Sebaik-baik Para Ibu


Kala kita memandang mereka dengan kacamata dunia, mereka adalah orang-orang yang mengemban ujian-ujian berat yang tidak dapat kita emban. Sehingga mereka menjadi wanita-wanita terbaik yang tidak hanya di bumi, tetapi juga di akhirat. Mereka adalah ibunda kita, hamba-hamba pilihan sang Pencipta.
Para ibu yang di kaki mereka ada surga, adalah orang-orang berharga bagi kita. Karena mereka telah membesarkan dan memeluk kita dengan kelembutan kasih sayang, rela mengorbankan apapun demi kita, bahkan jiwa mereka sekalipun. Tapi ada juga orang-orang yang kita cintai, lalu kita menyebut dengan 'ibunda' seperti halnya ibu kita. Mereka, para ibu kita yang diri dan juga anak-anak mereka adalah orang-orang penuh berkah... Rasulullah (saw) bersabda dalam hadits beliau, "Setinggi-tingginya wanita surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, istri Fir'aun Asiyah binti Muzahim." (Ahmad bin Hambal) Mari kita mengingat keistimewaan wanita-wanita terbaik ini, yaitu para ibunda kita yang mendapatkan keberkahan.

Siti Khadijah yang mendapatkan salam dari Allah Ta'alaa dan Jibril (as)
Sebagaimana yang telah kita ketahui, Khadijah binti Khuwailid (ra) adalah istri pertama dan ibu dari enam anak Rasulullah (saw). Dia adalah seorang wanita yang sangat kaya, namun setelah menikah dia menghabiskannya demi dakwah Allah, Ibunda kita sering kali terpaksa bertahan dalam keadaan sulit (materi-maknawi) saat bersama Rasulullah (saw). Dia tidak pernah sama sekali mengucapkan "Uuf!" pada setiap permasalahn itu. Sebaliknya, ketika Rasulullah (saw) mendapatkan penghinaan dan  diskriminasi, dia malah semakin memeluk beliau. Dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah selama 38 tahun 2/3nya berlalu bersama Siti Khadijah, tak terlihat sedikitpun satu langkah penurunan dalam kesetiaan dan kepercayaan antara keduanya.  Siti Khadijah terbilang sebagai wanita pertama dari sebaik-baik wanita surga, dia telah mendapatkan kemuliaan yang kita pun tidak mengetahui ada berapa hamba yang senasib sejak dunia diciptakan.  Kita mengetahui bahwa Allah Ta'ala dan Jibril telah mengirimkan salam kepada ibunda, dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.  Jibril, "Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah. Dia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dariku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari kayu yang di dalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan.” (Bukhari)
Siti Fatimah Srikandi Tasattur
Dia adalah putri tunggal Rasulullah (saw). Ketika menyebut namanya, kita teringat saat dia membersihkan kotoran yang ditumpahkan di tubuh Rasulullah (saw) sambil menangis. Ibunda kita yang suci ini dikenang dengan sebutan 'az-Zahra' yang bermakna putih dan berwajah cerah dan 'al-Batuul' yang bermakna wanita suci dan menjaga harga diri. Silsilah ayahnya akan berlanjut dengannya saja di antara tujuh anak yang lain. Bukan hanya ibunda dari Hasan (ra) dan Husain (ra) saja, tapi juga merupakan ibunda semua kita yang mencintai Ahlu Bait. Ayahnya, Rasulullah (saw) yang telah wafat enam bulan sebelum dirinya, pada tahun Fathul Mekkah beliau memanggil putrinya dan mengatakan sesuatu yang pertama membuatnya menangis lalu tertawa. Mari kita dengarkan langsung apa yang telah diucapkan beliau dari Siti Fatimah: "Sebelumnya, Rasulullah mengatakan bahwa dirinya akan meninggal dunia, aku pun menangis. Dalam pembicaraan yang kedua, beliau memberikan kabar gembira bahwa aku termasuk ahli surga bersama wanita-wanita lain kecuali Maryam putri Imran, aku pun tertawa." (Tirmidzi)
