Surga Buatan Kita

Allah telah menciptakan kita (manusia) dengan sebaik-baik ciptaan. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”, (Surat At-Tin;4). Seakan-akan, kita adalah ciptaan yang tersempurna dari ciptaan lainnya. İya, memang begitu. Nikmat akal adalah nikmat terbesar yang tidak dimiliki oleh ciptaan lain. Manusia mempunyai kemampuan bermacam-macam dengan akalnya dan kadang kita pun merasa kemampuan itu di luar perkiraan yang biasa. Bukti perkembangan teknologi dan ilmu lainnya di masa modern ini adalah bukti keluarbiasaan akal. Apakah kita mampu membuat surga kita sendiri?

Surga, adalah sebuah tempat terindah dan impian semua makhluk. Meski belum pernah ada yang melihat dengan mata, kita percaya akan tempat itu. Bahkan kita bisa membanding-bandingkan keindahan yang ada di dunia dengan ucapan “seperti surga”, padahal kita belum tahu persis surga itu. Namun Allah Ta’ala sudah memberikan kabar sedikit tentang bagaimana surga itu. Kabar itu dibawa dan disampaikan kepada kita oleh Rasul-Nya. Kata-kata surga tertera dalam Al-qur’an, juga ciri-cirinya ada di dalam kata-kata Rasulullah (saw).


Salah satunya, firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 31; (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa,

Surga adalah tempat kita beristirahat nanti di akhirat. Sebuah tempat yang akan kita datangi setelah dunia, insyaAllah. Bagaimanakah definisi dunia itu?

Menurut ulama tasawuf, dunia adalah segala sesuatu selain Allah dan atau tidak memiliki nilai 'Ilahiyya' karena dalam kenyataannya ada sesuatu berupa materi duniawi, tetapi memiliki nilai ukhrawi, karena murninya niat, hanya untuk-Nya. Pendapat lain mengatakan, dunia adalah fase persiapan, pelatihan, dan penyempurnaan manusia. Pendapat ketiga, dunia merupakan penjara bagi orang mukmin dan ia merupakan surga bagi orang kafir.

İya, ada banyak pendapat tentang definisi dunia. Tiga di atas adalah di antaranya. Dunia merupakan fase persiapan, pelatihan, dan penyempurnaan manusia. Setelah persiapan, pelatihan, dan kesempurnaan, kita baru akan menuju dunia yang baru, akhirat. Dunia tercipta sebagai ladang untuk menanam ribuan kebaikan. Akhirat adalah tempat dimana kita akan memetik hasil panen kita. Barang siapa menanam, maka ia akan menuai.

Pendapat ketiga adalah perkataan yang diambil dari hadis Rasulullah, yang berbunyi “dunia merupakan penjara bagi yang beriman dan surga bagi orang kafir.” İya, para mukmin jika dipandang dari sudut keduniaan maka akan terlihat sangat menyedihkan layaknya seorang yang tinggal di penjara. Orang mukmin selalu terlihat miskin, terlalu sederhana, jarang yang kaya, dan berbagai derajat kerendahan lainya. Namun berbeda dengan orang kafir, mereka terlihat dan menganggap dunia ini sebagai surga. Mereka merasa bebas, berbuat sesuka hati, menurut hawa nafsu mereka yang tanpa ujung. Segalanya mereka kerjakan, karena tak ada aturan haram, yang ada hanya “silahkan kalian mengerjakan segalanya”.

Sebenarnya kita juga bisa merubah dunia ini menjadi surga kita sendiri. Namun tidak seperti surga buatan orang yang tidak beriman. Akal kita yang sempurna dan yang sudah mendapatkan hidayah ilahi akan menerima pendapat ini. Kita bisa menciptakan surga di dunia. Surga adalah ibarat yang mengunggkapkan adanya keindahan. Ketika hati kita tentram dan damai, kita serasa merasakan udara surga. Udara yang menyejukkan dan membuat kita bisa melihat dunia ini adalah tempat yang penuh hikmah.  

Biarlah orang-orang tidak beriman itu menganggap kita seperti tahanan. Mereka hanya bisa melihat yang tampak di luar kita, namun tidak bisa melihat apa yang di dalam hati kita. Hati seorang mukmin itu damai. Merasakan kepuasan tersendiri yang tidak bisa dirasakan oleh orang tidak beriman.

Di dalam Islam, seorang mukmin diajarkan untuk berprasangka baik, berbudi perkerti luhur, tidak menyakiti yang lain bahkan ketika kita disakiti. Seorang mukmin mempunyai sifat sabar yang tidak terbatas, mempunyai senyum syukur yang tidak pernah punah. Selalu menganggap segalanya sebagai ujian, dimana mereka harus berhati-hati dan sabar. İtulah yang membuat hati mereka tentram dan damai. Bukankah kedamaian hati adalah surga?

Dalam pepatah Turki mengatakan, “Güzel gören güzel düşünür. Güzel düşünen, hayatından lezzet alır.” Seseorang yang memandang dengan pandangan positif (baik), maka ia juga akan berfikir positif (baik). Seseorang yang berfikir positif (baik), maka ia akan merasakan kenikmatan akan hidup. Pepatah ini sangat cocok dengan pandangan umat Islam. Hidup di dunia dengan kenikmatan seperti ini, layaknya kehidupan surga yang serba nikmat. Tidakkah artinya kita sudah menciptakan surga kita dengan sendiri? Siapa yang tidak ingin merasakan dua surga, surga di dunia juga surga di akhirat.

Namun adakalanya, kita melihat saudara kita yang muslim hidup layaknya orang yang tidak beriman. Mereka tidak mengerti betul apa yang islam ajarkan dan nasehatkan. Mereka mengabaikan dan terlalaikan. Kadang, gara-gara mereka nama Islam menjadi tercoreng di mata orang tidak beriman dan agama Islam dinyatakan bersalah dengan semena-mena. Padahal kenyataannya tidak begitu. Mereka benar muslim, namun belum menjadi muslim yang sebenarnya. Semoga Allah Azza wa Jalla membuka hati mereka, agar mereka bisa merasakan kenikmatan hidup dunia layaknya muslim lainnya. Semoga kita tetap lurus berada di jalan-Nya, tidak tergoda dengan godaan yang syeitan tawarkan. Alhamdulillah, kita muslim dan akan mati dalam keadaan muslim. Amin.  

Kahramanmaras Turki, 3 Des 2013

Komentar

Postingan Populer