Genelleme
“Genelleme”
adalah istilah yang digunakan dalam bahasa Turki, dalam bahasa Indonesia kita
menyebutnya “generalisasi”. İstilah ini masuk dalam materi psikologi, kita pun
sering menerapkannya dalam keseharian kita.
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum. Misalnya, Hadi adalah anak Gontor yang pandai, Mustafa juga
anak Gontor yang pandai. Pernyataan yang menunjukkan generalisasi adalah “semua
anak Gontor pintar-pintar”. Pernyataan ini bernilai salah, karena hanya
memiliki kebenaran probabilitas (boleh jadi) yang belum pernah diselidiki
kebenarannya. Buktinya, si Udin juga anak Gontor, tetapi dia tidak pintar.
Dalam
Islam genelleme atau generalisasi masuk dalam kategori “Zan” (prasangka), juga merupakan
permasalahan yang membahas kebaikan
dan keburukan. İya, saat kita melihat seseorang yang kita
nilai baik, lalu kita menilai hal-hal yang berkaitan dengannya seperti
organisasi, sekolah, dll dengan prasangka baik. Dia baik, tentunya
organisasinya baik. Dia baik, sekolahnya tentu baik. Artinya, kita merubah
nilai individual, menjadi nilai kesimpulan menyeluruh (umum).
Prasangka/berfikir
baik atau yang sering kita kenal dengan khusnuzan
adalah anjuran dari Nabi Muhammad
(saw). Maka dari itu, genelleme tidak
bermasalah jika dalam hal kebaikan. Yang bersalah adalah ketika kita melakukan
generalisasi dalam hal yang bersifat buruk. Buruk adalah sifat indiviual. Setiap
anak Adam sering melalukan dosa, seperti yang tertera dalam hadis. Melakukan dosa
merupakan tabiat individu, dan itu bisa dimaklumi. Namun lanjutan dari hadis
tadi, sebaik-baik yang berbuat dosa adalah yang bertaubat (menyesal dan
berjanji tidak mengulangi lagi). İni yang perlu kita renungi.
Mungkin
kita banyak menjumpai organisasi yang baik di sekitar kita. Kadang kita
memuji-mujinya dengan ungkapan yang tidak terkira. Namun suatu saat, ketika
kita menemukan salah seorang dari organisasi itu mengerjakan hal buruk. Pandangan
kita segera berubah 180 derajat. Ternyata organisasi itu seperti ini, seperti
itu. Yang tadinya kita memuji, sekarang kita memaki. İya, ini contoh genelleme negatif.
Ketika
ita menjumpai seseorang yang berbuat tidak baik, apa yang harus kita lakukan? Apa
kita harus menyalahkan? Apa kita berfikir baik saja? atau malah melakukan
generalisasi, menyalahkan organisasi yang dia ikuti?
Saat
kita menjumpai saudara kita berbuat sesuatu yang kita anggap tidak baik, maka
berusahalah sebisa mungkin untuk mencarikan alasan untuknya. Andai kita tidak
juga mendapatkan alasan yang tepat, maka kita katakan saja pada diri kita, “saya
kira saudaraku ini mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan hal itu.” Beginilah
seorang muslim harusnya berfikir, mendahulukan prasangka baik terlebih dahulu.
Keburukan
adalah urusan pribadi. Keburukan hanya bisa kita tunjukkan kepada si pembuat
keburukan itu sendiri. Bukan orang lain, bukan juga organisasi baik yang dia
ikuti. Kecuali keburukan itu memang dilakukan bersama-sama pada waktu yang
sama. İya, artinya melakukan genelleme karena
kesalahan seseorang dan menyimpulkan menjadi kesalahan umum tidaklah benar. Kita
tidak perlu melakukan generalisasi negatif, kita cukup melakukan generalisasi
positif. İtu lebih selamat, dan baik.
Kahramanmaras
Turki, 17 Januari 2014
Komentar
Posting Komentar