Orang-orang yang menghembuskan nafas terakhir tanpa iman
Abu Bakar As-Siddiq (ra) yang
ada dalam sabda Rasulullah (saw), "Jika iman Abu Bakar ditimbang dengan
iman seluruh manusia, maka imannya akan lebih berat dari mereka," pun
takut jikalau dirinya meninggal dunia tanpa keimanan. Dia
adalah seseorang
yang paling dekat dengan Rasulullah Rahmat Semesta Alam (saw) dan khalifah yang
telah mengukir keimanan ke hatinya sebelum semua orang, juga merasakan
kekhawatiran akan hal ini. Memang, hawa nafsu, gambaran dunia
syeitan yang berkilau, telah menggelincirkan banyak orang dari jalan kebenaran. Oleh karenanya Ibrahim
Adham rela meninggalkan kerajaan dan pergi ke Tanah Suci. Dia
menolak seluruh keistimewaan yang dia miliki termasuk mahkota dan tahta, selain
karena dia mewakafkan dirinya di jalan Allah, tafakkur tentang bagaimana dia
akan menghadap kepada Allah juga merupakan sebabnya.
Ada banyak orang yang
mendapatkan kemuliaan iman, namun tidak dapat selamat dan jatuh ke dalam dunia
azab yang abadi. Mereka dapat kita hitung seperti Yahuda, salah seorang dari
12 Hawari Nabi Isa (as), Samiri yang keluar dari jalan Nabi Musa (as), dan
Musailamah al-Kazzab yang kafir di samping Rasulullah (saw). Mereka telah
meninggalkan dunia ini dengan murtad dan kehilangan akhirat mereka. Ketika kita
mengingat mereka yang murtad ini, padahal telah menjadi saksi dekat wahyu Allah
Ta'ala, dari situ kita memahami kenapa para ulama maknawi selalu berdoa memohon
ketetapan iman sampai nafas yang terakhir.
Siapakah
tentara yang merugi itu?
Kekafiran seseorang tidak dapat
ditentukan kecuali dengan keputusan ulul
amri (pemimpin) atau qadhi
(hakim). Selain itu, seseorang bisa dibilang murtad dengan pengakuan terdakwa
atau pernyataan dua orang saksi
paling sedikit. Dalam sejarah Islam, orang-orang yang diidentifikasi telah
keluar dari agama ada tiga kelompok:
1. Orang-orang yang berkata, "Seandainya
dia adalah seorang Nabi, tidak mungkin mati" dan kembali menyembah
berhala, setelah Rasulullah (saw) menginggal dunia.
2. Orang-orang yang mengaku
telah mendapat wahyu dan menduakan
Rasulullah setelah keimanan mereka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya
(saw). Dengan kata lain, mereka adalah
orang-orang yang seperti Musailamah al-Kazzab.
3. orang-orang yang menerima
Islam, namun ingkar karena beberapa perintah al-Qur'an. Misalnya, orang-orang
yang tidak ingin membayar zakat karena kecintaan pada harta. Abu Bakar
As-Siddiq (ra) telah melakukan penekanan terhadap pemberontakan dengan
mengirimkan tentara ke sebelas daerah tempat terjadi kemurtadan. Dengan
kejadian ini, terbuktikan bahwa orang yang tidak membayar zakat tidak diterima
sebagai orang Muslim.
Salah
seorang dari dua belas Hawari yang murtad
Yahuda, termasuk dalam dua belas
orang penjaga Nabi Isa (as) terhadap Bani Israil dan pengikuti
ajarannya. Dia merupakan salah satu dari orang-orang murtad
(keluar dari agama). Yahuda menghianati Nabi hanya dengan balasan tiga puluh
dinar perak. Menurut riwayat, ketika sedang makan dengan para Hawari, Yahuda
pun ada di antara mereka. Ternyata dia datang dengan para tentara dan menangkap
Nabi Isa (as). Selain Yahuda yang menjual dakwahnya, dia jugalah yang
menyebabkan Nabi Isa mengalami penderitaan. Hawari yang telah kehilangan iman
ini, kemudian terkenal dengan nama 'Iskariot' karena penghianatannya. Ada dua
pendapat berbeda yang berkaitan dengan kematiannya: Pertama dia mati bunuh diri
karena merasakan azab di dalam hati tanpa henti, kedua dia
mati disalip sebagai ganti Al-Masih (as).
