ini?” keluarga muslim itu mengatakan, “İtu adalah ajaran İslam agama kami.” Seketika mereka menyatakan masuk İslam dengan ikhlas. Perhatikan! Hanya dengan segelas teh dan bumbu cinta ajaran İslam...

Mungkin cerita itu sudah saya lebih-lebihkan dan wallahu a'lam, karena cerita tepatnya saya tidak begitu ingat, mohon maaf teman...

Bagi teman-teman yang tinggal di Turki mungkin sudah tahu; teh bagi yang mengerti filsafatnya bisa berarti segala-galanya, mungkin teh adalah di setiap waktu, teh adalah penghubung hati ke hati, teh adalah kehidupan, teh adalah penghibur ketidak-adanya jalan keluar, teh adalah obat yang mujarab, dan seterusnya. Beginilah budaya teh di Turki, mungkin ada dari teman kita disini yang sudah bisa menyesuaikan diri, mungkin juga masih dingin dengan teh itu sendiri. Semuanya bebas menyikapi; yang jelas ambil apa itu yang bermanfaat dan silahkan tinggalkan apa yang membuat mudharat.

Kahramanmaraş Turki, 16 Maret 2014

Komentar

Postingan Populer