KEPESANTRENAN


(خِطَابٌ عَامٌّ لِلإِدَارَاتِ الْمَعْهَدِيَّةِ)

KH. Hasan Abdullah SahalPimpinan Pondok dan Ketua-Ketua lembaga yang menjalankan amanat sudah barang tentu harus selalu berfikir positif untuk kemajuan dan kebaikan pondok sekarang dan yang akan datang. Dalam menjalankannya tidak dipengaruhi oleh tendensi-tendensi lain, rasa suka atau tidak suka dan lain-lain.
Pimpinan pondok/kyai mengatur kehidupan, pendidikan dan agar supaya semua harus merasa bahwa ini untuk dirinya, bukan untuk orang lain.
Kita mendidik value, how to manage value, memahamkan seluruh komponen yang ada di pondok termasuk ibu-ibu dan lain-lain, agar mempunyai persepsi, visi dan misi yang sama dan tidak ragu-ragu untuk kebaikan pondok.
Sebetulnya hal-hal yang disampaikan ini sudah tidak perlu dan tidak pantas dijelaskan lagi dan dibuka dalam forum-forum atau suatu majlis, tapi ternyata terpaksa dan terpanggil demi maslahat masa yang akan datang, karena penghuni dan pengelola pondok semakin banyak dan milliu sangat cepat dan mudah berubah agar tidak merubah nilai–nilai (jiwa) Pondok Pesantren.
Di lembaga manapun di dunia ini TIDAK ADA Fakultas Keteladanan, Fakultas Keadilan, Fakultas Kesopanan, kecuali di Pondok Pesantren. Pesantren bukan hanya mengatur kehidupan tapi juga mendidik kehidupan dengan Keislaman (keimanan), Keilmuan, Kemasyarakatan (Kepemimpinan).

Pendirian sebuah Pondok Pesantren solid bila dilandasi oleh berbagai aspek, di antaranya:
a. Fitrah (Kemampuan yang sempurna, karunia asasi)
- Memilih yang benar, baik, bermanfaat (kalau dilakukan dia mampu dan ada hasilnya).
b. Keterpanggilan, Berjuang: Transaksi, Investasi atas dasar;
- Naluri (Gen)
- Wasiat/Amanat
- Nurani (Hati Nurani): Manusiawi, Iman dan Tanggungjawab
- Dorongan Masyarakat
- Lingkungan, ideal, moral dan kehidupan
- Hajat, kebutuhan, keterpaksaan
c. Kemauan, Kemampuan, Kesempatan, Keberanian
d. Upaya, Usaha dan Kerja Keras, Kualitas, Kwantitas
e. Fasilitas (Utama);
- Konsumsi (makan, minum) dan Akomodasi (tempat)
- Kegiatan: Pembinaan dan bimbingan
- Isi (Keislaman, Keilmuan, Kemasyarakatan)
- Transportasi
- Informasi
- Publikasi
- Penunjang; Perangkat Lunak (Software), Perangkat Keras (Hardware), Pelaku (Brainware).
f. Keuntungan (Nilai Plus): Moral; شَخْصِيَّةٌ dan خُلُقِيَّةٌ, Kecakapan, Keilmuan, Percaya Diri عِزَّةُ النَّفْسِ\ الثِّقَةُ بِالنَّفْسِ , Dan lain-lain.
Kalau bukan kita sendiri yang menjalankan tatanan; aturan dan disiplin kita, lantas siapa lagi? Berapa harga kita?
Titik atau sumber datangnya masalah (kasus) dan perkara di pondok pesantren dari beberapa pihak. Dari pihak:
a. Murid/santri: Kesehatan; sakit, Pelajaran; bodoh, Akhlak; nakal, Malas; lemah atau tak ada niat, Dasar; latar belakang pribadi
b. Wali murid: Sok tahu meskipun sektoral, Idealist; theoritis, Individual; Interest, Kecewa, Ekonomi, Interest
c. Guru/Ustadz: Tak Niat, Malas, Cemas akhlaq, Terkontaminasi; Bacaan, Milliu yang lain, Bisikan-bisikan.
d. Keluarga: Istri; tak tahu, anak; nafsu, adik; kecewa, menantu, mertua, dan lain-lain; pendidikan, akhlak, ekonomi.
e. Keluarga besar pondok.

