Jejak Kepemimpinan Politik Umar (Resensi)
Judul : Best Stories of
Umar bin Khathab
Penulis : Maulana
Shibli Nu’mani
Perjemah : Abdul Aziz, Andi Setiawan, dan M.Taqwim
Penerbit : Kaysa Media,
Depok
Cetakan : I, 2015
Tebal : viii+488
halaman
ISBN :
978-979-1479-85-1
Lembaran sejarah Islam
mencatat, di suatu masa setelah Rasulullah wafat, ada seorang pemimpin politik
besar yang berhasil secara gemilang membangun sebuah pemerintahan yang teratur,
modern dan maju. Dialah Umar bin Khathab, salah satu sahabat dekat Rasulullah
yang dijuluki “Al-Faruq” (Sang Pembeda). Sebelum masuk Islam, ia sangat
berhasrat membunuh Rasulullah. Tetapi, setelah masuk Islam, ia menjadi pembela
Rasulullah yang terutama dan terdepan.
Bersama Rasulullah, ia
melewati jalan yang berliku, berat dan penuh bahaya. Ancaman datang dari
pelbagai penjuru. Peperangan demi peperangan yang dahsyat diikutinya dengan
gagah berani dan pantang menyerah. Sebelum masuk Islam, ia telah dikenal
sebagai salah satu tokoh dan “jawara” Quraisy. Setiap orang yang mendengar
namanya selalu merinding dan gentar. Setelah masuk Islam, ia tetap menjadi
sosok yang “menakutkan” bagi lawan-lawannya.
Puncak dari kariernya
adalah menjadi pemimpin umat Islam (khalifah). Berbeda dengan pemimpin Islam
sebelumnya, Abu Bakar, yang menyandang gelar khalifah, Umar lebih suka disebut
dengan gelar “Amirul Mukminin” (pemimpin atau pengurus kaum beriman). Meski
gelar khalifah juga tetap disebutkan secara bergantian. Khalifah secara bahasa
artinya penerus, dalam hal ini adalah penerus Rasulullah sebagai pemimpin umat
Islam. Tugasnya sama: menjamin keberlanjutan dan kemajuan Islam, melewati
batas-batas teritorial Jazirah Arab.
Buku karya Maulana
Shibli Nu’mani, cendekiawan dan sejarawan India ini coba menelusuri jejak jalan
Umar dari kecil hingga wafat serta segala kontribusi, peran dan prestasinya
terutama dalam memimpin pemerintahan. Sebuah kerja politik yang cukup berat.
Tetapi, dengan keteguhan, kecerdasan, tekad yang kuat, serta ketegasan,
komitmen, keberanian yang diiringi dengan kesederhanaan dalam gaya hidup,
kepedulian terhadap kemanusiaan, semua masalah yang menghadang bisa dihadapi
dan diselesaikan. Bahkan, kreasi-kreasi baru dalam kepemimpinannya bermunculan.
Seperti disebutkan di
buku ini, pada masa kepemimpinan Umar inilah tonggak pemerintahan Islam secara
lebih tertib, tertata, modern dan maju dipancangkan kuat-kuat. Lembaga-lembaga
sosial dan keagamaan serta elemen-elemen pemerintahan didirikan untuk menampung
dan melayani berbagai keluhan masyarakat. Hierarki pemerintahan dibentuk
sedemikian rupa hingga memudahkan masyarakat berinteraksi dan berdialog
langsung dengan Umar bahkan bisa mengkritik pedas kebijakan yang dirasakan
merugikan masyarakat. Dan untuk semua kritik yang dialamatkan kepadanya, Umar
selalu lapang dada menerima.
Penataan pemerintahan
misalnya dilakukan Umar dengan melakukan pengangkatan pegawai, seperti
Gubernur, Sekretaris Negara, Dewan Penulis Lembaran Negara, penanggung jawab
pajak, Kepala Kepolisian, penanggung jawab Baitul Mal, dan hakim pengadilan.
Mereka ini diangkat oleh pemerintah pusat di Madinah. Dalam pemilihan pegawai
ini, Umar mengedepankan aspek meritokrasi, artinya jabatan dilandasi dengan
integritas dan kapabilitas seseorang. Ia punya pengalaman dalam menyadari dan
memilih orang-orang berbakat.
Sebagai contoh, ketika
itu ada empat orang yang dikenal sebagai “Orang Arab yang Genius”, yaitu
Mu’awiyah, Mughirah bin Syu’bah, Amr bin Ash, dan Ziyad bin Samiyah. Umar
mengangkat mereka ke dalam jabatan tertinggi, kecuali Ziyad yang saat itu masih
belia (berusia 16 tahun). Namun, karena kemampuannya yang luar biasa, Abu Musa,
Gubernur Bashrah, berminat membawanya, dan Umar menyetujuinya (hlm. 248).
Umar menjadi salah satu
teladan kepemimpinan ideal dalam sejarah Islam, bukan hanya dari aspek
capaian-capaian itu, melainkan juga dari aspek karakter kepemimpinannya yang
berhasil menggerakkan roda zaman hingga berputar maju dan terus dikenang dalam
imajinasi umat Islam saat ini, khususnya dalam konteks Indonesia, yang
merindukan sosok pemimpin kuat, tegas, berani, komitmen, sederhana, inspiratif
dan negarawan. Menarik disimak.
Dimuat di Majalah GATRA
edisi 5 Agustus 2015
Sumber : (http://fajar-kurnianto.blogspot.com.tr/2015/06/tata-pemerintahan-khalifah-umar.html)
Komentar
Posting Komentar