Mari tersenyum bersama Rasulullah (saw)!
Ada banyak
keistimewaan Rasulullah yang tidak kita ketahui. Canda adalah salah satu dari
semua itu. Kadang-kadang beliau pun bercanda dengan keluarga dan para sahabat,
lalu tersenyum dengan mereka bersama-sama. Beliau pun menjawab candaan yang
dilakukan kepada beliau dengan senyuman.
Rasulullah (saw) yang
diutus sebagai Rahmat Semesta Alam,
merupakan teladan semua orang dengan setiap perilaku dan perbuatan beliau.
Beliau (saw) adalah seorang waidz dan
khatib berpengaruh yang menembus
kalbu, seorang hakim adil dalam menyelesaikan kasus-kasus, seorang komandan
pemenang dalam peperangan dengan musuh-musuh, seorang pemimpin ahli dalam
urusan kenegaraan, seorang muallim
berpengaruh dan penuh kasih sayang dalam pengajaran dan pendidikan, dan juga
seorang ayah yang baik di dalam keluarga. Namun dengan begitu bukan berarti sisi-sisi yang dapat menyinari kehidupan dari Rasulullah
menjadi terbatas. Rasulullah (saw) yang merupakan pemandu kehidupan kita dalam
setiap aspek, pun memperhatikan dengan gaya canda yang ada dalam hubungan
manusiawi. Baginda Rasulullah (saw) yang bersikap tulus kepada semua orang,
kadang-kadang bercanda dengan orang-orang yang ada di sekitar beliau; dengan
begitu beliau pun menghembuskan sebuah udara manis dan indah
di lingkungan tempat mereka berada. Keistimewaan beliau yang jarang kita tahu
ini, pun mempunyai hikmah yang dapat menerangi kehidupan kita. Karena perilaku
Rasulullah (saw) tidak ada yang sia-sia.
Beliau (saw)
menggunakan canda sebagai sebuah jalan untuk menambah keikhlasan dan ukhuwah di
antara umat beliau dan juga untuk mencegah rasa dengki dan kemunafikan. Selain
itu, beliau pun menghiasi pembicaraan beliau dengan canda untuk menambah
ketulusan beliau di antara orang-orang dan agar semua orang mencintai satu sama
lain. Kadang beliau pun menjelaskan hakikat-hakikat dengan candaan yang beliau
lakukan. Dengan demikian, penjelasan beliau pun masuk dan menetap di dalam hati
orang-orang. Kadang beliau melembutkan perkataan beliau dengan canda agar
orang-orang mudah mendekati beliau, dengan begini pula beliau berusaha mencegah
kesengganan orang-orang yang ingin bertanya kepada beliau. Namun setiap candaan
beliau pun ada batasnya. Ketika beliau bercanda, tidak pernah sama sekali
menyakiti, merendahkan, mempermalukan, mempersulit, dan membohongi siapapun
karena candaan. Hadits, "Aku hanya berbicara kebenaran (meskipun
bercanda); aku tidak akan mengatakan selain haq," menjelaskan sikap
perilaku beliau (saw) dalam hal ini secara jelas. Inilah beberapa contoh yang berkaitan dengan
candaan Rasulullah (saw) yang hak:
"Wanita tua tidak dapat masuk surga!"
Rasulullah (saw) biasa
bercanda dengan anak-anak, keluarga, dan orangtua. Suatu hari seorang wanita
tua datang kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah! Maukah engkau berdoa
untukku, agar aku masuk surga?" katanya.
Nabi Muhammad (saw)
menjawab, "Wanita tua tidak dapat masuk surga." Namun wanita
itu bersedih dan mulai menangis. Kemudian Rasulullah (saw) memberikan sebuah
senyuman ke wajahnya dan berkata sambil mengingatkan ayat 36 dari Surat
al-Waqiah: "Jangan khawatir, kau akan masuk surga bukan sebagai
orangtua, tapi seorang gadis muda."
"Aku menjual budak ini, adakah yang mau
membeli!"
Diriwayatkan dari Anas
bin Malik (ra): "Ada seseorang bernama Zahir dari masyarakat gurun
(badawi). Rasulullah (saw) sangat menyukai Zahir. Suatu hari ketika menjual
barang-barang yang dibawa dari gurun di pasar, Rasulullah mendekatinya secara
diam-diam. Beliau menutup mata Zahir dengan kedua tangan beliau. Zahir berkata,
"Lepaskanlah wahai orang yang memegangiku." Sementara itu,
ketika dia mengetahui dengan ujung mata bahwa seseorang yang di belakangnya
adalah Rasulullah (saw), lalu dia mulai menyenderkan punggungnya ke dada
Rasulullah. Rasulullah yang senang dengan apa yang dilakukan Zahir, mulai
bersuara dengan keras, "Aku menjual budak ini, adakah yang mau
membeli?" Zahir dalam keadaan sedih
dan membungkuk: "Wahai Rasulullah, Wallahi tidak ada yang mau dengan
budak tak bernilai sepertiku." Kemudian Rasulullah berkata, "Tidak,
wahai Zahir, kau bukanlah seseorang yang tidak berharga di sisi Allah."
"Kau banyak sekali makan zaitun!"
Rasulullah (saw)
sering kali bercanda dengan keluarga beliau. Suatu hari Ali bin Abi Thalib (ra)
pun mendapatkan nasib candaan beliau ini.
Ketika Ali bin Abi Thalib (ra) melakukan sarapan bersama, Rasulullah
(saw) dengan senyuman yang ada di wajah beliau menumpuk biji zaitun yang telah
beliau makan di depan Ali bin Abi Thalib.
Setelah selesai sarapan, beliau bertanya kepada Ali, "Wahai Ali,
banyak sekali kau makan zaitun?" sambil menunjukkan biji-biji zaitun
yang di hadapannya. Ali bin Abi Thalib
(ra) pun dengan sungguh-sungguh, "Iya, wahai Rasulullah! Namun anda pun telah memakannya dengan
biji-bijinya sekalian. Lihatlah tidak ada biji sama sekali di hadapan
anda," jawabnya dengan canda.
Diterjemahkan oleh Al-Akh Abdul Aziz,
dari makalah dalam Majalah Yeni Bahar berjudul “Efendimizle tebessüm
edelim!” (http://yenibahar.zaman.com.tr/diger/efendimizle-tebessum-edelim_543707)
Komentar
Posting Komentar