SENJATA PEMUSNAH MORAL

(Sebuah cetusan lurus-lurusan)
KH. Hasan Abdullah SahalSEPIHAK lawan SEPIHAK ....Why not?
BANDEL lawan BANDEL......Why not?
CUEK lawan CUEK.......Why not?
"Aksi sepihak, sikap bandel, gaya cuek dihadapi aja aksi sepihak, sikap bandel, gaya cuek juga, dong....!Mengapa tidak?!"
Kangen dijajah lagi, gak usah kampanye, gak usah magang jadi personil lembaga tinggi, gak usah pakai titel/pangkat, gak usah magang lembaga ...tif! Mau murtad gak usah cari dana ke paman-paman di luar negeri.Mallullaaah!
Berani hidup merdeka,tak takut mati meski tak korupsi!
Takut mati dijajah hidupkan semangat merdeka!
Takut merdeka, dijajah terus! -kangen dijajah, iman bangkrut, negara tergadai, bangsa terkutuk, ummat terlaknat.
Mau murtad, gak usah cari pendukung, ngemis dana, beli titel, magang calon....le/ ex/ yu.... tif!
Allah maulaa naa..wa laa maulaa lahum..
Di atas kita hanya Allah, di bawah kita hanya tanah. Kenapa minder, kenapa ragu?!
Mereka tak punya pelindung, pelindung penjamin, hanya gertakan His Excelency Prof. Paranoidas Ph.D
Disana-sini, di setiap zaman ada gerak, ada aksi, ada untung, ada rugi, ada manis, ada pahit. Bisa salah pilih bila tak berhati-hati....
Makhluk termulia dikaruniai potensi paling sempurna. Tapi memanfaatkannya bermacam-macam. "Didikan" Allah, fenomena, kenyataan kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan sengaja diupayakan pisah jauh dari umat manusia di dunia, oleh "pakar-pakar intelek" illaa maa rohima robbii (ilmaro).
Digencarkannya guyuran doktrin-doktrin menarik berdalih "iming-iming, rayuan" kemajuan, kemodernan. Itu trik-trik iblis arsitek internasionalisasi, globalisasi kemungkaran di atas bumi amanat, di pundak makhluk terakhir: Manusia.
Alangkah rugi "mereka", bila moral menjadi rujukan paling utama! Moral ini "sementara" dianggap merugikan PBB, WTC, Unicef, WHO, budak Zeonisme wa aalihii wa shohbihii ajma'iin karena mereka berposisi strategis sebagai "alat-alat, benteng", sekaligus senjata pemusnah moral terselubung.
Sejarah terus berjalan, nasib-nasib manusia terus bergilir, entah ke pihak mana kejayaan berikutnya akan bergulir? Sebuah "wallaahu a'lam" mendera hati fikiran bangsa-bangsa berkembang/ terbelakang. Rekayasa dikerahkan untuk kepentingan kerajaan mereka, tapi kejayaan sementara bukan tanda kebenaran abadi.
Celakanya, ummat manusia yang gila dan goblok di dunia "tak sadar-sadar" terseret, tahu-tahu sudah terjerumus terperosok dalam-dalam di bawah kekuasaan bathil dan curang ini.
Kamus aktif kehidupan unsur-unsur SDM ilahy/ fithry tetap tegak dan ditegakkan oleh barisan pasukan sadar. Peringatan warning/ caution kecil terbaca dalam al-Qur'an surat al-Takatsur dan al-Humazah; renungkanlah! Akhirnya, hanya mereka yang mendapat taufiq, selamat. Selebihnya, - meskipun mayoritas - akan sengsara sebelum, sewaktu dan seusai mengerjakan amal perbuatan, meskipun mungkin mereka tak merasa.
Mencintai, mengharapkan keindahan/ kelezatan hidup, boleh saja tapi bersiaplah: bisa mendapatkan (muwaffaq), bisa tidak. Jodoh contohnya pinangan/ lamaran bisa diterima atau bisa juga bertepuk sebelah tangan. Patah hati?! Kecewa karena kehampaan?! Kok mau! Siapa suruh kecewa? Balas dendam? Bunuh diri? Hari gini sempet kecewa? Capek-capek aje, masalah tidak selesai juga, kan?
