Majelis Ilmu Impian (1)



04.00 a.m.

Kesunyian malam sedang menyelimuti tubuh mereka dari dingin malam. Selain selimut tebal sang pembawa kehangatan yang menemani di atas ranjang, malam sendirilah sang setia yang sunyi melengkapi nyamannya malam hari. Mungkin karenanya ayat ini berbunyi, “Kami menjadikan malam untuk menutupi kalian dengan kegelapannya,” atau dalam terjemahan yang lain, “dan Kami jadikan malam sebagai pakaian.Di dalam keheningan dan kenyamanan itu seseorang datang ke salah satu ruang tidur mereka.


“Waktu shalat tahajjud teman-teman,” ucapnya dengan Bahasa halus membangunkan empat orang yang sedang larut dalam kenikmatan malam.

Tanpa marah karena gangguan itu, karena itu memang bukan gangguan, tapi seseorang yang datang bagai malaikat tiba tuk mengingatkan bahwa waktu itu adalah emas paling berharga dari 24 emas lain di sepanjang hari itu, mereka bangun perlahan, mengusap-usap mata, meregangkan badan, dan berdiri. Ketika telah tiba di luar kamar, suara gemericik air dari tempat perwudhuan telah ramai bernyanyi seperti melodi seni suara atau bunyi, ternyata tidak hanya mereka berempat saja, tapi semua orang di asrama majelis ilmu itu telah bangun memenuhi panggilan hati nurani kepada Ilahi.

05.15 a.m.

Waktu shalat fajar telah masuk sebagaimana mestinya. Ruangan paling atas dari asrama mereka telah penuh dengan para hamba yang khusyuk berdoa di hadapan Sang Kuasa, duduk tertunduk, dengan tangan menengadah, kedua mata berlinangan air, sesekali terdengar segukan isi hati yang ikhlas. Salah seseorang dari mereka berdiri untuk menjadi Bilal al-Habasyi dengan suara yang menyayat hati, membelahnya, dan mengisinya dengan iman, iman, dan iman di setiap nadanya.

“Marilah mendirikan shalat, marilah menuju kemenangan!”
“Shalat itu lebih baik daripada tidur, lebih baik daripada tidur!”

Shalat jamaah di pagi itu panjang dengan lantunan nada Syeikh Sudaisi, menghadap ke arah Ka’bah yang sama, seberapapun banyak lembaran yang dibaca, bukan semakin terasa lama, tapi dalam hati seakan terus ingin berkata, teruskan bacaanmu hai imam, teruskan. Sungguh indah berlama-lama dengan Ilahi, bukan sendiri sendiri, namun bersama-sama dalam satu hati.

06.00 a.m.

Setelah menyelesaikan ibadah sunnah seusai shalatul jamaah, beberapa menetap, beberapa kembali ke tempat, beberapa lanjut melantunkan kalam Ilahi, baik dalam hati atau jahri, beberapa menyiapkan pelajaran yang akan dibaca di ruangan majelis ilmu nanti, dan beberapa hanya mempersiapkan diri untuk kesiapan yang lebih fresh untuk menjalani semua pelajaran di sepanjang hari.

07.30 a.m.

Semua telah siap. Kendaraan penjemput telah tiba di arena penjemputan seperti biasa. Beberapa dari mereka bergegas menghampiri, bahkan ada yang sambil lari. Mungkin kerinduan akan bangunan majelis ilmu yang penuh dengan udara ilmu telah benar menjadi-jadi di dalam kalbu.

Bersambung...

(A4, Istanbul Turki, 30/09/15)

Komentar

Postingan Populer