Mencari yang Satu


Malam ini, setelah mengambil beberapa film dan telah kumasukkan ke dalam flasdisk di hari kemarin, sebagian film tersebut sedang kutonton. Salah satunya adalah film ‘Man of Steel’ tentang asal usul Superman. Ketika menyaksikan film tersebut aku tidak berhenti berfikir, bahwa barat sedang mencari hal baru atau mengalihkan pemikiran manusia akan dunia. Seakan-akan meniadakan Tuhan, membuat Tuhan yang baru, dan melupakan Akhirat. Entah, kenapa pemikiranku malah memikirkan semua ini setelah menyaksikan film ini. Apa mungkin karena aku sekarang sedang belajar di fakultas Teologi yang mengaitkan segalanya dengan agama. Apa ada faktor lain? Yang jelas intisarinya mereka seperti mencari satu hal untuk menghapus hal lain, menurutku.

Dasar manusia adalah kelemahan. Manusia mempunyai sifat lemah yang selalu membutuhkan bantuan, membutuhkan yang kuat untuk menolongnya. Fitrah manusia juga adalah bertuhan. Manusia membutuhkan Tuhan yang akan menolongnya, karena Tuhan maha Kuat. Maka tidak heran jika manusia terdesak dalam satu hal, lalu dia tiba-tiba menyebut ‘oh my God’ ‘Oh Tuhan’ meski dia seorang ateis (tidak percaya kepada Tuhan) sekalipun.


Ketika kita melihat dalam berbagai sumber berita atau kabar tentang kehidupan primitif dimanapun. Sebuah kabilah atau suku selalu mempercayai adanya zat yang berada di atas atau di langit. Meski mereka tidak tahu benar apa nama dari zat itu. Kita mungkin pernah mendengar kisah Ibrahim (Abraham) dalam perjalanannya mencari Tuhan. Ayahnya adalah seorang pemahat patung untuk disembah dan manusia pada saat itu menyembah patung kecuali Ibrahim. Dia tidak percaya, karena dia tahu patung hanyalah sebuah batu, tidak berbicara dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan sebuah patung tidak bisa menghalangi sebuah lalat yang hinggap di kepalanya. Maka dari itu pada suatu hari dia mengahancurkan patung-patung itu, lalu meletakkan sebuah kapak besar di sebuah patung terbesar yang tersisa. Ketika orang-orang menanyakan perihal siapa yang menghancurkan, Ibrahim pun menunjuk patung besar itu. Orang-orang pun tahu bahwa patung tidak bisa berbuat apa-apa, namun mereka tetap saja bodoh dan menghukum Ibrahim dengan membakarnya.

Dalam cerita selanjutnya, ketika malam hari Ibrahim melihat bintang dan mengatakan, ‘ini adalah Tuhanku.’ ‘Bukan, ini bukan Tuhanku.’ Lalu Ibrahim melihat bulan dan berkata, ‘Ini Tuhanku.’ Ketika bulan menghilang dia berkata, ‘Ini juga bukan Tuhanku.’ Dan matahari pun terbit dia berkata, ‘Ini Tuhanku, dia lebih besar.’ Namun ketika malam tiba, lagi-lagi matahari juga menghilang dan berkata. ‘Tidak! İni bukan Tuhanku.’

Akhirnya, Ibrahim tahu Tuhannya adalah sebuah zat yang Esa. Tuhan yang Maha Hidup, yang tidak akan mati. Kekal, yang tidak menghilang. Kuasa, yang tidak terkalahkan oleh apapun. Tuhannya bintang-bintang, Tuhannya bulan, matahari dan seluruh alam semesta.

Ada banyak cerita yang mengisahkan perjalanan manusia ketika mencari Tuhan. Dan hasil dari perjalanan mencari Tuhan mereka adalah Tuhan yang Satu. Belum lagi ketika setelah dikirimnya utusan-utusan Tuhan, yang terakhir adalah Muhammad. Bertambah lagi kemantapan hati manusia bahwa Tuhan yang Satu memang benar ada. Namun sayang, tidak sedikit dari manusia yang berpaling dari kebenaran-kebenaran itu. Lalu memegang kokoh pendiriannya bahwa dunia ini tidak akan berakhir, tidak ada akhirat, tidak ada Tuhan, dan pikiran-pikiran lain yang melawan kebenaran yang sebenarnya.  

Suatu ketika seorang tokoh islam Abu Hanifah ditanya oleh seorang yang tidak mempercayai Tuhan tentang keberadaan Tuhan. Mendengar pertanyaan itu Abu Hanifah pergi dari orang ateis itu. Orang itu tersenyum karena berhasil membuat Abu Hanifah bingung dan membuatnya terdiam dan tidak kembali. Dua hari setelahnya Abu Hanifah kembali ke tempat orang ateis itu. Orang itu pun bertanya, “Kemana saja kamu? Apa kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku?”

Abu Hanifah pun menjawab, “Dalam perjalanan kesini aku melewati satu-satunya jembatan yang menghubungkan jalanku. Waktu aku pergi jembatan masih kuat, tapi waktu aku kembali hendak kesini jembatan itu hancur. Lalu aku menunggu jembatan itu hingga kembali pulih dengan sendirinya. Dan ketika jembatan dengan sendirinya terbentuk aku pun bisa menyeberangi jembatan itu.” Orang ateis itu bingung dan menyatakan, “Aneh, itu tidak mungkin!”

Iya, penggalan cerita ini adalah bukti bahwa dunia ini tidak begitu saja terbentuk dengan sendirinya. Ada Tuhan yang Satu yang telah menciptakan semua ini. Mereka orang-orang yang belum menemukan dan masih dalam perjalanan mencari Tuhan pasti akan menuju pada yang Satu. Dan mereka yang tidak pernah menemukan, lalu mereka mengada-ngada, membuat gambaran dunia sekehendak mereka. Mereka membuah pahlawan-pahlawan hayalan, Superman, Batman, Power Ranger dan lain sebagainya. Lalu mereka mengatakan pahlawan itu adalah Tuhan.

Mereka adalah orang-orang yang tidak tahu atau mungkin sudah tahu tapi salah tahu. Lalu kita yang sudah tahu, mari memberitahu. Sepanjang perjalanan sejarah dari turunnya wahyu Muhammad dan agama islam hingga sekarang, andai para sahabat, para ulama itu tidak memberitahu kita, apakah mungkin kita sekarang tahu? Maka dari itu, mari kita ikuti sunnah mereka ini ‘memberitahu adanya Allah Tuhan yang Esa, nama Muhammad yang selalu harum’ kepada generasi-generasi dimanapun dan sampai kapanpun.

“Subhanaka la ilma lana illa ma a’llamtana, innaka antal ‘alimul hakim.”
Maha suci Engkau. Tidaklah kami memiliki pengetahuan kecuali yang Engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui dan Maha Bijaksana. (Al-Baqarah: 32)

(NB; Mohon maaf jika ada yang salah, mohon kritik dan saran.)
Kahramanmaras Turki, 16 November 2013 

Komentar

Postingan Populer