Memaksakan taufiq bukan hak manusia, dan menerima takdir dengan sikap positif, menjadikan seseorang menjadi dewasa, matang. Keberhasilan ada masa dan tempatnya, cari jalan pintas menebus kegagalan, di luar jalur hidayah, mengkhayal jadi terkenal coba-coba cari modal tak legal, tak masuk akal. Kecewa, tergesa - gesa mencoba ingkar syari'ah, menyingkirkan sumber hidayah. Apa yang didapat? Hidup dihujat, mati dilaknat, anak cucu malu berabad-abad. Sesat berbaju selamat, budak belian berlagak tuan. Ayam terbatuk-batuk menertawakan! Eih manusia sudah lupa jauh! Subhaanallaah! Fa'aal lima yuriid.
Dalam pemikiran tentang hidayah, syari'ah dsb. mereka berani-berani mengartikan ayat seenak akalnya, sebuas hawa nafsunya. Sejak semula memang tidak tahu atau malu taat. Akhirnya pilih-pilih menafsirkannya. Maka jadilah mereka/ golongan ini ekstrimis anti ayat-ayat, anti penafsiran yang Islamy, Alamy al-Qur'an, Extremis penafsiran sekuler, congkak pula!
Mencuri tidak kepergok, korupsi tidak ketahuan, menindas tidak dibalas, memvonis benar dan halal perbuatannya. Bangga lagi!! Peringatan tak digubris, watak Fir'aun diperagakan di atas panggung kaum lemah tak berdaya, lupa Sang Fa'aal Limaa Yuriid.
Kapankah datang kesadaran bila setiap orang merasa benar dan memaksakan "kebenaran relatif" nya, menyingkirkan kebenaran mutlak?! Tanah air, bumi para Nabi yang suci diopinikan, direkayasa intensif seakan sarang pengrusakan, sementara daratan kaum najis diposisikan diangkat menjadi "qiblat baru" kebahagiaan kesejahteraan. Kesana tuan guru-tuan guru, pak ustadz-pak ustadz dikerahkan untuk ber "thowaf-sa'i", layaknya ibadah haji. Na'uudzu billaahi min dzaalik! Amit amit deh! NAJIS!!!
Tontonan-tontonan menjijikkan meluncur bagaikan timah panas, gambar-gambar perilaku keras, kejam, tak seronok, ungkapan-ungkapan kotor, tak sopan, tanpa malu bagaikan panah-panah beracun melesat ke rumah-rumah, ke arena umum dan khusus hanya karena membuka TV.
Kisah-kisah miskin tema, miskin nilai moral ditembakkan dengan bebas, seakan tanpa sensor dan semua berpura-pura tidak tahu. Subhaanallaah!
Senjata-senjata Pemusnah Moral di gedongan, di perkantoran, di medan usaha, apalagi di pasar-pasar bebas tak usah ditunjukkan, semua bersikap berpura-pura tidak tahu.
Jungkir balik barang atau perilaku halal haram diperkosa untuk melayani secara taat sepenuhnya pada untung rugi yang bernasib di atas angin, bukan tegaknya moral sempurna umat manusia.
Hampir setiap lini dan sektor sudah bertengger oknum dan sekaligus alat/ senjata pemusnah moral contoh :
a. Pandangan, senyuman dan perilaku nafsu perusak moral.
b. Mass media
c. Opini yang dibina yang kemudian diarahkan ke pemusnahan moral
d. Fikiran-fikiran, gossip-gossip mengarah pada KKN terlarang dan semacamnya.
e. Iklan-iklan, bonus-bonus dengan segala bentuk-bentuk bungkusannya.
f. Tulisan, gambar, kisah 3S: Syirk, Sadis, Sex
g. Komersialisasi sektor sosial keagamaan, ustadz, da'i, khatib, umroh sampai pondok pesantren dll.
Kecongkakan ilmiah tanpa moral memperbodoh kaum lemah nasib, musnahlah moral. Itulah yang mereka kehendaki. Bukan kecongkakan pakar, ahli, berilmu atau ilmuwan tapi kecongkakan yang disetting secara sistematis ilmiah sehingga tidak tampak tapi akibat pahitnya dirasakan. Ngerti?

Gontor, Mei 02, '07
( Sumber : Catatan FB Beliau KH. Hasan Abdullah Sahal )

Komentar

Postingan Populer