Terakhir ini adalah SUMBER MASALAH PALING BESAR. Kalau terjadi, maka sama dengan tidak ada pesantren; bernyawa tapi tidak pantas dikatakan hidup, baca…… كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
Sedangkan faktor yang menimbulkan masalah di Pesantren adalah:
a. Watak Pimpinan dan kepemimpinannya
b. Wewenang dan distribusinya, pendelegasiannya.
c. Fasilitas dan pengaturannya.
Mengajar lebih berat daripada mencangkul.
Istri jangan menjadi penyakit atau sumber sakitnya suami (yakni Guru Pondok Pesantren). Bukan hubungan antara buruh dengan majikan, tapi ukhuwah kekeluargaan. Fungsi Isteri dalam Pondok adalah membantu suami berjuang, ”arep mbantu opo ngganggu", Trimurti Pendiri Pondok. Secara khusus istri-istri berlatih dan bersikap “menahan diri”.
Iri, dengki, tamak maupun banding-banding fasilitas tidak merobah nasib atau taqdir. Titel-titel kesarjanaan bukan pertimbangan kriteria prinsipal. Itulah ciri pondok pesantren.
Harus diingat bahwa fasilitas dari pondok kalau ada itu untuk pembantu langsung, bukan fasilitas keluarganya, pembagian kebijakannya disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan dan musyawarah dengan polaبَرَكَةُ الْجَمَاعَةِ. Ukurannya bisa makan kenyang, pakaian cukup, punya tempat tidur, sehat, kuat berjuang maksimal dalam pondok, anak tidak lapar itu sudah cukup lumayan.
Bagaimana pandanganmu, apabila melihat guru laki-laki Pondok Pesantren menggendong anaknya dengan memakai kain (selendang) di luar rumah atau di halaman rumahnya? Semua orang tidak rela melihat guru laki-laki menggendong atau mengurusi anak, sedangakan sang isteri duduk manis memangku tas indah. Ini lelaki merk apa?
“Pak Sahal, Pak Fanani dan Pak Zarkasyi Rahimahumullah (Trimurti Pendiri Gontor) tidak pernah menggendongi anak-anaknya”.
“Dikirim keluar negeri bukan untuk nggendong anak (Pak Zar)”
Satu contoh: Anak merengek ke ibu guru, ibu guru menuntut pak guru, pak guru lapor, lah Pak Kyai? Berarti Pak Kyai diatur anak-anak.
Masing–masing berupaya untuk menahan diri dari sikap jor-joran; mebel, buffet, kendaraan, furniture, pakaian, penampilan, dan sebagainya, dengan mengedepankan pola hidup sederhana dengan arti yang luas. Baru 1, 2, 3 tahun kawin kok sudah punya mebel mewah, kendaraan (motor), dari mana datangnya kalau bukan karena fasilitas suami.
Guru-guru kita (Pondok Pesantren) itu tinggi pasarannya di luar, tidak bisa dihargai dengan gaji kelas atau golongan A, B, C, dll.
Kader adalah anak kandung pondok, jangan bermental atau bergaya majikan, contoh; nimbali wong, mbayari…? No!
Dengan didirikannya Pondok-pondok cabang 1, 2, 3, 4 dan seterusnya bukan berarti boleh munculnya raja-raja kecil dengan kebijakan-kebijakan otoritasnya. Apalagi masalah-masalah prinsip.
Kualitas Ilmiah, Kualitas Kerja, Kualitas Hasil Kerja
Kalau 20 tahun jadi guru, baru punya rumah pribadi, itu biasa..! 5 tahun jadi guru baru punya sepeda motor bebek, ndak masalah. Coba di luar belum tentu bisa..!
