Telingaku Gatel II
Dari sebuah kejadian kemarin,
ternyata ada banyak sekali hikmah yang bisa kita jadikan pelajaran. Itu
terbukti ketika teman-teman memberikan pendapat mereka masing-masing. Berbeda
pemikiran itu biasa, sebab ada kemungkinan memang sudah pernah mengalami
kejadian yang sama atau juga karena masing-masing memiliki sudut pandang yang
berbeda-beda.
Penulis mengatakan bahwa telinganya
merasa gatal ketika mendengarkan pembicaraan seseorang yang bergaya bicara kasar, ceplas ceplos, ditambah ketawa yang tidak karuan,
banyaknya keluhan, juga yang menjelek-jelekan banyak hal. Tidak semua orang
merasakan seperti yang telah kurasakan. Mungkin sebagian orang merasanya nyaman
ketika berkumpul dengan orang-orang yang berkebiasaan tidak baik itu. Mungkin
juga ada yang merasakan sama persis dengan yang aku rasakan waktu itu.
Tentang pembicaraan yang menggunakan
kata-kata yang kasar, ceplas ceplos, ketawa yang tidak karuan, berkeluh kesah,
dan menjelek-jelekan banyak hal ini termasuk dalam tergelincirnya lidah. Karena
ketidak hati-hatian kita dalam menjaga lidah. Oleh karena itu kita harus berusaha
hati-hati dalam setiap kata yang keluar dari lisan juga berhati-hati dari tiap
apa saja yg kita lakukan.. Kalimat ini diungkapkan seorang teman di salah satu komentar
pada catatan sebelumnya.
Dari cerita sebelumnya, kita bisa
memahami bahwa anggota badan pun bisa merasakan dampak negatif dari pendengaran
perkataan yang bersifat negatif. Terutama hati kecil kita yang bersih melalui
pendengaran telinga. Ada sebuah perumpamaan, suatu ketika jika kita
mendengarkan teman bicara kita mengatakan hal-hal yang indah, dia mulai
memuji-muji Allah setelah melihat ciptaan-Nya, dan mengajak kita bersyukur
dengan ucapan subhanallah wal hamdulillahnya. Apa yang kita rasakan?
Kedamaian bukan? Itulah buah dari
perkataan positif, hati kecil kita pun menerima dengan tulus. Namun, ketika ada
seseorang yang merasa ingin protes dengan perkataan-perkataan positif atau yang
baik, maka ada tanda tanya besar. Bisa jadi seorang yang seperti itu sudah
terbiasa mendengar perkataan tidak baik atau bahkan sering mengucapkannya.
Sekarang, jika kita menjadi seorang
pendengar pembicaraan yang seperti itu, bagaimanakah cara kita mensikapinya? Seorang teman mengatakan bahwa
cara berbahasa seseorang dan apa yang dia bahas menentukan kualitas dirinya.
Seorang lagi dengan menggunakan bahasa arab mengatakan:
إذا جالست الجهال
فانصت لهم و إذا جالست العلماء فانصت لهم فإنّ في إنصاتك
للجهال زيادة في الحلم و في إنصاتك للعلماء زيادة في العلم
Menurutku tidak semua yang berkata
tidak baik itu bodoh, karena ada kemungkinan orang seperti itu sedah khilaf
karena tergelincir saja. Ada juga yang mengatakan ketika kita mendengarkan
perkataan yang tidak baik cara mensikapinya yaitu dengan tersenyum saja. Anggap
dia, ini adalah sekedar cobaan yang harus disikapi dengan baik, tanpa
tergesa-gesa. Berhenti sejenak untuk berfikir sambil memperindah wajah dengan
senyuman.
Pelajaran bukan dari sekedar yang
baik-baik saja untuk diikuti, tapi juga dari yang kurang atau tidak baik untuk
ditinggalkan dan tidak ditiru. Seandainya ada kemungkinan kita bisa menasehati
pada waktu itu, silahkan bernasehat dengan baik tanpa menyakiti perasaan. Ini
semua adalah kumpulan pendapat teman-teman yang bermacam-macam. Kemudian
kujadikan satu dalam sebuah catatan. Terima kasih buat teman-teman yang telah
berkomentar indah. Semoga bermanfaat.
“Jangan pernah
mengabaikan suatu kejadian kecil. Karena bisa jadi, di dalamnya ada hikmah yang
indah.”
“Biasakanlah
dengan yang baik-baik…
Kahramanmaraş Turkey, 07 mei 2012
Komentar
Posting Komentar