Tanggung Jawab, Harus Ada
Setiap
manusia lahir ke dunia tidak hanya untuk hidup lalu mati. Sang Pencipta di atas
sengaja mengirim manusia ke dunia dengan tujuan-tujuan yang Dia inginkan. Sang
Pencipta menginginkan kita sebagai manusia untuk mengenal-Nya dan selalu
mengingat-Nya. Mengenal dan mengingat itu biasa disebut dengan tafakkur. Tidak cukup dengan itu, kita
juga ditugaskan untuk menjadi pemimpin
di muka bumi, menjaga dan merawat bumi. Lalu di setiap hari kita dianjurkan
untuk mengerjakan hal-hal yang baik dan meninggalkan perbuatan buruk menurut
Tuhan kita. Kegiatan itu biasa disebut dengan ibadah. Lebih jelasnya, ibadah adalah mengerjakan segala apa yang
Tuhan kita sukai dan meninggalkan yang sebaliknya. Kita tahu semua itu dari
agama dan agama yang menjelaskan semua itu adalah Islam. Teladan
kita Muhammad (saw) juga sudah mengajarkan dan mencontohkan.
Tanggung
jawab ada di setiap pundak anak Adam. Mau tidak mau, tanggung jawab itu ada. Manusia
pun dikaruniai kekuatan untuk mengemban tanggung jawab. Tanggung jawab yang
dianugrahkan Tuhan selalu sesuai dengan kemampuan hambanya.
Kadang
kita berfikir, “Ah aku tidak bisa
menghadapi ini” atau “Saya merasa
belum pantas saja” dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan keputusasaan ini memang
ada dan wajar, tetapi kita sebagai manusia yang bertanggung jawab pasti merasa ‘saya tidak pantas mengucapkan kata-kata
ini.’ Banyak motivator yang meneriakkan kita harus selalu maju, berpikir ke
depan, optimis dan tidak mudah putus ada. Benar, memang manusia harusnya
seperti itu. Namun tidak sedikit yang tidak percaya, mereka adalah manusia yang
tidak ingin menjadi mulia.
İngat!
Kita tidak boleh lupa bahwa Allah memberikan kita tanggung jawab yang memang
sesuai dengan kadar kita. Siapa sih yang tahu kadar diri seseorang? Bahkan kita
sendiri kadang tidak tahu kadar diri kita pribadi. Namun Allah tahu melebihi
kita sendiri, Dialah yang menciptakan kita dan Dia tahu segalanya tentang kita,
luar maupun dalam. Lalu, buat apa berputus asa? Artinya, kita bisa mengemban
tanggung jawab itu.
Saya
mencoba mengambil contoh, ketika di sekolah misalnya. Guru kita kadang
memberikan tanggung jawab kepada kita, tapi kita kadang menolak dengan alasan
tidak mampu. Tanggung jawab adalah sesuatu yang besar. Alangkah tidak mungkin
guru kita memberikan tanggung jawab kepada orang yang tidak dia percaya atau
memberikannya dengan asal tunjuk. Memberi pun ada pertimbangannya, tidak asal
memberi. Guru kita percaya kita bisa mengemban tanggung jawab itu dan
kepercayaan itu harus kita jaga dengan sebaik-baiknya.
Dalam
mengemban kita tidak diperkenankan untuk terlalu percaya diri. Artinya, kita
juga harus menjaga hati agar selalu bisa rendah diri (tidak sombong). Pada dasarnya
kita adalah manusia yang lemah, selalu membutuhkan pertolongan dari orang lain.
Terlalu percaya diri pun tidak baik untuk kesehatan dalam mengemban tanggung
jawab. Apapun itu tanggung jawab adalah sesuatu yang pasti ada dalam diri
seseorang. Bahkan seseorang yang tidak memiliki kerjaan sekalipun juga masih
mempunyai tanggung jawab. Dia masih mempunyai tanggung jawab untu meneruskan
kehidupan, menjaga kesehatan, dan mencari penghasilan.
Tanggung
jawab adalah motifasi yang selalu harus kita ingat. Ketika kita sadar akan
tanggung jawab kita, apapun yang kita kerjakan akan menjadi hal yang
semaksimal-maksimalnya. Sebaliknya, tanggung jawab juga bisa menjadi bibit
kehancuran. Ketika mengingatnya, hanya teringat akan keputusasaan, pesimisme,
tidak percaya diri, dan seterusnya. Berterima
kasihlah kepada mereka yang memberikanmu tanggung jawab, karena kamu masih
memiliki kepercayaan. Ucapkanlah Alhamdulillah!
Berterima kasihlah, karena kamu masih mempunyai banyak kesempatan untuk
mencoba, lagi dan lagi!
Kahramanmaras
Turki, 25 Nov 2013
Komentar
Posting Komentar