Fasilitas, baik berupa kesejahteraan maupun sumbangan apapun dan dari manapun, diatur dan diputuskan oleh Pengasuh Pondok tidak harus berpegang pada pola di lain tempat. Tidak harus ada pertimbangan titel kesarjanaan.
"Fungsionaris yang kurang sependapat dengan kebijaksanaan Pengasuh Pondok dipersilakan menyampaikan ketidaksanggupannya."
Saat ini belum ada sentralisasi yang sempurna, maka perlu disempurnakan sentralisasi yang sudah ada saat ini, seluruhnya mendukung sentralisasi ini. Kalaupun ada ide baru untuk desentralisasi (otonomi) kelembagaan, belum bisa diterima saat ini.
Atas dasar itu kita membutuhkan keterbukaan tanpa ada kecurigaan dan kekhawatiran, karena Pondok Pesantren adalah amanat, Badan Tertinggi bukan pemilik pondok, tapi penanggungjawabnya, sedangkan Pimpinan Pondok adalah penerima mandat sebagai pelaksana operasional. Maka semua unit usaha milik pondok harus dikembangkan bersama, dan tidak ada kesan saling rugi dan merugikan.
Sektor-sektor yang diperlukan dalam Pesantren Modern:
1. Pemantapan Keislaman.
2. Pengasuhan: Kesejahteraan santri, kedisiplinan santri, kegiatan santri, semuanya wajib ada dalam Pondok Pesantren.
3. Pengajaran Kurikulum (Belajar Mengajar): KMI dan ISID.
4. Sentralisasi Administrasi
5. Pembangunan Fisik
6. Pengembangan Ekonomi: Organisasi dan Aset
7. Humas
8. Litbang: Upgrading Fungsionaris, Kaderisasi dan Pembinaan, Kontinuitas
Kita jangan sampai berfikir sektoral
“ONE FOR ALL, ALL FOR ONE”
“SALING MENOMER SATUKAN KESETIAAN”
Met of zonder di ucapkan!
Ada dua pola pikir (pola hidup): pondoknya kaya atau kyainya kaya? Pandangan hidup, pola hidup, menyikapi takdir dan kondisi, perlu ditanamkan ke dalam diri masing-masing, ini keteladanan.
Bagaimana dan mengapa santri betah atau kerasan di pondok?
a. Terpenuhinya kesejahteraan utama atau primer.
b. Tersalurnya bakat dan minat dengan bimbingan.
c. Keuntungan (Nilai Plus) dirasakan benar.
d. Lingkungan mendukung tercapainya cita-cita.
Peninggalan cita rasa, estetika, etika, logika dan mentalitas penjajah banyak menguasai generasi ini. WASPADALAH !
Hasil pendidikan ini tidak bisa dilihat 1, 2, 3 bulan atau 1, 2, 3 tahun kemudian. Mahalnya proses pendidikan jangan dibandingkan dengan jual-beli, bayar-untung/hasil. Pendidikan maupun bisnis bisa berhasil maksimal dan juga bisa berhasil minimal.
Beberapa arah pendidikan yang di tanamkan di Pondok Pesantren:
Pendidikan kehalusan jiwa yang dipadukan dalam gerak dan peragaan yang beraneka ragam tanpa meninggalkan aturan-aturan syara’.
Pendidikan management SDM, bakat dan minat dalam penyelenggaraan suatu acara yang kecil, sedang, sampai yang besar dan hingga besar sekali.
Pendidikan management SDA, teknologi, science. Dari lampu, kayu, besi, hingga aliran listrik. Bahwa itu semua anugerah, amanah, titipan dan pinjaman.
Pendidikan komunikasi/HUMAS dengan pihak-pihak terkait diluar, contoh hubungan tawar menawar bisnis/transaksi, security, konsumsi dan lain-lain.
Ini totalitas pendidikan bagi penyelenggara pendidikan dan pendidikan totalitas dalam menjalankan perbuatan. Jadi bukan asal-asalan…!

