Ilmu, Untuk Hari ini
Bismillah di setiap permulaan kebaikan. Hari ini, berjuta
permasalahan datang kepada kita, khususnya kita umat Nabi Muhammad s.a.w.
Sedangkan jarak antara awal berdiri islam dan kita tidak dekat lagi. Beratus
periode datang dengan silih berganti, begitu pun ulama pembawa ilmu kebenaran
yang Allah turunkan melalui Rasul Al-Habib kepada kita—umat akhir zaman.
Ilmu hari ini begitu rentan, tak kokoh lagi karena wahyu sudah
terputus. Di setiap kepala ada pendapat dan setiap pendapat mungkin sependapat
atau kadang tidak sejalan. Ulama pun berbeda-beda, ada yang menyalurkan ilmunya
secara halus dan rendah hati, ada pula sebaliknya. Apa yang harus kukerjakan
saat ini? Harusnya semua dari kita bertanya-tanya pada diri sendiri. Apakah
ilmu yang sedang kuketahui saat ini benar? Atau mungkin salah. Jika benar,
anak-anakku atau anak didikku tak perlu lagi aku takut dan khawatir akan masa
depan mereka, namun jika salah, berapakah dosa yang akan kubawa?
Sahabat muslim kita di negri sana diperangi dan dihujani dengan
peluru pembunuh. Mereka pun berusaha melawan dan mempertahankan iman juga
kesabaran. Itu jihad mereka, kita pun terpanggil untuk membantu dan sebagainya.
Namun, ada yang perlu kita ketahui, musuh kita tidak hanya melemparkan peluru pembunuh
kepada kita, tetapi mereka juga melemparkan peluru tak terlihat, yaitu melewati
ilmu. Yang mereka bunuh bukan jiwa kita, tetapi jiwa iman kita. Mereka membunuh
rasa ingin tahu kita dan kita mereka sibukkan dengan hal-hal tidak penting,
jauh akan keilmuan. Ulama tak lagi didatangi, yang ada ulama yang mendatangi.
Di samping itu, kesempatan ini mereka gunakan untuk memberikan
ilmu-ilmu yang salah. Mereka tahu kita sedang bodoh, maka mereka datang untuk
memintari. Ilmu yang mereka buat terlihat indah, melupakan ilmu yang seharusnya
kita tahu atau membuat kita menyalahkan ilmu yang sebenarnya lalu membenarkan
ilmu yang mereka bawa.
Sahabatku yang kucinta, aku ingin bertanya kepadamu, “Apakah kau
rela dengan semua itu?” Jika tidak, kenapa kau masih duduk- duduk saja, tanpa
ada usaha membela.
Sahabatku yang kucinta, aku tahu kadang kita berfikir bahwa keadaan
kita tidak memungkinkan, kita berfikir aku tidak ahli dalam mencari ilmu,
biarlah mereka saja. Kalau begitu kita seakan seperti celah dalam shaf sholat
yang akan dimasuki setan, dia datang untuk memporak-porandakan barisan kita.
Ilmu itu sangat perlu, bahkan wajib karena kitalah yang akan
menelurkan generasi muslim masa depan. Jika kita tak tau bagaimana sholat yang
benar, bagaimana kita bisa menyalahkan anak kita yang waktu itu sedang salah.
Sahabatku yang kucinta, jangan berfikiran bahwa kita hidup ini tak
perlu terlalu untuk serius. Sahabatku, hidup ini memang terlihat seperti
lapangan permainan tetapi sebenarnya dunia ini adalah ladang ujian. Kita tahu
ujian yang dijalani dengan main-main tidak akan pernah meluluskan. Berhentilah
tertawa ketika melihat seseorang yang menjelaskan kepadamu suatu ilmu dengan
seriusnya. Seharusnya kita menangis, karena yang tidak kita tahu lebih banyak
dari pada yang kita tahu. Seorang yang miskin, sebenar-benarnya miskin.
Sahabatku, tidak usah melihat waktu dengan mengatakan aku sudah tua
dan lain sebagainya. Karena ilmu itu tanpa batas, seluas alam semesta dan ilmu
itu sepanjang waktu, sampai ujung dari waktu. Tidak ada kata terlambat
sahabatku.
Suatu hari, karena ketidak-tahuan kita seorang datang menjelaskan
ilmu padahal ilmu itu tidak seperti yang ia katakan, lalu karena kita tidak
tahu secara langsung kita mengiyakan dan menganggapnya suatu ilmu. Hati-hati
sahabatku!
Sahabatku yang kucinta, ulama
muslim kita banyak dan kita belum sempat bertemu mereka secara langsung untuk
memperdalam ilmu. Namun, mereka meninggalkan buku-buku. Sempatkanlah untuk
membaca. Jika engkau tidak bisa membaca, datanglah kepada sahabatmu yang lain,
biarkan ia yang membacakan. Tidak perlu kita malu, tidak semua orang itu tahu
segalanya. Jangan pernah kita merasa kita sudah tahu segalanya, karena itu
tidak mungkin. Berjalanlah seperti pohon yang semakin banyak buahnya semakin
melengkung. Tidak ada pohon yang berdiri tegak lurus ke atas dan dia berbuah
lebat, yang ada pohon itu tanpa buah. Hanya tegapnya yang terlihat, bukan
buahnya, itulah orang yang memiliki sifat kibr.
Sahabatku, akhirnya, yang perlu kita lakukan saat ini adalah
berjalan dengan hati-hati. Karena jalan yang sedang lewati sedang rapuh. Sekali
kita terperosok pada jalan yang salah, api dari bawah jalan kita menyambar
dengan sadisnya. Namun kita harus tetap berjalan maju melewati semua ini. Beruntunglah
kita, jika berjalan tidak dengan sendiri. Ketika kita tidak sengaja lalai dan
terperosok, sahabat lain yang berjalan di antara kita membantu untuk bangun
kembali, menyelamatkan kita dari api neraka itu, itulah hikmah berjamaah. Jamaah
dua puluh tingkat lebih baik dan tinggi daripada sendiri. Hati-hati sahabatku!
“Tuntutlah ilmu, tuntutlah ilmu…
Kahramanmaraş Turkey, 20
november 2012
Komentar
Posting Komentar