Selain itu, Siti Fatimah sangatlah memperhatikan permasalahan tasattur.  Bahkan dia telah meminta agar jenazahnya dimandikan dalam sebuah tenda dan hanya oleh dua orang saja, dia berwasiat juga agar dikuburkan di malam hari supaya tidak ada yang melihat jenazahnya. Hal itu pun telah dilaksanakan. Dalam sebuah hadits Kutubussittah, Rasulullah (saw) memberitahukan bahwa dirinya akan bersuara seperti ini dari balik tirai Hari Kiamat atas adab Siti Fatimah:  "Wahai masyarakat padang mahsyar, tutuplah mata kalian, Fatimah binti Muhammad akan lewat."
Siti Maryam Simbol Kesucian
Entah pada masa mana dia hidup, mungkin bagi seorang wanita memiliki anak tanpa ayah adalah sebuah ujian yang paling sulit. Siti Maryam tidak berlindung kecuali kepada Allah Ta'ala dalam ujian ini.  Allah Ta'ala telah menjelaskan beberapa kali tentang kesucian, iffah, dan bahwa Siti Maryam adalah teladan bari seluruh manusia dalam Al-Qur'an:  "Dan (ingatlah)  binti Imran sebagai contoh. Dia telah memelihara kehormatan dan kesuciannya. Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami. Dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat." (Surat At-Tahrim, 66/12) Kesucian dan kemuliaan Ibunda kita  yang telah disaksikan sebagai seorang yang suci seperti ini pun telah dijelaskan dalam Al-Qur'an: Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata:  "Hai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilih kamu. Mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (Surat Ali Imran, 03/42) Iya, melahirkan seseorang seperti Nabi Isa (as) tanpa ayah telah menjadikan Ibunda Maryam tiada dua di dunia.
Meskipun kenabian Siti Maryam diperdebatkan, namun dengan kalamullah dia telah ditetapkan sebagai hamba pilihan.  Dalam hadits Rasulullah (saw) pun beliau menunjukkan tanda kemuliaan Siti Maryam, bahkan beliau menjelaskan:  "Allah Ta'ala telah menikahkanku dengan Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim di surga." (Thabarani, Mu'jamul Kabir, 8/258)
Siti Asiyah wanita yang membesarkan nabi di istana Fir'aun
Asiyah binti Muzahim tidak melahirkan seorang nabi, namun dia telah membesarkan Nabi Musa (as) yang akan mengakhiri Fir'aun di istananya.  Para peramal menafsirkan mimpi Fir'aun, bahwa akhir kehidupannya ada di tangan seorang anak Bani Israil. Bahkan Fir'aun yang ketakutan pun membunuh anak-anak yang masih dalam perut ibu. Ibunda nabi menyembunyikan putranya, dan ketika lahir dia meletakkannya di sungai Nil. Siti Asiyah menemukan anak itu, dia yang memberikan nama Musa dan membesarkannya sebagaimana anak sendiri.  Nabi Musa (as) dikenal dengan 'putra Fir'aun'. Putra inilah yang menjadi dasar satu-satunya bagi Siti Asiyah untuk bersabar menjadi istri Fir'aun yang mengumumkan dirinya sebagai Tuhan.
Ibunda Asiyah telah menunjukkan kepihakannya secara jelas sekali, bahwa dia telah meninggalkan Fir'aun dan memilih jalan Nabi Musa (as) hingga akhir.  Dia mengatakan bahwa dia percaya kepada Tuhan-nya Musa. Fir'aun yang tidak menoleransi hal ini, berniat membunuh Siti Asiyah dengan penyiksaan, dia pun berlindung dan menyerahkan diri (ruh) kepada Tuhan-nya.  Dalam firman Allah, kejadian ini dijelaskan: "Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman. Waktu itu wanita ini berdoa: "Ya Rabbi! Bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim!" (Surat At-Tahrim, 66/11)
Diterjemahkan oleh Al-Akh Abdul Aziz, dari makalah Majalah Yeni Bahar berjudul “En hayirli anneler”. (http://yenibahar.zaman.com.tr/diger/en-hayirli-anneler_543749)

Komentar

Postingan Populer