"TOTALITAS PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN TOTALITAS"
Dunia akal-akalan (rekayasa) membuahkan agama rekayasa. Celakanya banyak manusia yang menciptakan "Rekayasa Agama". Jangan sampai "kalau maju mengakuinya, kalau mundur cuci tangan".
Tripusat Pendidikan Islam/Agama:
a. Keluarga: Orang tua, termasuk juga dari TV, VCD film, dll.
b. Masjid, Gereja, namun tidak boleh bersifat rutin dan Jumud
c. Masyarakat, Sekolah, termasuk juga bintang film/artis dan public figure, Kawan atau organisasi, tetangga, lingkungan Sekolah dalam hal ini termasuk komponen masyarakat yang baik. Dalam mendidik harus menggunakan emosi dan rasio Ibu dan bapak.
"Sosok Guru Pondok Pesantren memiliki Ruhul Jihad karena dia memiliki Jiwa Kepeloporan, memiliki Jiwa Kesungguhan."
Sebagaimana filsafat Adzan dari Takbir …..Syahadatain…hingga حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ setelah حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ …. Lafadz-jafadz panggilan itu sangat dalam dan tertib artinya, di mana masuk ke dalam batin dengan sangat kuat sekali, juga untuk jihad melawan semua jenis pengganggu jihad. Jadi semua tiang penyangga Islam itu filsafat tinggi kehidupan, dimulai dengan takbir diakhiri dengan kalimat tauhid. Ini perlu direnungkan….!
Fasilitas hidup yang terlalu lengkap kadang membuat seseorang terlena sehingga ia menjadi tidak sukses dalam hidup. Pepatah mengatakan “Tunggak jarak mrajak, Tunggak jati mati” Artinya: “Banyak keturunan orang-orang golongan Grass Root yang muncul menjadi tokoh masyarakat besar (Kaya). Sedangkan banyak keturunan orang-orang besar yang malah tidak karuan hidupnya.”
Kesamaan persepsi dan well inform, kesamaan bertanggungjawab atas semuanya.
Pimpinan/Pengasuh Pondok Pesantren tidak harus minta izin kepada siapa atau bagian manapun, dalam menindak dan mengambil keputusan disiplin. Yang dihadapi pimpinan banyak sekali, dari guru-guru senior, guru-guru muda, santri, keluarga, warga desa sekitar, masyarakat, pemerintah, dll. Dalam jiwa pengasuh, tidak pantas ada pertimbangan untung rugi, “untung diteruskan, rugi alih profesi,” ini tidak terjadi kecuali bila kepalsuan dan kebohongan yang telah menguasai diri. Kyai/Pimpinan Pondok magang cabup, cagub?
Dibantu maupun tidak pesantren tetap harus eksis, survive, dan berjalan. Boleh saja berusaha menjadi The First, tapi lebih baik jika menjadi The Best. Sistem yang paling baik itu tidak ada dan tidak akan ada.
Proses pengambilan keputusan, penentuan kebijakan mempertimbangkan: Frekuensi, volume, size masalah, personil yang diperlukan dalam musyawarah, waktu yang tersedia. Bisa saja terjadi kesalahan yang terjadi, ketidakadilan bertindak, Ketidaksempurnaan memutuskan, dan lain sebagainya, namun Insya Allah bukan niatan Pimpinan.
Ada kebijakan, kegiatan yang baku, permanent tidak membuka perubahan dan ada yang boleh diadakan perubahan….Waspadalah !!
Tidak semua Pondok Pesantren lantang menyampaikan nilai-nilai Khutbatul ‘Arsy, padahal ia sebagai perkenalan dan sekaligus pendidikan, termasuk mendidik pembimbing dan pembinanya. Habitatisasi, Domestikasi; Adaptasi anak (santri) baru dan konsolidasi santri lama, sampai mensiasati hasil pendidikan. Tampak hasilnya dalam setahun. Berusaha dan Berdo'a dan Berdo'a dan berusaha. Sampai Keringetan! Berkeringat!
FENOMENA apa ini?
Alumni Pondok dan Istrinya memondokkan anaknya .….kurang TEGA! Mengeluh, mengkritik pondok, fasilitas dan kadang-kadang kebijakan pengasuh, pembina, dan sebagainya. Padahal anaknya sehat, semangat, betah, cerdas…dsb.
Tega, Ikhlas, Tawakkal, Percaya: Menyantrikan/memondokkan anak di pesantren berarti "berniat untuk tidak mengunjunginya kecuali ada kesempatan", bukan sebaliknya berniat mengunjunginya kecuali tidak ada kesempatan. Pokoknya; Bekal, Syarat dan Solusinya adalah TEGA, IKHLAS, TAWAKKAL, PERCAYA
Pendidikan, pembinaan, pemberdayaan, instruksi, informasi, indoktrinasi, dari yang paling primitif sampai yang paling modern itu, kegiatan manusia yang tidak bisa dihindari. Pesantren tidak ketinggalan dalam berupaya, apapun hasilnya. Jiwa/ruhnya tidak banyak dimiliki oleh lembaga lain, sebab institusi dan value dibina bersama-sama, berbarengan dalam satu komunitas.
Dorongan, ghiroh diniyah, mengesampingkan tanggapan pihak luar positif maupun negatif. Demikianlah, dibantu maupun tidak pesantren tetap eksis, survive dan berjalan. Bisa cepat, bisa lambat. Pengertian efisiensi menurut pesantren sering bertolak belakang dengan pengertian efisiensi menurut praktisi ekonomi, budaya, dan lain-lainnya. Mottonya “kita ini lain”.
Pimpinan Pondok diamanati oleh lembaga tingginya untuk memperhatikan idiil, strukturil dan kulturil, kebijakan itu tidak harus sama antara pesantren dengan pesantren.
