Ke-Hamba-an

Hari ini aku mendapat satu pelajaran penting dari buku berbahasa Turki Dava Adam, oleh Mehmet Akar. Sebuah hikmah dari sebuah cerita; suatu ketika Ibrahim Adham* membeli seorang budak untuk dibebaskan.

“Nama kamu siapa?”
“Seperti apa tuan memanggil hamba, itulah nama hamba.”
“Makanan apa yang kamu mau?”
“Apa saja yang tuan kasih, itu yang akan  hamba makan.”
“Apa yang bisa kamu lakukan?”
“Apa-apa yang tuan perintahkan, itulah yang akan hamba kerjakan.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Apakah pantas seorang hamba mempunyai keinginan? Apa yang diinginkan tuannya adalah keinginan seorang hamba.”


Setelah mendengar jawaban-jawaban ini, Ibrahim Adham menangis tersedu-sedu. Lalu berkata kepada dirinya sendiri;

“Wahai miskin! Pelajarilah dari budak ini bagaimana ke-hambaan yang sebenarnya itu! Apa kamu bisa menjadi hamba yang sama seperti budak ini di hadapan Allah?”

 *Ibrahim Adham adalah seorang tabiin yang terkenal, seorang ahli sufi/tasawwuf, juga seorang wali/sultan yang besar. Nama lengkap; Ibrahim bin Adham bin Mansur. Dia lahir di kota Belh/Balkh pada tahun 714 M (96 H). Ayahnya Adham adalah seorang wali/sultan sebuah kota bernama Belh/Balkh, Afganistan.

Kahramanmaras Turki, 21 Januari 2014

Komentar

Postingan Populer