Samiri,
seseorang yang mengeluarkan kaumnya dari agama
Ada banyak pelajaran yang dapat
diambil dari Bani Israil di dalam al-Qur'an, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan kesesatan dan perlawanan mereka terhadap hidayah Ilahi. Salah satu dari mereka adalah Samiri. Dia
telah berjuang bersama degan Nabi Musa (as) terhadap kedhaliman Fir'aun. Ketika
mereka telah melewati Laut Merah dengan selamat, mereka bertemu dengan sebuah
kelompok penyembah berhala. Kaum itu melampaui batas hingga berani berkata kepada Nabi,
"Buatkanlah sebuah Tuhan seperti ini untuk kami dan lalu kami
sembah." Nabi Musa (as) telah menjelaskan Allah Al-Haq kepada mereka,
dan kemudian mereka pun menyesal atas hal yang telah diperbuat. Lalu Nabi Musa
(as) berangkat ke Gunung Tsur, sedangkan tugas tablighnya diserahkan kepada
Nabi Harun (as). Namun Samiri yang merupakan pemahat patung, telah membuat
sebuah lembu dari emas. Dia menyesatkan
Bani Israil dengan mengatakan, "Ini adalah Tuhannya Musa."
Padahal Nabi Harun (as) sudah memperingatkan mereka, namun mereka tetap
melanjutkan kesesatan mereka. Ketika Nabi Musa kembali dan melihat orang-orang
beriman telah keluar dari jalan kebenaran, kata-kata ini terucapkan: "Wahai
kaumku! Tidakkah Tuhan kalian telah memberikan
janji yang indah untuk kalian? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu
bagi kalian atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa
kalian, dan kalian telah melanggar perjanjian dengan aku?" (Surat
Thaha, 86)
Khathal,
seseorang yang murtad dengan pembunuhan
Abdullah bin Khathal
adalah orang beruntung yang telah meninggalkan adat jahiliyyah lama setelah
bertemu dengan Islam. Khathal yang mendapatkan tugas
dari Rasulullah (saw) sebagai petugas zakat dan sadaqah, mengerjakan tugasnya
mengumpulkannya dengan mengajak budaknya. Ketika dia melakukan perjalan untuk
menunaikan tugas ini, Abdullah bin Khathal yang sedang lapar bilang kepada
budaknya untuk menyiapkan makanan, lalu tidur. Ketika dia terbangun dan melihatnya
belum menyiapkan hidangan makanan, dia marah. Dia membunuh budak itu dengan
emosi. Karena dia tahu Rasulullah (saw) tidak akan suka dengan pembunuhan ini,
akhirnya dia membuat sebuah jalan keluar. Dia mengambil uang yang ada di
sampingnya dan pergi ke tempat orang musyrik. Dia mengatakan bahwa dia telah
keluar dari agama Islam kepada mereka. Orang-orang musyrik bertanya, "Apakah
yang menyebabkanmu datang kemari?" Dia pun menjawab: "Aku
tidak menemukan agama yang lebih baik dari agama kalian!" Setelah
Mekkah ditaklukkan, dia diketemukan bersembunyi di sekitar Baitullah.
Rasulullah pun memerintahkan untuk melakukan hukum qisas dan memberhentikan kehidupannya yang sesat.
s.sancar@zaman.com.tr
(Istanbul, A4, 13/10/15)
Diterjemahkan
oleh Al-Akh Abdul Aziz, dari makalah berjudul “Imanla Son Nefesi Veremeyenler” Majalah Yeni Bahar. (http://yenibahar.zaman.com.tr/toplum/imanla-Son-nefesi-veremeyenler_551946)
Komentar
Posting Komentar