Kharisma atau wibawa kulturil biasanya bisa paling lama bertahan 3 generasi, perlu kewaspadaan, maka manis ataupun pahit harus diwaspadai dengan cermat. Yang ada ini banyak yang tidak tahu, tidak pernah melihat seorangpun dari pendiri Pondok, fikirkan!!.
Beleid menentukan standar, memutuskan kebijakan dan melibatkan fungsionaris/personil untuk merundingkan sampai memutuskan sesuatu dilakukan atau tidak adalah hak dan kewajiban Pimpinan.
Struktur kelembagaan di Pondok Pesantren harus tetap:
- Tidak boleh ada lembaga-lembaga non strukturil apalagi statuta kelembagaan dan hak atau wewenangnya.
- Jangan ada lagi Majlis Bani Generasi anak pendiri untuk mengatur kebijakan Pimpinan Pondok.
- Generasi anak pendiri dan semua kader Pondok Pesantren, harus bisa mengkondisikan diri, artinya kalau hanya akan menjadi beban dan tidak bisa berperan dengan baik jangan masuk, harus berada di luar pondok. Dan itu tidak usah dianggap memusuhi Pondok Pesantren atau tidak tahu "Kepondok Modernan".
Mutlak perlu ada pemisahan antara urusan, perkara atau hak milik pribadi dan perkara, urusan, atau hak milik lembaga/organisasi agar jangan terjadi ketidakproporsionalan. Contoh: Operasional dari masalah Setoran, keunitusahaan, Jumlah jatah anggota dapur, kasus antar lembaga dengan Pimpinan. Sampai pengadaan bahan dan fasilitas gedung bertingkat, hotel, kapal terbang, dan seterusnya sekalipun.
Ilustrasi: Kami (saya, penulis-red) sudah 20 tahun mengemban amanat memimpin, sudah berfikir terus atau tidak memikirkan, sanggup, dipercaya, diterima, struktur dan kultur Pondok Modern Darussalam Gontor atau tidak, BADAN TERTINGGI (Badan Wakaf).
Hindari penyakit feodalisme, majikanisme, kasta-kasta terselubung yang hanya mencari enaknya, hedonisme, kelezatan hidup yang tiada habisnya. Analisa–analisa, pakar–pakar, teori–teori, konsep kosong.
Merancang CARA HIDUP yang enak versus mencanangkan jalan hidup dan mati yang berarti.
مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللهِ أِوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا. وَإِنَّ أَهْوَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ. (العنكبوت: 41)
Artinya: Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al-Ankabut: 41)
Orang barat dan orang yang berfikiran barat itu membangun istana di atas ranting-ranting yang rapuh, mudah hancur tumbang dari luar atau dari dalam. Mudah dihancurkan, ditumbangkan dengan kasar atau dengan halus. Baca! Renungkan! Ajarkan ….!
Jangan menjadi agen imperalisme, Jangan menjadi kaki tangan kolonialisme, Jangan menjadi cabang, ranting pohon yang rusak, meskipun tampak besar, tinggi, kuat. Karena dasarnya lemah, rapuh …..
كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ. (إبراهيم: 26)
Artinya: …..seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (Ibrahim: 26)
Ada yang menteror hati, sikap, pikiran, ucapan, perbuatan, dan tindakan. Padahal melawan penindasan, melawan ketidakadilan dan kedholiman itu hukum alam-Sunnatullah.
Hukum alam, Sunnatullah tetap tak berubah, hanya berulang-ulang. Akan terjadi kembali benturan antara teroris Versus ketidakadilan, kecuali bila manusia dengan rela berubah status dan fungsinya menjadi binatang yang terhormat; al-mukarrom syetan atau makhluk-makhluk lain.
Putaran nasib umat Islam sebagai pihak yang sedang “kalah”. Biasanya Ta’ajjub dan meniru pihak yang sedang “menang”, salah konsekuensi, salah organisasi, salah solusi….Pecah..!!
Kesantrian dan kepesantrenan itu apa?
Pelajari baik-baik…! Untuk penyamaan persepsi.
"Kesantrian itu adalah ke-Islaman, Keilmuan, kemasyarakatan, dan ANTI PENJAJAH DAN PENJAJAHAN. PANCA JIWA PONDOK PESANTREN itu bekal perlawanannya."
Apa yang ada di sini dan di semua pesantren adalah hasil ijtihad manusiawi. Dalam Islam ada yang boleh berubah dan ada yang tidak boleh berubah, demikian juga pesantren. Dua ratus juta penduduk Indonesia kalau mendirikan pesantren dua ratus juta ijtihadnya dan perbedaannya.
Di pesantrenlah manusia dididik berperan, berfungsi. Di pesantrenlah manusia dibekali, diberdayakan, diperankan, difungsikan, dikendalikan, dikontrol oleh apa dan siapa saja. Halusnya, di pesantren manusia DIEVALUASI.
Umur itu pendek, evaluasi dengan 2, 3, 4 cermin. Raport manusia, raport muslim, raport keluarga, masyarakat. Tapi….!! Ingat raport malaikat. Kerja keras di Pesantren dengan niat ikhlas kuat mati syahid. Bom syahid spiritual……bom syahid…keras…! Niat dan kerja keras itu BOM syahid.
"Pesantren itu selalu To Give, To Give, To Give, And Gain. Ini Effisiensi Perjuangan, Ibadah."
Sekarang ini sedang terjadi perang informasi, perang opini, dll

