Baik dan Buruk


Dalam sehari kita memiliki 24 jam yang tiada pernah berhenti berputar. Selama itu pula kita mengirup udara Allah Ta’ala dengan gratis atau cuma-cuma, tanpa ada satu syarat apa pun kita bisa menghirupnya sesuka hati.

Udara apakah yang setiap hari kita hirup? Mereka menamakannya oksigen. Sebuah udara bersih yang harus kita masukkan untuk memompa kehidupan kita. Kita tidak akan bisa hidup tanpanya. Mungkin kendaraan bisa hidup tanpa bensin, karena masih ada solar, pertamax, dll. Sedangkan oksigen tidak ada yang bisa menggantikan posisinya yang kadang kita lupa untuk mensyukurinya.

Allah Ta’ala menciptakan baik dan buruk, memerintahkan kepada kita untuk menggunakan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Allah Ta’ala juga menciptakan udara bersih dan tidak bersih. Bersih untuk kita hirup bernama oksigen, kotor bernama karbondioksit dkk untuk merusak kehidupan kita. Allah Ta’ala memberikan dua jalan untuk kita pilih. Kita pun mendapat tugas untuk memilih mana yang terbaik dan mana yang terburuk. Ketika kita salah memilih jalan, maka kesalahan itu jelas merusak diri kita sendiri.

Dua jalan itu terbentang panjang di depan kita. Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk untuk memudahkan kita agar bisa memilih. Dua buah peta kehidupan, Al-qur’an dan Hadist telah diwariskan kepada seluruh alam. Barang siapa berpegang teguh kepada keduanya, maka dia akan terus bisa berjalan pada jalan yang benar.

Baik menurut kita sebagai manusia hanyalah relative. Kadang kita menganggap sesuatu ini baik, ternyata teman yang berada di samping kita sendiri tidak menganggap itu sesuatu yang baik. Jangan terlalu berpegang dengan prinsip diri. Prinsip sendiri sangat mungkin salah. Berbeda jika baik itu menurut Allah Ta’ala. Baik menurut-Nya adalah mutlak. Jadi jangan pernah meragukan Al-qur’am kalamullah dan teladan kita Rasulullah SAW.

Ada sesuatu dalam tubuh kita yang selalu membisikkan kita agar memilih jalan baik-Nya. “Dengarkanlah kata hati, karena hatimu tidak pernah berbohong.” Hati manusia bisa merasakan dan menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Itu merupakan fitrah yang Allah Ta’ala berikan kepada kita agar selalu bisa menggunakan dengan sebaik-baiknya. Tentunya tidak semua hati membawa kepada kebaikan, kadang malah sebaliknya. Kenapa?

Hati itu pada dasarnya baik. Menjadi buruk karena sebab. Sama seperti sebuah benda berharga milik kita misalnya. Andai benda yang kita punya itu tidak pernah kita bersihkan dan hanya kita biarkan. Semakin hari kita akan semakin tahu seberapa tebal debu yang mengotori, seberapa karat yang mengitari, dst. Kita mempunyai hati yang mana baik buruknya tergantung kita sendiri. Semakin kita bisa merawatnya dengan baik, semakin baik pula hati kita. Masih ingatkan cerita Luqman dan anaknya ketika memilih bagian yang terbaik dan terburuk dari sebuah hewan. Hatilah yang diambil. Hatilah yang menentukan seseorang itu baik dan seseorang itu buruk.

Untuk menjadi baik tidak hanya baik di hati saja. Artinya mungkin kita bisa berniat baik di dalam hati, tetapi apakah kita bisa mengungkapkannya ke dalam sikap dan cara yang baik?
Mari kita belajar mengungkapkan niat baik dari dalam hati kita dengan cara dan sikap yang baik pula. Allah Ta’ala telah memberikan kita teladan dan contoh yang kita haruskan pada diri kita sendiri untuk mengikutinya. Karena teladan itu sempurna dan semua kebaikan ada pada kehidupannya, Rasulullah SAW.

Semoga kita termasuk dari mereka yang baik dalam hatinya, baik dalam caranya, dan baik dalam sikapnya. Amin.

Kahramanmaraş Turkey, 30 september 2012

Komentar

Postingan Populer