Tanpa Membuka Tangan Kepada Siapa Pun
Dari sudut pandang ini, sangat penting bahwa kegiatan dialog dan pendidikan, yang kita sebut sebagai “Gerakan Sukarelawan”, bersifat independen.
Para sosiolog dan ilmuwan politik yang melakukan kajian akademis terhadap gerakan ini juga mengacu pada kemandirian ini di setiap kesempatan dan mengatakan, “Inisiatif ini merupakan kegiatan masyarakat sipil yang independen dan tidak bergantung pada kekuatan eksternal apa pun.”
Ya, para relawan pendidikan yang sering disebut sebagai “para pahlawan dedikasi masa kini” oleh Hocaefendi, mereka mengatakan, “Bangsa yang mulia ini punya kekuatan untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Kemudian, kami akan mengajukan dan menyampaikan kepada masyarakat bangsa itu sendiri, tetapi kami tidak akan pernah bergantung pada orang lain dan kami tidak akan dipermalukan karena membayar kompensasi (diyat) kepada orang asing.” Setelah itu pun mereka berangkat. Mereka sedari awal bertawakal kepada Allah Swt dan kemudian mengambil dukungan dari bangsa kami yang sifatnya zahiri, dan mereka pun berjalan dengan nafas kebebasan dan kemandirian, dan mereka tidak menengadahkan tangan kepada siapa pun sepanjang hidup mereka, juga tidak berhutang budi kepada siapa pun.
Mereka tidak berhutang apapun kepada siapapun. Karena mayoritas anggota bangsa yang terhormat ini menyetujui filosofi kegiatan yang dilakukan atas nama khidmah (pengabdian) dan percaya bahwa pekerjaan yang benar dan permanen telah dilakukan. Mungkin sebagian orang yang terburu-buru tidak tahu bahwa mereka harus menunggu lama untuk mendapatkan hasil dari investasi di bidang pendidikan dan memenangkan hati orang lain. Oleh karena itu, mereka terus mengamati selama beberapa waktu karena tidak dapat melihat hasil yang mereka harapkan dengan segera. Terkadang mereka mengamati dan mendengarkan dari jauh selama lima atau sepuluh tahun. Mereka mencoba memahami betapa setia dan tulusnya jiwa-jiwa yang penuh berbakti ini. Mereka memeriksa apakah jantung mereka selalu berdebar demi agama, bangsa, dn tanah air, dan setelah lama menimbang, mereka yakin bahwa jalan ini benar dan dapat diandalkan.
Tentu saja, di luar kedalaman logika tersebut, terdapat bimbingan dan pengarahan hati oleh Allah Swt terhadap amal shaleh dan baik tersebut. Dengan kata lain, Allah Swt membuat seseorang memikirkan suatu persoalan penting; Allah juga membawa persoalan yang sama ke dalam hati orang lain; Itu memenuhi pikiran orang ketiga yang mengenal mereka dengan pemikiran yang sama. Saat mereka saling mengenal, isu yang hangat di hati mereka menjadi sebuah kesamaan di antara mereka. Jika semangat yang ada di hati mereka terkait dengan pembukaan lembaga pendidikan, maka mereka semua menunjukkan kemurahan hati dan bersama-sama membuka lembaga tersebut. Sedemikian rupa sehingga lama kelamaan menjadi kecanduan pada amalan saleh ini. Mereka menjadi kecanduan membelanjakan uang dan menyumbangkan sebagian hartanya di jalan Allah. Dan ketika mereka melihat bahwa Allah Swt telah menganugerahkan kepada mereka sepuluh banding satu sebagai imbalan atas apa yang telah mereka berikan, mereka menjadi sangat dermawan.
Komentar
Posting Komentar