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِئُوْا نُوْرَاللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللهُ مُتِمُّ نُوْرِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. (الصف: 8)
Artinya: Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya. (As-Shaf: 8)

لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. (الأنفال: 63)
Artinya: Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (Al-Anfal: 63)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ. (الأنفال: 36)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan. (Al-Anfal: 36)
“ANTI INTERVENSI” itu “HAK ASASI” dan sekaligus KEWAJIBAN ASASI MANUSIA mengusir Imperialisme dan kedzoliman. Anti Intervensi adalah HAK dan kewajiban “ASASI”.
Pesantren berdiri tanpa minta izin PBB, IMF, …..AS…US…dsb.
Waspadailah Teroris agama (dien), Teroris Fisik, Teroris Akal (Aql), Teroris Nyawa (Nafs), Teroris Kehormatan (Irdlun), Teroris Harta Benda (Mal). Contoh: Perusakan hutan, Penebangan ilegal itu akibat kerusakan akhlaq manusianya. Jadi total kerusakan! Ingat Sunnatullah!
Pembubaran pesantren itu tidak mungkin, kecuali di negara kafir, tapi pengurungan atau pemasungan kegiatannya itu sering terjadi di negara sekuler; diawasi, diragukan, didangkalkan.
ISLAM MILIK SIAPA?
Selama ada Ka’bah di Makkah, selama ada Al-Qur’an di dunia, tak mungkin memisahkan Islam dari kehidupan ini, tak mungkin melenyapkan Islam dari muka bumi ini. Apalagi ada pesantren, karena di dalamnya digiatkan keahlian khusus disamping persyaratan umum dengan proses belajar mengajar, berlatih-melatih, memimpin, memanage, berdiskusi, informasi dan lain-lain.
Di antara inti ajaran yang ditanamkan di pesantren adalah anti penjajah dan penjajahan, anti penindasan dan ketidakadilan. Maka Intervensi itu krimiminal, Intervensi itu teror, Intervensi itu penghinaan, Intervensi itu kecongkaan imperalisme harus diwaspadai, Warga negara yang menjadi antek penjajah adalah teroris, Warga negara antek penjajah tidak boleh dibiarkan aman!
Mau hidup, mau bernafas, mau berdiri, mau bergerak kok menunggu (perlu) pengakuan, dukungan sepihak MONYET-MONYET berdasi. Betapa hinanya! Maka jadilah Pimpinan Pondok total, Birokrat total. Pilih salah satu! Tak usah diskusi ……..!
Kapan jadi Insan berkepribadian fitrah, kalau selamanya menjadi budak situasi dan kondisi miliu atau sikonisme. Kasihan!
Cintailah yang kau miliki!
Sukailah yang kau dapatkan!
Syukurilah yang kau capai!
Hematilah masa kini dan masa depanmu!
ISLAM MILIK SIAPA? UMAT MILIK SIAPA? PIMPINAN ISLAM MILIK SIAPA? MASYARAKAT UMUM MILIK SIAPA?
Kita mempertanggungjawabkan umur, fisik, ilmu, dan harta kepada Sang Pemberi (Allah SWT).
Ingat, 80% tamatan SLTA tak tertampung di Perguruan Tinggi, 30% tamatan SLTP tak tertampung di SLTA. ……….IKI PIYE….?? Bersyukurlah Pesantren mendapat tantangan dari sana-sini, sehingga pintu-pintu amal perjuangan terbuka luas.
Ada anti Narkoba! Miras….? Bagaimana Konglomerat? Bagaimana pemilik pabrik? Ada anti Pornografi! Bagaimana aparat? Bagaimana pelaku prostitusi? Jelas tidak ada kekompakan, kesepakatan semua pihak untuk menjadi manusia sempurna. Serigalawan dan serigalawati, buayawan dan buayawati bebas berkeliaran di sana-sini.
Perang peradaban, ini kita jadikan medan perjuangan hari ini. Mari melihat diri kita dengan instrospeksi jihad dalam akidah, syari`ah, akhlaq, adab dan adat. Jangan ada keamanan (rasa aman) bagi perbuatan dan pelaku maksiat kecuali bila umat ingin terlaknat!
Keilmuan dan kemasyarakatan bisa didapat dengan sambilan tapi ke-Islaman tidak mungkin! Jangan mengambil agama atau budaya yang: Tidak lewat Rasul tapi hasil rekayasa manusia biasa (temuan- temuan, dsb), Tanpa kitab suci yang tetap tanpa perubahan, Rasionalistis, Tanpa konsep ketuhanan yang satu (Tauhid). Kebenarannya meragukan dan bersifat lokal tidak universal. Zaman bingung, zaman ragu, Ainal Mafarr……

