Surat Cinta Terakhir
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, salam dan sayang...
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, waktu begitu cepat berlalu. Ketika melihat diri kita
masing-masing, kumendapatkan diri ini sudah terlihat begitu tua dan berubah.
Kita semakin dewasa, semakin berpikir ke depan. Masa depan kita masing-masing,
masa depan kita jika bersama nanti
ataupun ketika kita tidak bersama nanti.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, sudah sekian tahun aku mengenalmu. Hampir tak ada sedikitpun yang
tak kutahu darimu. Aku pernah bersamamu, pernah bercerita semua tentang diriku,
baik yang ada, bahkan buruk yang ada dalam diriku pun sudah kau tahu. Begitu
pula aku tahu semua tentang dirimu.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, jalan yang kita jalani dulu ternyata salah. Kita begitu
tergesa-gesa dan terlupa. Kita telah masuk dalam dosa besar yang entah aku tak
tahu seberapa besar. Kita sudah menjalani apa yang mereka katakan dengan
‘pacaran’ meski kita tak pernah menyebutkan kata itu. Kita selalu bersama
layaknya kekasih sesungguhnya. Berbagi suka maupun duka, bersama dalam
segalanya.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, benar kata orang-orang terdahulu, istilah pacaran atau istilah
ketika seorang lelaki yang berhubungan cinta dengan seorang perempuan diluar
nikah tidak ada baiknya, bahkan agama pun melarangnya. Hal-hal yang mendekati
zina, hampir semua sudah terlaksana, antara kita. Aku sedih ketika mengingat
semuanya. Semoga Allah mengampuni apa yang telah lama. Hanya jalan nikahlah
yang terlihat baik di mata semuanya, terutama di mata-Nya.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, maafkan aku yang telah menjerumuskanmu dalam semua hal itu. Andai
waktu itu aku tidak mengawali, pasti semua ini tidak akan terjadi. Andai waktu
itu aku percaya dengan apa yang dikatakan orang-orang terdahulu, aku tidak akan
semenyesal gini. Andai waktu itu imanku kuat dan tak tergoyahkan, aku tidak akan
terjerumus dalam kubangan dosa ini.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, semua memiliki masa lalu dan semua mempunyai masa depan. Masa
lalu yang silam pun ada yang kelam, ada juga yang terang. Masa depan, kitalah
yang akan menentukannya.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, perkara cinta tidaklah mudah. Entah bagaimana kupernah memulai
mencintaimu, entah bagaimana kuakan berhenti mencintaimu. Namun jalan yang
telah kita jalani salah, kuingin memperbaiki semua itu. Kuingin mencintaimu
dengan balutan kasih sayang Rabbi dalam lingkungan yang halal.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, sudah beberapa tahun waktu berlalu, sejak kita memutuskan untuk
berhenti berdosa dan memulai segalanya dengan menata hati yang telah ternodai.
Aku sekarang datang dengan surat cinta ini, berharap kau masih sehati dengan
seseorang yang penuh dosa ini.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, ada masa depan yang baik untuk orang-orang baik, tidakkah kita
orang-orang yang berusaha menjadi baik. Kuingin melupakan masa lalu, dan
mengingat masa depan. Masa depan yang terang dengan cahaya kasih sayang dari
Tuhan.
Wahai engkau yang pernah ada
dalam hatiku, terimalah cinta yang dulu pernah ternoda dan sekarang insyaAllah
sudah tertata. Ucapkanlah ‘iya’ jika kau bersedia menjalin cinta di dalam Ridha-Nya.
Ucapkanlah ‘tidak’ jika memang jodoh sudah tidak berpihak kepadaku lagi. Aku
akan menerima dengan lapang hati, karena Tuhanku sudah mengatur segalanya
sebelum aku mengirimkan surat ini.
Buah Cinta Uskudar, 30 November
(Catatan Masa Depan)
Komentar
Posting Komentar