Sendiri
Sebuah
pulau, memiliki segala yang ada, dari keindahan, kerindangan, kehijauan, aneka
ragam buah, warna warni bunga, udara segar nan menyehatkan, hembusan angin
pantai yang sejuk, sinar mentari yang menghangatkan, dan seterusnya. Masihkah semua
itu berarti, andai kuhidup disana sebatang kara, tanpa perlu ada siapa-siapa?
Masih
sebuah pulau, namun dengan isi yang berbeda. Pulau ini tandus, tidak ada
kehijauan, apalagi pemandangan, apalagi buah, apalagi bunga, apalagi kesegaran
udara, angin panas yang selalu berhembus, ditambah dengan sengatan matahari, juga
tanah yang kering dan seterusnya. Mampukah kuhidup disana sendiri, tanpa
siapa-siapa?
Langit
yang begitu luas, hanya terlihat seekor burung, terbang kesana kemari sendiri,
bersiul-siul sendiri, menghinggapi dahan pohon pun sendiri, selalu saja
sendiri. Entah berapa lama ia mampu bertahan, masih lamakah?
Apa
benar mampu, hanya kita sendiri?
Lalu
mengapa kita memilih sendiri?
Angka
satu hanya milik-Nya, karena hanya Dia yang Esa. Sedang kita, adalah dua, tiga,
empat dan seterusnya. Berdualah, bertigalah, berempatlah, dan seterusnya. Dengan
begitu, kita tidak akan menjadi sendiri, karena selalu ada yang menemani. Jangan
angkuh dan sadari!
Kahramanmaras
Turki, 30 Januari 2014
Komentar
Posting Komentar