ظَهَرَ الْفَسَادُ (الدينى والخلقى)
Alam mulai malu mengabdi kepada Allah untuk kepentingan manusia? Tektonik, tsunami, banjir, dan lain-lain. Matahari, bulan, air sungai, sudah tidak bergairah bersahabat karena ulah tingkah manusia.

نَحْنُ مُسْلِمُوْنَ وَكَفَى.
مِنْهَاجُنَا مِنْهَاجُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَفَى.
عَقِيْدَتُنَا مِنَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَكَفَى.
فَإِنْ لَمْ يُعْجِبْكُمْ فَخُذُوْا بِأَقْوَالِ الأَجَانِبِ........وَكَفَى.
Dari masjid bisa ke surga, dari kantor bisa ke surga, dari pasar, toko, plaza bisa ke surga, dari mimbar dakwah bisa ke surga, dari modal perjuangan bisa ke surga, Dari Pesantren apalagi………………Insya Allah!
Sebaliknya, kalau salah niat, salah visi, orientasi dan tujuan, malaikat punya kriteria tersendiri. Perlu direnungkan, dicamkan…..! Dari dapur bisa ke surga, dari kasur bisa ke surga.

مَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ.........(الكهف: 29)
Artinya: Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir………. (Al-Kahfi: 29)

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُوْرًا. (الإنسان: 3)
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (Al-Insan: 3)

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ. (القلم: 7)
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Qolam: 7)

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. (البقرة: 38)
Artinya: Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 38)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ. (فصلت: 46)
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya. (Fushilat: 46)
Pintu surga terbukaأَبْوَابُ الْجَنَّةِ مَفْتُوْحَةٌ
Pintu maksiat terbukaأَبْوَابُ الْمَعَاصِى مَفْتُوْحَةٌ
"Umur, Fisik, Ilmu, harta semuanya ujian!"
"Menyantrikan Intelek……Mengintelekkan santri …..!!"
"Kita ini harus dilatih, dituntut menyikapi perbedaan, ketidaksamaan dan keanekaragaman dengan sikap yang positif."
"Jangan meraih kesarjanaan S1, S2, S3, Prof, hanya untuk menjadi “BUDAK”, apalagi untuk pihak di luar Islam."
"Kita menjadi baik dan berbuat baik akan ditiru, tapi berbuat baik dengan niat untuk ditiru, itu tidak Ikhlas!"
"Orang yang matang dalam keilmuan, matang dalam kehidupan harus sudah tahu dan punya pilihan yang dipakai. Dijalani dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT."

إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَى نَفْسِي وَإِنْ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ. (سباء: 50)
Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. (Shaba: 50)
Gontor, Januari 12, '05
( Sumber : Catatan FB beliau KH. Hasan Abdullah Sahal )

Komentar

Postingan Populer