Bukan Teman Bukan juga Musuh
Ada
suatu ketika dimana kita berjumpa dengan seseorang seakan dia bukan seorang teman
bukan juga seorang musuh. Saat itu kita dibuat kebingungan, salah tingkah, untuk
menentukan suatu tindakan yang tepat.
Ada
kala manusia itu jelas apa yang ia tuju, apa yang ia suka, apa yang ia mau,
semua itu sengaja ia tampakkan di hadapan kita. Seseorang seperti ini tidak
menyebabkan masalah bagi kita. Karena kita bisa mengambil sikap, mungkin kita
menentukan untuk meninggalkannya atau menemaninya.
Namun
berbeda halnya dengan dia, seseorang yang terlihat seperti bukan teman bukan
juga musuh. Kadang ia datang dengan wajah baik, berbaur dengan rapi bersama
kita. Kadang pula ia datang seakan-akan musuh yang harus kita hindari. Namun dia
tidak mengatakan bahwa dia teman atau musuh. Atau kadang ia mengatakan kalau
dia adalah teman, tapi juga musuh.
Kita
disibukkan dengan ulahnya yang tak menentu. Bahkan rambut kita dibuat putih,
atau dibuat rontok karena memikirkannya. Manusia berwajah dua, apakah ungkapan ini
tepat untuk dia? Atau manusia tanpa wajah, mungkin ini tepat.
Ada
istilah khusus yang digunakan dalam Islam untuk mereka yang bersifat hampir
sama. Mereka biasa disebut dengan ‘munafik’.
Kata yang berasal dari bahasa Arab, menunjukkan bahwa ia adalah orang yang
berpura-pura mengikuti ajaran Islam, namun sebenarnya hati mereka mengingkari.
Ungkapan
bukan musuh sebenarnya tidak tepat, karena mereka lebih berbahaya dari musuh
biasa. Dalam Al-qur’an;
Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta.
Mereka itu menjadikan sumpah mereka
sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
Yang demikian itu adalah karena
bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu
hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
(Al-Munafikun: 1-3)
Mereka
mempunyai ciri-ciri seperti yang terdapat dalam hadis; Rasulullah (saw)
bersabda; “Tanda-tanda orang munafik itu
ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika
dipercaya berkhianat.” HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa’i.
Lalu,
bagaimana kita harus bersikap kepada mereka? Dalam surat Al-Munafikun ayat
selanjutnya;
Dan apabila kamu melihat mereka,
tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu
mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.
Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga
Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
(Al-Munafikun; 4)
İya,
kita harus waspada dan berhati-hati. Mereka sangat pandai berbicara, seperti
yang tersebut dalam sebuah hadis; “yang
paling aku takutkan dari ummatku adalah, semua orang munafik memiliki lidah
yang indah (pandai berbicara).”
(Ahmad Ibn Hambal; Musnad 1/22, 44) Tenang, tidak perlu khawatir dengan
kehadiran mereka. Asal kita bisa terus
beristiqamah di jalan-Nya, kita tidak akan terpengaruh oleh mereka. Mereka sudah
memiliki jawaban dari Allah;
Sama saja bagi mereka, kamu
mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Al-Munafikun; 6)
Kahramanmaras
Turki, 14 Des 2013
Komentar
Posting Komentar