Tiga Tamu Pemberani Untuk Maraş
Seperti halnya sebuah mimpi, kejadian ini tampak
seakan tidak nyata dalam dunia yang sebenarnya. Pasalnya Kota Kahramanmaraş
untuk pertama kali mendapat kunjungan tiga orang asing dalam rangka ber-tour. Pertama ketika mendengar
perkataan Kang Rahmad, teman angkatanku ketika di Gontor dulu yang sedang
menuntut di Negara Syria bahwa dia akan datang ke Kahramanmaraş seakan hanya
sebuah candaan belaka. Ke Kahramanmaraş? Yang bener saja, pikirku dalam hati
sambil tersenyum gak jelas.
Sebuah malam dan sebuah pesan menghampiri, “Besok
kami berangkat ke tempat antum dengan pesawat, sampai sana sekitar jam 12
siang.”
Subhanallah, tidak habis pikir, ternyata ucapan
temanku itu menjadi kenyataan. Akhirnya di esok harinya aku pergi ke bandara
untuk menjemput mereka. Setiba di bandara aku tidak menemukan mereka. Wah, apa
mungkin mereka salah kota, pikirku mulai ragu-ragu. Sambil berjalan di sekitar
bandara aku berusaha menghubungi Kang Rahmad. Celaka, tidak ada kontak yang
bisa dihubungi. Pasrah...
Tiba-tiba telpon genggamku berdering bertulis nomer
tak dikenal.
“Kami sudah di Merkez,” kata mereka. Sekilas aku
juga menjadi bingung. Lalu aku pun bertanya di posisi mana mereka. Aku kembali
dari bandara tanpa membawa tamu. Mereka bercerita ketika turun di Bandara ada orang Turki yang bertanya, “kalian apa?” Dan mereka menjawab, “kami turis,” sekilas orang-orang Turki itu tersenyum.
Tiga orang itu adalah Kang Rahmad asal İndonesia
Merauke, Kang Firman asal İndonesia Jakarta, dan Sufyan asal Thailand Pattani. Ketiga
dari mereka adalah manusia luar biasa; pertama mereka masih berani belajar di
negara Syria yang masih bergejolak dan perang, kedua pergi melancong ke Turki
tanpa mengerti apapun mengenai Bahasa Turki, lebih lagi tanpa ada guide sama
sekali bisa sampai Kota Kahramanmaraş.
Pelancong pada umumnya hanya mendatangi kota-kota
besar dan terkenal seperti İstanbul, Ankara, dll. Sangat jarang sekali ada
pelancong yang datang ke Kota Kahramanmaraş. Memang beberapa kali aku menjumpai
orang-orang asing disini, namun sangat jarang sekali.
Setiap orang memiliki daya tarik yang berbeda-beda. Para
pelajar atau santri pun mempunyai alasan berbeda ketika bepergian. Mereka tidak
hanya berjalan dan memotret suasana alam dan keindahan. Namun ada hal lain yang
lebih menarik dari hanya itu.
Seperti halnya Kang Firman dan Sufyan, ternyata
kedatangan mereka ingin berjumpa dan menyampaikan salam dari seorang Syeikh di
Syria kepada seorang ulama bernama Moşlu Ahmet Hoca. Aku sendiri baru mendengar
nama ulama ini dari mereka. Konon beliau pernah mengenyam pendidikan di Syria. Sedang Kang Rahmad selain berniat mengunjungi
Syeikh Ahmad juga ingin berkunjung ke rumahku di Kahramanmaraş. Sekali mendayung
dua tiga pulau terlewati.
Mereka hanya tiga hari disini. Rumahku yang sedang
kosong aku suguhkan untuk menjamu mereka. Kahramanmaraş sebenarnya adalah kota
yang terkenal, apalagi dengan es krimnya yang lezat. Meskipun tidak seterkenal
İstanbul.
Akhirnya, aku pun berfikir bagaimana bisa memberikan
jamuan kepada mereka agar tidak menyesal datang ke Kahramanmaraş, meski memang
tidak akan menyesal sih.
Setiba mereka di Kahramanmaraş dan berangkulan saat
berjumpa, tempat yang pertama kami tuju adalah warung makan.
“Makanan apa yang sudah antum coba di Turki?”tanyaku.
Ternyata belum banyak yang mereka coba.
“Kalau lahmacun
sudah?” tanyaku lagi. Belum, kata mereka. Dan menu siang itu adalah lahmacun, sebuah roti panggan yang
bertabur irisan daging dan bumbu hijau.
Entah apakah ini sudah takdir atau bukan, yang jelas
perjumpaan kami dengan pemilik warung lahmacun
bukan sebuah kebetulan. Allah yang mempertemukan kami. Selama tiga hari di Kota
Kahramanmaraş pemilik warung lahmacun
inilah yang menjadi sponsor dan menjamu tamuku lebih banyak.
Ada banyak objek wisata di Kahramanmaraş. Seperti kapalı
çarşı, Ulu Camii, Kahramanmaraş Kalesi, Abdulhamidhan Camii, dll. Di hari
pertama aku ajak mereka mengunjungi tempat-tempat itu. Aku menemukan senyum
bahagia di wajah mereka, alhamdulillah.
Hari kedua, aku tidak bisa menemani sebab ada kuliah
yang tidak bisa ditinggal. Sebagai pengganti ada Kang Jejen, meski dalam
keadaan sakit tetap saja dia ngotot ingin mengantar mereka berjalan-jalan. Semoga
dia cepat sembuh, amin. Rencana berkunjung ke tempat Moşlu Ahmet Hoca adalah di
hari kedua ini. Namun sangat disayangkan, beliau tidak bisa dijumpai karena ada
halangan. Ucapan salam pun hanya bisa mereka ucapkan melalu telpon saja.
Namun, selepas kuliahku usai dan sebelum menghubungi
Moşlı Ahmet Hoca aku sukses mempertemukan mereka dengan Dekan Fakultas İlahiyat
Universitas Kahramanmaraş Sütçü İmam, Prof. Dr. İndris Sengül. Setidaknya mereka
tidak terlalu kecewa karena tidak bisa berjumpa dengan ulama yang memang dari
awal ingin mereka temui. Beberapa nasehat dari pak dekan pun telah kami genggam
dan kami bawa pulang.
Tiga hari sudah berlalu, acara perpisahan tidak bisa
kami hindari. Dalam tiga hari mereka telah mengerjakan banyak hal disini,
bertemu imam masjid terbesar Turki ketiga Abdulhamidhan Camii, mengenal budaya
teh dan masakan Turki versi rumah dan restoran, ikut berta’dziayah dan merasakan budaya ketika
orang meninggal di Kahramanmaraş, mengenal Bahasa Turki lebih dekat, dan
seterusnya. Semoga tiga hari yang telah kami lalui bermanfaat dan berkah.
Terima kasih untuk kunjungan dan beberapa oleh-oleh dari Syria. Sampai jumpa di
lain waktu insyAllah...
Mereka melanjutkan perjalanan ke Sivaş...
Kahramanmaraş Turki, 28 Maret 2014
Komentar
Posting Komentar