Kapal Nabi Nuh as. dan Inayah Allah




        Firman Allah subhanahhu wa ta'ala kepada Nabi Nuh as. adalah inayah Ilahi, “(Ketahuilah) bahwa tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat. Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS Hud (11): 36-37)

        Kapal Nabi Nuh as. tidak tenggelam meskipun dalam sebuah kondisi yang sangat buruk dan negatif. Beliau berlayar melewati ombak-ombak yang liar dan mendarat di pantai tanpa kecelakaan sedikit pun. Namun tidak mungkin sebuah kapal dapat bergerak dengan aman di atas air dalam keadaan gejolak yang mengakibatkan terjadinya retakan pada kerak bumi, sebagian daratan masih berada di bawah laut, sebagian tempat yang airnya surut pun berubah menjadi Pegunungan Taurus, dan terjadilah pergerakan geologi yang menyebabkan bumi berubah dengan bentuk yang sama sekali berbeda. Hal utama yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa baik konstruksi maupun navigasi kapal tersebut benar-benar merupakan wujud, "di bawah pengawasan kami". Nabi Nuh as. membangun kapalnya dengan inayah Ilahi, berlayar di atasnya berkat ma'iyyah Ilahi, dan akhirnya mencapai tujuannya di bawah pengawasan Allah Yang Maha Menjaga. Kapal itu, dengan tangan yang dibimbing oleh inayah Ilahi sebagai kemudinya, tidak tenggelam meski diterjang ombak raksasa.

        Pada kesempatan lain, Sadi Şirâzî berkata, “Ne gam o gemidekilere ki dümende oturan Sensin yâ Muhammed!..” (Alangkah bahagianya mereka yang berada di kapal itu tanpa kegundahan, dimana engkaulah yang bertugas sebagai nahkodanya, wahai Muhammad!..) Ya, sebuah kapal yang dikapteni oleh Nabi Kebanggaan umat manusia shallallahu 'alaihi wasallam tidak akan pernah tenggelam. Karena Sang Terkasih dan umatnya selalu mendapatkan perlindungan dan perjagaan dari Allah subhanahu wa ta'ala.

        Kesimpulannya, setiap thullab Al-Quran (santri al-Qur'an) diberkati dengan sejumlah inayah Ilahi. Namun untuk memperoleh dan mempertahankan inayah tersebut; 1) Sifat-sifat seperti sidq (kejujuran), amanah (dapat dipercaya), tabligh, fatanah (kecerdasan), dan ismah (jauh dari dosa) harus dimiliki, 2) dan melakukan banyak-banyak amal shalih (perbuatan baik) seperti bertawajjuh kepada Allah, menjalankan sesuatu berdasarkan sunatullah (sebab-akibat), istikamah dalam berkhidmah, dan mencari titik-titik ittifaq (persatuan). Seorang abdi Allah yang menaruh perhatiannya pada persoalan-persoalan tersebut 1) akan diberikan ihsan yang mengejutkan pada saat-saat yang tak terduga dalam khidmah keimanannya, 2) akan dilindungi oleh sebuah tangan rahasia bahkan dalam kondisi yang paling buruk sekali pun, dan 3) akan mencapai kesuksesan materi dan maknawi yang besar bahkan dalam keadaan yang tampaknya buruk.


______ 

Tulisan merupakan catatan dari penjelasan Hojaefendi berkaitan tentang "Khidmah dan Dasar-dasarnya." 

Bandung, 26 Sep 2023

Komentar

Postingan Populer