8 Januari...
Beberapa
waktu yang lalu aku sempat berbicara panjang dengan adik kandungku. Kami berencana
akan memberikan hadiah surprize di hari kelahiran Bunda. Secara pribadi, aku
paling tidak suka mengucapkan kata “Selamat
Ulang Tahun”. Aku pun jarang mengucapkannya di hari kelahiran
sahabat-sahabat, andai aku ingat mungkin aku akan mengucapkan doa pendek “Semoga umurnya panjang dan berkah”
begitu saja. Maka dari itu, aku paling tidak hafal dengan tanggal atau tahun
kelahiran kebanyakan, bahkan keluargaku sendiri. Nah, setelah selesai
pembicaraan dengan adik tadi, aku pura-pura bertanya, “Eh, dik tanggal lahir
ibu kapan? Maaf lupa...”. Pertanyaan ini sedikit membuatku meringis malu.
Di
hari kelahiranku, biasanya dinding FB penuh dengan ucapan. Ada rasa terharu
sebenarnya, tapi karena tidak suka, aku sengaja mengatur agar tidak ada yang
bisa menulis apapun di dinding FB-ku. Meski begitu, masih saja ada yang
berkirim pesan. Apa boleh buat, aku tetap menghargai dan menjawab dengan ucapan
terimakasih agar mereka tidak kecewa. FB memang paling rajin untuk mengingatkan
tanggal kelahiran seseorang. Lalu jika ada seseorang yang berulang tahun,
dindingnya penuh dengan ucapan “Selamat ulang tahun” dengan berbagai macam
versinya. Yah, aku hanya bisa me-like
ucapan-ucapan itu, dengan iringan doa yang terucap di dalam hati saja.
Entah
sejak kapan aku mempunyai kebiasaan ini. Kalau di kampung biasanya ada acara tasyakuran buat anak-anak yang ulang
tahun. Lalu kadang sang orang tua berkeliling dengan membawa piring yang berisi
bubur ke rumah-rumah. Tapi yang menjadi pikiranku, kenapa kok cuman untuk anak
kecil saja. Sedangkan ketika ada orang tua yang hari kelahirannya datang, malah
tidak ada tasyakuran.
Entah,
apalah “hari ulang tahun” itu. Yang jelas sudah menjadi budaya dimana-mana. Kadang
merasa aneh sendiri, ketika semua orang berlomba merayakan, aku malah tidak
berkeinginan. Kira-kira ada tidak yang sepikiran denganku ya?
Tiba
saatnya 8 januari...
Hari
kelahiran bunda tersayang. Para saudara ternyata sudah menyiapkan kado khusus
secara masing-masing. Tadinya sih mau ber-patungan,
eh tidak jadi. Jarak antara aku dan bunda saat ini lumayan sangat jauh,
berkisar 15 jam dari sini menggunakan pesawat terbang. Aku berfikir, hadiah apa
yang bisa membuat bunda bahagia. Setelah panjangggg.... befikir, ternyata susah
juga untuk menyampaikannya. Akhirnya, aku memutuskan bahwa hadiah tidak
diberikan sekarang, tetapi nanti saja. Setelah berfikir lagi, untuk sementara
aku membuat catatan khusus saja untuk bunda, sekaligus menyertakan doa-doa
untuk yang tercinta.
Bismilllah...
Bunda, semoga dengan bertambahnya
umur bunda, bunda masih sehat dan segar bugar. Semoga sakit yang ada di dalam
tubuh bunda, hilang dengan kedatangan kesembuhan pemberian dari As-Syafi. Semoga
aku masih bisa menikmati sisa umur bunda yang insyaAllah masih panjang dan
berkah.
Bunda, maaf semakin besar malah anak
bunda ini malah semakin jauh dari bunda. Bukan semakin dekat secara jarak,
tetapi memang dekat secara hati kok bunda. Bunda akan selalu ada di hati ini
alhamdulillah.
Bunda, terima kasih untuk semuanya,
kasing sayang bunda yang telah bunda berikan untuk anak-anak bunda yang bandel.
Di hari kelahiran bunda seperti ini harusnya Aziz ada di samping bunda dan memberikan
hadiah kado layaknya mereka semua. Tapi Aziz tidak bawa bunda. Bunda gak marah
kan?
Bunda, saudara yang lain sudah
menunjukkan gigi dengan pernak-pernik hadiah mereka. Sedang Aziz belum bisa
menunjukkan. Iya, Aziz faham itu tidak penting, tapi setidaknya mereka sudah
bisa menunjukkan hadiah yang bisa mereka tunjukkan seadanya. Tapi tetap saja
membuat Aziz sedih... Aziz belum punya apa-apa untuk diberikan...
Bunda, Aziz boleh hutang kado gak?
Untuk yang sederhana kadonya ya surat ini, kalau yang istimewa nanti Aziz kasih
boleh gak? Janji Bun! Tapi kalo tiap tahun hutang, banyak juga ya. Eh, Aziz di
Turki bentar lagi kok bun, bentar lagi pulang. Jadi kado Aziz gak numpuk-numpuk
kado. Kasian juga kan Aziznya, kasian bunda juga nerima kado yang
betumpuk-tumpuk sekaligus. Hee..
Bunda, tapi... sekali lagi semoga
umur bunda panjang dan berkah... Amin amin amin... aku tidak tahu besok masih
sempat atau tidak, tapi insyaAllah sempat. Kalau tidak sempat... bunda mau maafin
Aziz kan.. janji Aziz tidak tertepati... semoga umur bunda panjang.. semoga
umur bunda panjang... Amin ya Rabb... Hanya doa ini yang bisa terucap, sedang
umur tidak ada yang tahu kecuali Al-Baqi.
Bunda, insyaAllah Aziz pulang dan
menjadi orang yang bermanfaat untuk agama dan negara. Doakan yah bunda. İtu akan
menjadi kado terbesar yang Aziz berikan kepada bunda dan abah, dengan izin
Allah.
Bunda, salam untuk saudara-saudara
yah. Bilang ke mereka, “Iya, kalian sudah bisa memberi hadiah. Tapi hadiahku
akan lebih besar nanti. Hehehe...” canda bun... Salam sayang untuk mereka,
salam iloveu...
Bunda, udahan yah, besok Aziz ada
ujian tiga materi. Belum belajar nih. Doakan Aziz lagi yah, semoga ujiannya
berjalan dengan lancar dan selesai dengan mumtaz. Amin...
Wassalam...
Anak
bunda, tanpa roti dan lilin, dengan doa dan kasih sayang. Kahramanmaras Turki, 7
januari 2014
Komentar
Posting Komentar